Meta Habiskan 100 Juta Dolar Demi Perekrutan Ilmuwan AI Jenius

Meta kejutkan dunia dengan perekrutan ilmuwan AI top lewat Superintelligence Labs.
Trinita Adelia - Rabu, 23 Jul 2025 - 14:00 WIB
Meta Habiskan 100 Juta Dolar Demi Perekrutan Ilmuwan AI Jenius
Mark Zuckerberg - Instagram @zuck
Advertisements

NOTIS.CO.ID - Gelombang besar tengah melanda industri teknologi. Bayangkan, sebuah tawaran kerja senilai 100 juta dolar AS atau setara sekitar Rp1,6 triliun digelontorkan hanya untuk merekrut para ilmuwan kecerdasan buatan paling jenius.

Langkah ini datang dari Mark Zuckerberg, CEO Meta, yang membentuk divisi anyar bernama Superintelligence Labs. Tujuannya luar biasa ambisius, yaitu melahirkan kecerdasan buatan yang mampu melampaui kemampuan manusia.

Banyak orang sempat heran, mengapa Zuckerberg sampai sedemikian serius menggarap proyek ini padahal bisnis Meta melalui Facebook dan Instagram sudah menghasilkan keuntungan besar.

Namun jika direnungkan, ada “harta karun” tersembunyi dalam pengembangan AI super canggih yang kini sedang diperebutkan oleh raksasa seperti Google dan OpenAI.

Meski start‑nya dari belakang, Zuckerberg bergerak cepat dengan strategi agresif dan tawaran yang sulit ditolak.

Dalam waktu singkat, ia berhasil menarik banyak nama besar dari kompetitor dan mengguncang ekosistem AI global.

Mark Zuckerberg Rela Habiskan Miliaran Dolar 

Hanya dalam hitungan minggu, Zuckerberg sukses merekrut Lucas Beyer, sosok penting di OpenAI yang ikut mengembangkan vision transformer.

Tak berhenti di sana, Ruoming Pang yang pernah memimpin pengembangan model AI di Apple juga resmi bergabung.

Langkah besar berikutnya adalah menghadirkan Alexandr Wang, mantan CEO Scale AI, yang kini berdampingan memimpin Superintelligence Labs.

Untuk menghadirkan Wang, Meta harus merogoh kocek hingga miliaran dolar. Nama-nama investor terkenal ikut merapat, termasuk Nat Friedman dan Daniel Gross, CEO Safe Superintelligence milik Ilya Sutskever sekaligus mantan kepala ilmuwan OpenAI.

Gelombang perekrutan ini membuat banyak talenta AI lain merasa waswas. Mereka takut kehilangan momen untuk menjadi bagian dari tim yang kelak bisa menelurkan AI super cerdas pertama di dunia. 

Mengapa Para Ilmuwan AI Elite Rela Bergabung 

Mungkin ada yang mengira uang adalah alasan utama para ilmuwan itu bergabung. Kenyataannya tidak sesederhana itu.

Kebanyakan dari mereka sudah sangat kaya. Yang mereka kejar adalah prestise, kehormatan ilmiah yang jauh melampaui sekadar gaji besar.

Mereka menginginkan namanya tercetak di jurnal-jurnal ternama seperti Nature atau dikenal sebagai otak di balik model AI paling revolusioner berikutnya. 

Di sisi lain, komitmen Zuckerberg terhadap AI open‑source melalui model Llama juga menumbuhkan simpati. Para ilmuwan melihat peluang dampak demokratis yang lebih luas bila teknologi AI dapat diakses publik.

Dulu OpenAI juga pernah menempuh langkah serupa dengan membagikan risetnya secara terbuka untuk menarik bakat-bakat brilian.

Tantangan Besar di Balik Langkah Berani Meta 

Walau langkah Zuckerberg menuai apresiasi, ada juga suara skeptis yang muncul.

Beberapa investor bertanya-tanya ketika Meta memutuskan untuk membuka teknologi AI-nya secara cuma-cuma. Mereka khawatir strategi itu justru menghambat pendapatan di masa depan.

Performa terbaru model Llama juga masih menghadapi tantangan. Model ini belum berhasil mengalahkan kemampuan yang ditawarkan Google DeepMind atau OpenAI.

Bahkan, salah satu varian Llama hanya bertengger di posisi ke‑17 dalam leaderboard AI real-time dan biaya operasionalnya terbilang lebih tinggi dibanding pesaing.

Advertisements
Share:
Editor: Trinita Adelia
Source:

Baca Juga

Rekomendasi

Advertisements