Google Kembangkan Weather Lab, Prediksi Badai Tropis Lebih Akurat

Google hadirkan Weather Lab berbasis AI yang mampu prediksi badai tropis lebih akurat dan cepat hingga dua minggu ke depan
Trinita Adelia - Sabtu, 14 Jun 2025 - 08:00 WIB
Google Kembangkan Weather Lab, Prediksi Badai Tropis Lebih Akurat
Ilustrasi - freepik
Advertisements

NOTIS.CO.ID - Google kembali menandai kemajuan besar di bidang teknologi cuaca dengan merilis sistem peringatan dini badai berbasis AI yang bisa memprediksi jalur dan intensitas badai tropis hingga 15 hari sebelum terjadi.

Langkah ini bukan hanya mengandalkan teknologi canggih, tetapi juga merespons tantangan besar dalam dunia prakiraan bencana, khususnya saat kemampuan sistem tradisional mulai dianggap kurang memadai.

Lewat kolaborasi dengan Pusat Badai Nasional AS (NHC), Google menghadirkan platform bernama Weather Lab yang dikembangkan oleh tim DeepMind dan Google Research.

Platform ini dirancang sebagai alat eksperimen prakiraan cuaca berbasis AI dengan fokus khusus pada badai tropis yang juga dikenal sebagai topan atau angin topan di wilayah tertentu.

Dengan kemampuan memproyeksikan skenario bencana secara lebih luas dan akurat, inovasi ini diyakini membawa warna baru bagi dunia mitigasi bencana global.

Model prakiraan AI Google mampu hasilkan prediksi lintasan badai lebih detail

Salah satu fitur unggulan dari sistem ini adalah kemampuannya menciptakan hingga 50 skenario berbeda yang menggambarkan kemungkinan jalur, ukuran, dan kekuatan badai tropis.

Kemampuan ini memberi gambaran lebih dalam tentang seberapa besar potensi dampak bencana yang bisa terjadi.

Melansir laporan dari The Verge, Google mengklaim bahwa prediksi lima harinya untuk jalur siklon di Atlantik Utara dan Pasifik Timur rata-rata 140 km lebih akurat dibandingkan model prakiraan dari European Center for Medium-Range Weather Forecasts (ECMWF) pada tahun 2023 dan 2024.

Keunggulan akurasi inilah yang membuat sistem AI ini dinilai sebagai terobosan penting dalam prakiraan cuaca masa depan.

Namun begitu, Google tetap mengingatkan bahwa Weather Lab belum ditujukan untuk penggunaan publik secara luas. Fungsinya masih sebatas alat riset dan tidak bisa dijadikan acuan utama dalam pengambilan keputusan darurat terkait cuaca.

Teknologi AI ini ditenagai oleh database cuaca global yang sangat masif

Untuk melatih sistemnya, Google memanfaatkan basis data ERA5 sebuah himpunan data dari Eropa yang menggabungkan jutaan informasi observasi dari seluruh dunia.

Database ini juga digunakan Google sebelumnya untuk mengembangkan GenCast, sistem prakiraan AI yang disebut-sebut berhasil mengalahkan model fisika ECMWF dalam 97,2% kasus berdasarkan studi yang diterbitkan oleh Nature pada Desember 2024.

Penerapan database global ini memungkinkan sistem memahami pola-pola Cuaca dalam skala besar, yang kemudian diterjemahkan menjadi prakiraan lebih presisi.

Ini juga menjadi langkah penting dalam memperkaya kualitas sistem prediksi bencana alam, terutama di tengah kondisi perubahan iklim yang semakin nyata.

Kekhawatiran atas penurunan kapasitas riset Cuaca memicu kolaborasi ini

Di tengah kebijakan pemangkasan anggaran dan sumber daya manusia oleh pemerintahan sebelumnya, termasuk kebijakan DOGE dan pengurangan peluncuran balon cuaca oleh NWS, kapasitas riset cuaca nasional dinilai menurun signifikan.

Sebagai dampaknya, lembaga pemerintah seperti NWS terpaksa mengandalkan data dari pihak swasta, sementara proyek konservatif seperti Project 2025 bahkan mendorong pembubaran NOAA lembaga yang menjadi pusat riset iklim dan Cuaca di AS. 

"Untuk waktu yang lama, cuaca telah dipandang sebagai barang publik, dan saya pikir, Sebagian besar dari kita setuju dengan hal itu," ujar Peter Battaglia, seorang ilmuwan peneliti di Google DeepMind.

"Mudah-mudahan kita bisa berkontribusi pada hal tersebut, dan itulah mengapa kami mencoba untuk bermitra dengan sektor publik," imbuhnya.

Google tidak lagi menyebut perubahan iklim secara eksplisit dalam peluncuran kali ini

Satu hal yang menarik, dalam peluncuran sistem ini Google tidak secara langsung menyebut krisis iklim, berbeda dari peluncuran-peluncuran sebelumnya. Ini sedikit kontras dengan pernyataan perusahaan saat memperkenalkan GenCast akhir tahun lalu.

"Karena perubahan iklim mendorong terjadinya lebih banyak peristiwa Cuaca ekstrem, prakiraan yang akurat dan dapat dipercaya menjadi lebih penting dari sebelumnya," kata perusahaan itu dalam pengumuman GenCast Desember lalu.

Dengan fokus pada teknologi dan kolaborasi publik, langkah terbaru dari Google ini menunjukkan arah baru bagaimana inovasi bisa menjadi solusi di tengah tantangan iklim dan dinamika geopolitik yang kompleks.

Sistem peringatan dini badai AI buatan Google bisa jadi awal dari revolusi besar dalam dunia mitigasi bencana. Saat keakuratan jadi kunci penyelamatan, teknologi seperti ini bukan hanya canggih, tapi juga menyelamatkan.

Advertisements
Share:
Editor: Trinita Adelia
Source:

Baca Juga

Rekomendasi

Advertisements