Ketegangan Elon Musk dan Trump Meledak, Pasar Saham Terguncang

Konflik politik dan bisnis antara Trump dan Musk memanas, berdampak ke saham Tesla dan kebijakan pemerintah AS.
Trinita Adelia - Sabtu, 07 Jun 2025 - 14:00 WIB
Ketegangan Elon Musk dan Trump Meledak, Pasar Saham Terguncang
Donald Trump - Instagram @realdonaldtrump
Advertisements

NOTIS.CO.ID - Ketegangan antara Donald Trump dan Elon Musk semakin tak bisa dihindari. Hubungan yang dulunya dekat kini berubah menjadi konflik terbuka yang tak hanya berdampak secara pribadi, tetapi juga memengaruhi sektor bisnis, politik, bahkan dinamika dalam Partai Republik sendiri.

Perseteruan ini kian memanas setelah Trump disebut menolak untuk kembali berbicara dengan Musk, menurut pernyataan seorang pejabat Gedung Putih.

Keduanya memang sempat dikabarkan akan berbicara untuk meredakan situasi, namun hingga kini belum ada satu pun komunikasi yang terjadi. Melansir dari CNN International, Trump menegaskan dalam wawancara media bahwa dirinya tak ingin ambil pusing soal Musk.

"Saya bahkan tidak memikirkan Elon. Ia punya masalah, orang malang itu punya masalah," katanya kepada CNN International.

Pernyataan itu keluar di tengah kabar bahwa Trump mungkin akan melepas mobil Tesla Model S miliknya yang baru saja dibeli Maret lalu. Keterangan ini disampaikan oleh sumber anonim kepada Reuters, Sabtu (7/6/2025).

Situasi memanas ini meletup sehari setelah keduanya saling serang di publik, menandai akhir dari hubungan kerja sama yang dulunya saling menguntungkan.

Ancaman Terhadap Kontrak Pemerintah dengan Perusahaan Elon Musk

Dalam salah satu pernyataannya, Trump mengisyaratkan niatnya untuk menghentikan kontrak pemerintah dengan berbagai bisnis Musk, seperti SpaceX dan Starlink.

Langkah ini tentu saja mengejutkan, mengingat pentingnya kontribusi perusahaan-perusahaan itu dalam proyek-proyek strategis negara, termasuk eksplorasi antariksa dan infrastruktur komunikasi.

Namun yang paling disorot publik adalah dampaknya terhadap Tesla. Saham perusahaan mobil listrik tersebut sempat jatuh drastis hingga 14% dalam satu hari, menghapus nilai pasar sebesar US$150 miliar penurunan terbesar dalam sejarah Tesla.

Meski kemudian sahamnya berhasil rebound pada Jumat (6/6), kekhawatiran investor tetap belum mereda.

Di sisi lain, lingkaran dekat Musk justru memilih untuk diam. Hanya James Fishback, salah satu investor dan sahabat Musk, yang bersuara lantang dan menyarankan miliarder itu untuk meredakan ketegangan.

"Presiden Trump telah menunjukkan keanggunan dan kesabaran di saat perilaku Elon mengecewakan dan terus terang sangat mengganggu," kata Fishback.

Ketidaksepakatan Politik Jadi Pemicunya

Akar persoalan muncul dari perbedaan pandangan terhadap RUU pemotongan pajak dan pengeluaran yang diusulkan oleh Trump. Musk secara terbuka mengecam kebijakan tersebut setelah ia mundur dari jabatan sebagai kepala Lembaga Efisiensi Pemerintah (DOGE), lembaga yang dibentuk untuk memangkas pengeluaran federal.

Bahkan, Musk menyebut paket kebijakan itu sebagai “kekejian yang menjijikkan” dan mengklaim bahwa rencana tersebut akan memperbesar utang negara menjadi US$36,2 triliun.

Kritik tajam ini tentu saja menyulitkan proses legislasi RUU tersebut di Kongres, meskipun Partai Republik memegang kendali.

Sebelumnya, Trump memuji kontribusi Musk terhadap efisiensi anggaran, meskipun realisasinya hanya berhasil memangkas kurang dari 1% dari total pengeluaran. Angka ini jauh dari janji awal Musk untuk memotong hingga US$2 triliun.

Saling Serang di Media Sosial dan Ancaman pada Misi Antariksa

Ketegangan berlanjut ketika Trump akhirnya angkat suara dan menyatakan kekecewaannya terhadap Musk.

"Lihat, Elon dan saya memiliki hubungan yang hebat. Saya tidak tahu apakah kami akan tetap seperti itu lagi," katanya kepada wartawan.

Dari pernyataan itu, pertikaian pun bergeser ke ranah media sosial. Di Truth Social, Trump membalas komentar Musk yang menyebut bahwa tanpa dirinya, Trump tak akan menang Pemilu.

Musk bahkan mengkritik kebijakan tarif impor Trump yang dinilai bisa membawa AS ke jurang resesi.

Konflik pun merambah ke luar angkasa. SpaceX, satu-satunya perusahaan AS yang mampu mengirim astronaut ke ISS, sempat diancam Trump akan dicabut kontraknya.

Musk lalu merespons dengan ancaman untuk menonaktifkan wahana antariksa Dragon—meskipun ia kemudian menarik kembali pernyataan tersebut.

Ketegangan antara dua tokoh besar ini bisa jadi bumerang Politik bagi Partai Republik. Jika Musk benar-benar menghentikan dukungannya, bukan tidak mungkin partai tersebut akan kehilangan sokongan dari pelaku industri besar di Silicon Valley.

Advertisements
Share:
Editor: Trinita Adelia
Source:

Baca Juga

Rekomendasi

Advertisements