Pasar Panik, Dolar AS Melemah Imbas Rencana Tarif Trump

Ancaman tarif dari Trump dan konflik geopolitik bikin dolar jatuh tajam, jadi sinyal kuat risiko global makin nyata.
Trinita Adelia - Senin, 16 Jun 2025 - 18:00 WIB
Pasar Panik, Dolar AS Melemah Imbas Rencana Tarif Trump
Donald Trump - Instagram @realdonaldtrump
Advertisements

NOTIS.CO.ID - Ketidakpastian global kembali mengguncang pasar keuangan. Ancaman perdagangan terbaru dari Donald Trump telah memicu pelemahan signifikan terhadap dolar Amerika Serikat, membuatnya terperosok ke posisi terendah dalam tiga tahun terakhir.

Kecemasan yang meningkat soal kebijakan tarif baru dan potensi konflik geopolitik membuat investor bersikap lebih hati-hati.

Mengutip laporan Financial Times, pelemahan dolar dipicu oleh pernyataan Trump kepada wartawan bahwa ia akan segera mengirimkan surat resmi kepada mitra dagangnya untuk menjabarkan tarif tambahan.

Langkah ini diambil menjelang berakhirnya masa tenggang 90 hari yang sebelumnya diberlakukan atas tarif "timbal balik" dan diperkirakan akan selesai bulan depan.

Penyebab Dolar Jatuh Akibat Ancaman Perdagangan Trump

Dampak langsung dari retorika perdagangan yang semakin memanas di pasar valuta asing. Dolar anjlok hingga 1% terhadap beberapa mata uang utama dunia, termasuk poundsterling dan euro.

Penurunan ini membuat nilai tukar dolar jatuh melewati titik terendah yang tercatat pada awal April, tepat saat pengumuman tarif pada momen yang disebut Trump sebagai "hari pembebasan".

Level terbaru ini sekaligus menjadi yang terendah sejak Maret 2022, menandakan tekanan serius yang dihadapi greenback dalam beberapa pekan terakhir.

"Komentar [Trump] tentu saja menunjukkan eskalasi baru dalam ketegangan perdagangan menjelang tanggal batas waktu resmi," kata Derek Halpenny, analis dari MUFG, dikutip Financial Times.

Ketegangan Geopolitik Perburuk Sentimen terhadap Dolar AS

Di luar urusan tarif, kondisi geopolitik juga turut memperburuk sentimen pasar terhadap dolar. Ketegangan antara AS dan Tiongkok kembali mencuat, meskipun keduanya mengumumkan gencatan senjata Perdagangan.

Di saat bersamaan, isu keamanan di Timur Tengah kembali memanas setelah Trump memberi lampu hijau untuk memulangkan personel militer AS dari kawasan tersebut.

Dalam sebuah kesempatan, Trump mengatakan kepada wartawan, "Kita lihat apa yang terjadi."

"Mereka [Iran] tidak dapat memiliki senjata nuklir, sangat sederhana." Ia menambahkan.

Ketegangan ini memberi tekanan tambahan bagi pasar, membuat banyak investor berpaling dari aset-aset berbasis Dolar dan mencari alternatif yang lebih stabil.

Pergerakan Pasar Saham dan Evaluasi Ulang Perjanjian Strategis

Meski Dolar terpukul, pasar saham menunjukkan ketahanan yang cukup kuat. Indeks S&P 500 bahkan mendekati rekor tertinggi baru sepanjang masa setelah sempat melemah di awal April.

Saham-saham AS kembali bangkit, dengan indeks tersebut naik tipis 0,2%. Di Eropa, indeks Stoxx Europe 600 hanya terkoreksi 0,3% setelah mengalami tekanan di awal sesi Perdagangan.

Sementara itu, analis dari Deutsche Bank menyoroti bahwa pelemahan Dolar juga berkaitan dengan kabar bahwa Pentagon tengah mengevaluasi ulang kesepakatan kerja sama kapal selam tahun 2021 antara AS, Inggris, dan Australia.

"Melaporkan bahwa AS sedang mengevaluasi kembali partisipasinya dalam pakta pertahanan Aukus sangat relevan bagi Dolar, menurut pandangan kami," tulis George Saravelos, Kepala Riset Valas di Deutsche Bank.

"Penyelarasan Geopolitik yang lebih lemah antara AS dan sekutunya melemahkan arus masuk AS," katanya.

Ia menambahkan bahwa kekhawatiran soal hal ini telah mencuat dalam pertemuan dengan investor Australia pada Kamis pagi.

Sinyal Pemotongan Suku Bunga dan Kenaikan Euro Perlemah Dolar Lebih Dalam

Faktor lain yang membuat dolar terus melemah adalah laporan inflasi AS yang lebih rendah dari ekspektasi. Data tersebut membuka ruang lebih besar bagi Federal Reserve untuk mempercepat pemangkasan suku bunga.

Saat ini, pasar berjangka sudah sepenuhnya memperkirakan adanya dua kali pemangkasan suku bunga masing-masing sebesar 0,25 persen hingga akhir tahun.

Berbeda dengan Fed, Bank Sentral Eropa justru memberikan sinyal bahwa siklus penurunan suku bunga mereka mungkin telah mencapai titik akhir. Hal ini membuat euro terdorong naik 0,8% ke posisi US$1,158 terhadap Dolar, level tertinggi sejak Oktober 2021.

Risiko Tambahan dari Kebijakan Pajak Investasi Asing

Tak hanya faktor eksternal, kebijakan dalam negeri AS turut memberi beban tambahan terhadap greenback.

Ketentuan anggaran yang berpotensi menaikkan pajak atas investasi asing menciptakan keresahan di kalangan pelaku pasar. Hal ini membuat daya tarik aset berbasis Dolar semakin merosot.

Menurut Vasileios Gkionakis, ekonom senior di Aviva Investors, kelemahan Dolar AS masih berpotensi berlanjut. Ia menekankan bahwa, "Pergeseran dari keistimewaan AS mendorong premi risiko AS lebih tinggi dan membebani nilai dolar".

Ketika kepercayaan pasar mulai goyah, kekuatan mata uang seperti Dolar bisa saja dengan cepat melemah, terutama jika ketidakpastian terus berlangsung.

Advertisements
Share:
Editor: Trinita Adelia
Source:

Baca Juga

Rekomendasi

Advertisements