Harga Minyak Mentah Anjlok Usai Ancaman Tarif 100 Persen Trump

Harga minyak mentah turun usai ancaman tarif Trump ke Rusia memicu ketidakpastian pasar global.
Trinita Adelia - Selasa, 15 Jul 2025 - 12:30 WIB
Harga Minyak Mentah Anjlok Usai Ancaman Tarif 100 Persen Trump
Donald Trump - Instagram @realdonaldtrump
Advertisements

NOTIS.CO.ID - Harga minyak mentah bergerak melemah di awal perdagangan Selasa (15/7) setelah Presiden Donald Trump mengeluarkan ancaman tarif 100 persen kepada Rusia jika negara itu menolak mencapai kesepakatan damai dengan Ukraina.

Tenggat waktu untuk berdamai semakin dekat, namun tanda-tanda berakhirnya perang belum juga terlihat.

Pergerakan Harga Minyak mentah Brent maupun West Texas Intermediate (WTI) langsung menjadi sorotan para pelaku pasar yang masih dihantui ketidakpastian geopolitik.

Harga Minyak Brent tercatat turun 5 sen ke posisi USD 69,16 per barel pada pukul 00.00 GMT, sedangkan harga minyak WTI melemah 9 sen menjadi USD 66,89 per barel.

Catatan perdagangan sehari sebelumnya menunjukkan penurunan lebih tajam, di mana Brent anjlok 1,63 persen dan WTI jatuh 2,15 persen. Pasar komoditas kembali memantau langkah kebijakan Amerika Serikat yang bisa mengubah peta pasokan energi global.

Trump pada Senin mengumumkan akan mengirimkan senjata baru ke Ukraina, sembari mengancam sanksi bagi negara-negara yang membeli ekspor Rusia.

Ancaman itu berlaku kecuali Rusia menyetujui perjanjian damai dalam waktu 50 hari.

Pergerakan Harga Minyak sempat melonjak setelah kabar tersebut, tetapi kemudian kembali melemah karena adanya harapan bahwa batas waktu 50 hari itu memungkinkan negosiasi yang bisa menghindari sanksi.

Para trader pun menimbang kemungkinan apakah AS benar-benar akan menerapkan tarif tinggi bagi negara yang tetap menjalin perdagangan dengan Rusia.

"Jeda ini meredakan kekhawatiran bahwa sanksi langsung terhadap Rusia dapat mengganggu aliran minyak mentah. Sentimen juga terbebani oleh meningkatnya ketegangan perdagangan," tulis ahli strategi komoditas senior ANZ, Daniel Hynes, dalam sebuah catatan kepada klien.

Di sisi lain, Trump pada Sabtu menyampaikan rencana mengenakan tarif sebesar 30 persen pada sebagian besar impor dari Uni Eropa dan Meksiko mulai 1 Agustus.

Peringatan serupa juga ia tujukan kepada negara lain, dengan waktu kurang dari tiga minggu untuk mencapai kesepakatan kerangka kerja yang bisa menurunkan tarif tersebut.

Kebijakan ini dinilai dapat memperlambat laju ekonomi dunia, yang pada akhirnya bisa mengurangi permintaan bahan bakar dan menekan Harga Minyak.

Meski tekanan dari sisi permintaan menguat, sejumlah analis meyakini konsumsi minyak akan tetap tinggi hingga kuartal ketiga 2025.

Laporan media Rusia menyebutkan pernyataan dari sekretaris jenderal Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) bahwa pasar akan tetap seimbang dalam jangka pendek. 

Bank investasi Goldman Sachs turut memberikan pandangan yang lebih optimistis.

Mereka menaikkan proyeksi harga minyak untuk paruh kedua 2025 dengan alasan risiko gangguan pasokan, penurunan stok minyak di negara-negara Organisation for Economic Co-operation and Development, serta hambatan produksi di Rusia yang memperketat suplai global.

Situasi Harga Minyak mentah yang terus berubah menjadi bukti betapa pasar energi selalu dipengaruhi oleh faktor geopolitik dan kebijakan ekonomi negara besar. 

Advertisements
Share:
Editor: Trinita Adelia
Source:

Baca Juga

Rekomendasi

Advertisements