Teknologi AI Seperti ChatGPT Ternyata Diam-Diam Boros Energi Listrik dan Air

Setiap pertanyaan ke ChatGPT ternyata menyimpan jejak air dan listrik yang bisa berdampak besar bagi lingkungan.
Trinita Adelia - Minggu, 15 Jun 2025 - 08:13 WIB
Teknologi AI Seperti ChatGPT Ternyata Diam-Diam Boros Energi Listrik dan Air
Ilustrasi - Pixabay @alanajordan
Advertisements

NOTIS.CO.ID - Setiap kali seseorang mengetik pertanyaan di ChatGPT, ada energi besar yang bekerja di balik layar bukan hanya tenaga listrik, tapi juga air. Aktivitas yang terlihat sepele ini ternyata berdampak langsung pada konsumsi sumber daya global.

Dalam konteks semakin meluasnya penggunaan AI, topik ini menarik perhatian, terutama terkait seberapa besar beban yang ditanggung lingkungan. Apakah teknologi pintar ini benar-benar seefisien yang dibayangkan.

Konsumsi Air dari Aktivitas AI Semakin Jadi Sorotan

Saat mendengar kata "AI", banyak yang langsung membayangkan kecanggihan, efisiensi, dan kecepatan. Namun di balik kemudahannya, teknologi ini menyimpan konsumsi sumber daya yang mengejutkan.

Sam Altman, CEO OpenAI, mengungkap bahwa setiap satu kueri ChatGPT membutuhkan sekitar 0,000085 galon air, atau setara seperlima belas sendok teh.

Meskipun terlihat sepele, skala penggunaannya mencapai miliaran kueri setiap hari. Artinya, total konsumsi Air yang digunakan untuk mendinginkan server pusat data bisa sangat besar. Air ini digunakan dalam sistem pendingin untuk menjaga suhu server tetap stabil, terutama saat beban pemrosesan meningkat tajam.

Lebih lanjut, menurut laporan The Washington Post, penggunaan air oleh model AI bisa bervariasi. Contohnya, menulis email sepanjang 100 kata dengan bantuan GPT-4 disebut menghabiskan air setara dengan satu botol.

Jumlahnya pun tak bisa digeneralisasi karena tergantung pada lokasi pusat data, kondisi iklim sekitar, serta Teknologi pendingin yang digunakan.

AI Ternyata Juga Menguras Listrik Dalam Jumlah Tak Sedikit

Selain air, listrik menjadi komponen penting dalam operasional AI. Setiap permintaan yang dikirim ke ChatGPT disebut menggunakan sekitar 0,34 watt-hours listrik.

Jika dianalogikan, ini setara dengan menyalakan oven selama lebih dari satu detik atau lampu hemat energi selama dua menit.

Sekali lagi, angka ini terlihat kecil jika berdiri sendiri. Namun jika dikalikan dengan miliaran interaksi tiap hari, beban listrik yang digunakan AI menjadi sangat signifikan.

Bahkan para peneliti memperingatkan bahwa konsumsi listrik dari teknologi AI berpotensi melebihi penggunaan energi dari penambangan Bitcoin.

Penambangan Bitcoin dikenal membutuhkan energi besar dan sudah lama menjadi sorotan. Tapi karena penerapan AI jauh lebih luas di berbagai sektor, dampaknya terhadap lingkungan diprediksi bisa jauh lebih besar.

Apakah Biaya Energi AI Bisa Lebih Terjangkau?

Di tengah sorotan terhadap konsumsi energi, Sam Altman tetap menunjukkan optimisme. Ia menyatakan harapan agar biaya pengoperasian AI suatu hari bisa mendekati harga listrik. Jika itu tercapai, maka akses terhadap teknologi AI akan menjadi lebih murah dan inklusif.

Namun, tantangan utamanya bukan hanya soal biaya, tapi juga keberlanjutan. Perlu upaya besar untuk menyeimbangkan antara pertumbuhan Teknologi dan dampaknya terhadap lingkungan.

Inovasi dalam efisiensi energi, sistem pendingin ramah lingkungan, hingga pemanfaatan energi terbarukan menjadi kunci utama dalam menjawab masalah ini.

Advertisements
Share:
Editor: Trinita Adelia
Source:

Baca Juga

Rekomendasi

Advertisements