NOTIS.CO.ID - Makna sebuah Emoji bisa berubah tergantung siapa yang menggunakannya, termasuk emoji smiley yang tampaknya sederhana.
Bagi sebagian besar orang dewasa, ikon senyum ini biasanya dipakai untuk menciptakan suasana ramah dan ringan saat mengirim pesan. Namun ternyata, persepsi berbeda justru datang dari kelompok gen Z.
Generasi muda ini tidak selalu melihat Emoji smiley sebagai simbol keramahan. Sebaliknya, mereka kerap mengartikannya sebagai isyarat sinis, sarkastis, bahkan pasif-agresif.
Perbedaan pandangan antargenerasi ini pun mulai menimbulkan salah paham dalam percakapan digital, terutama di lingkungan kerja.
Gen Z Menganggap Emoji Smiley Bisa Terdengar Sarkastis
Di mata gen Z, penggunaan emoji smiley tidak selalu mencerminkan niat baik. Bahkan dalam beberapa konteks, emoji ini bisa terdengar menyindir atau meremehkan.
Salah satu contohnya adalah pernyataan dari Hafeezat Bishi, seorang pengguna media sosial berusia 21 tahun, yang mengatakan, "Saya pakai itu (Emoji senyum) untuk sarkasme," saat diwawancarai oleh Wall Street Journal.
Fenomena ini menunjukkan adanya pergeseran makna dari simbol-simbol digital yang selama ini dianggap universal. Apa yang dulu dianggap ramah kini bisa bermakna sebaliknya, tergantung pada konteks dan siapa yang menerima pesan tersebut.
Beberapa anggota gen Z bahkan mengaku merasa heran atau tidak nyaman ketika menerima Emoji smiley dari rekan kerja yang lebih tua.
Orang Dewasa Cenderung Memakai Emoji Sesuai Arti Literalnya
Berbeda dengan gen Z, mereka yang berusia di atas 30 tahun umumnya masih menggunakan emoji berdasarkan arti dasarnya. Emoji smiley, bagi kelompok usia ini, adalah cara untuk membuat pesan terasa lebih ringan dan bersahabat.
Seperti yang diungkapkan oleh Sara Anderson (31), "Saya pakai supaya pesan terasa ringan."
Dengan kata lain, generasi ini melihat Emoji lebih sebagai alat penambah suasana, bukan simbol dengan pesan tersembunyi.
Ketika dua generasi ini berkomunikasi, perbedaan persepsi Emoji bisa menjadi pemicu miskomunikasi. Hal ini memperlihatkan pentingnya memahami budaya digital generasi lain agar komunikasi berjalan lancar.
Bahasa Rahasia Gen Z Lewat Emoji yang Tak disadari
Erica Dhawan, penulis buku Digital Body Language, menjelaskan bahwa gen Z memiliki cara berkomunikasi yang unik, terutama dalam penggunaan emoji. Menurutnya, generasi ini telah membentuk kamus emoji mereka sendiri yang tidak sama dengan generasi sebelumnya.
"Orang berusia di atas 30 tahun cenderung menggunakan Emoji sesuai arti di 'kamus'," kata Dhawan.
Lebih lanjut, dalam salah satu unggahan Instagram miliknya, Dhawan menyebut bahwa Emoji seperti kuda, salju, dan bola biliar kini sering dipakai oleh gen Z untuk menyampaikan makna tersembunyi termasuk konotasi yang mengarah ke narkoba.
Penggunaan ini tidak tertera di arti resmi Emoji, melainkan bagian dari kode atau bahasa rahasia antar sesama gen Z.
Pola ini menjadi cermin Emoji telah berevolusi dari simbol biasa menjadi alat komunikasi yang lebih kompleks. Mereka digunakan untuk menyampaikan makna dalam lapisan berbeda, bergantung pada pemahaman dan konteks pengguna.
Emoji Dipakai untuk Menyamarkan Makna Hingga Ujaran Kebencian
Tak hanya digunakan untuk komunikasi sehari-hari, emoji juga sering dipakai sebagai bentuk kode terselubung. Amit Kalley, pendiri situs For Working Parents, mengungkap bahwa simbol emoji kini sarat dengan pesan tersembunyi.
Kalley menegaskan bahwa Emoji telah menjadi media baru dalam komunikasi digital yang dapat menyembunyikan maksud sebenarnya dari si pengirim. Hal ini menciptakan tantangan tersendiri, terutama dalam konteks profesional atau saat pesan disebarkan secara publik.
Sementara itu, penelitian dari Oklahoma State University mengungkap bahwa penggunaan Emoji tidak hanya mencerminkan emosi pengguna, tetapi juga strategi mereka dalam membangun citra sosial.