Gibran Gencar Promosikan AI Padahal Teknologi Ini Jadi Senjata Siber Berbahaya

Trinita Adelia - Selasa, 29 Apr 2025 - 10:00 WIB
Gibran Gencar Promosikan AI Padahal Teknologi Ini Jadi Senjata Siber Berbahaya
Gibran Rakabuming - Instagram @gibran_rakabuming
Advertisements

NOTIS.CO.ID - Di tengah semangat untuk membumikan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) yang digagas Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka, peringatan keras justru datang dari dunia keamanan siber.

AI saat ini bukan hanya alat produktivitas keren, tapi telah berubah menjadi salah satu ancaman terbesar dalam peta serangan digital dunia.

Ancaman siber makin canggih karena penyalahgunaan kecerdasan buatan

Presiden Direktur PT ITSEC Asia Tbk, Joseph Edi Hut Lumban Gaol, dalam konferensi pers yang digelar di Jakarta, Senin (28/4/2025), membeberkan fakta mengejutkan bahwa kejahatan siber kini makin berbahaya berkat dukungan AI.

"Ancaman terbesar itu sebenarnya AI. AI ini sekarang hype, semua orang berpikir AI bisa membantu, tapi AI juga bisa kayak pisau bermata dua," ujar Joseph dikutip dari inilah.com, Senin (28/4/2025)

Menurut Joseph, kemampuan analisis data AI yang luar biasa memungkinkan para pelaku kejahatan siber membaca kebiasaan pengguna, memetakan titik lemah sistem, hingga meluncurkan serangan yang sangat personal dan hampir mustahil dideteksi secara konvensional.

"Kriminal siber menggunakan AI sebagai alat untuk memanipulasi," tambah Joseph.

Baik tim pertahanan digital maupun para penyerang kini sama-sama memanfaatkan AI untuk memperkuat strategi mereka.

"Jadi ini perangnya makin seru. Kita harus selalu berkejar-kejaran," tegas Joseph.

Penggunaan AI luas di Indonesia tanpa literasi kritis ibarat membuka pintu bahaya

Sementara itu, langkah pemerintah untuk mengenalkan AI hingga ke tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) lewat program Gibran terlihat penuh semangat, tapi ternyata banyak pihak khawatir.

Membuka akses AI secara luas tanpa bekal literasi digital dan pemahaman etika teknologi justru seperti mengundang serangan siber dalam skala lebih besar.

Realitasnya, fondasi literasi digital di Indonesia masih jauh dari kata matang.

Banyak masyarakat bahkan belum sepenuhnya memahami dasar-dasar keamanan siber, apalagi ketika berhadapan dengan teknologi canggih seperti AI yang bisa menyerang secara diam-diam dan masif.

Tanpa adanya persiapan kritis dan pengamanan digital yang memadai, inisiatif membumikan AI justru bisa menjadi jalan pintas menuju serangan cyber yang merugikan banyak pihak. 

Studi global memperingatkan dampak negatif penggunaan AI tanpa berpikir kritis

Sebuah studi terbaru dari Microsoft dan Universitas Carnegie Mellon memberikan lampu merah yang wajib diperhatikan semua pihak yang mendukung ekspansi AI.

Studi itu memperingatkan bahwa penggunaan AI tanpa membangun kemampuan berpikir kritis dapat menyebabkan penurunan kognitif yang drastis pada individu.

Lebih buruk lagi, pengguna yang ketergantungannya makin tinggi terhadap mesin justru akan kehilangan kemampuan nalar mereka sendiri, membuat mereka lebih mudah dikendalikan.

"Kalau literasi kritis tidak dibangun dari awal, kita bukan hanya mencetak generasi pasif, tapi juga generasi yang rentan dimanipulasi melalui teknologi yang seharusnya mereka kuasai," bunyi kesimpulan para peneliti dalam studi tersebut.

Advertisements
Share:
Editor: Trinita Adelia
Source:

Baca Juga

Rekomendasi

Advertisements

Berita Populer

  1. #1
  1. #2
  1. #3
  1. #4
  1. #5
Advertisements

Berita Terbaru

Advertisements

Berita Pilihan

Advertisements

Tag Populer

  1. #1
  1. #2
  1. #3
  1. #4
  1. #5
Advertisements

Foto Terbaru

Video Terbaru

Advertisements