NOTIS.CO.ID - Langkah baru Donald Trump soal perdagangan kembali mengguncang pasar global. Pada Jumat (30/5), ia mengumumkan rencana pelipatan tarif impor baja dan aluminium menjadi 50 persen.
Kebijakan ini langsung mencuri perhatian dunia karena memperkuat tensi Perang Dagang yang sudah lama membara, terutama antara Amerika Serikat dan mitra dagangnya.
Kebijakan tersebut disebut-sebut sebagai langkah strategis untuk melindungi industri baja dalam negeri. Namun, efek domino dari kenaikan tarif ini justru diperkirakan bakal merugikan mitra dagang utama AS seperti Kanada, Uni Eropa, hingga China.
Rencana Trump menaikkan tarif baja dan aluminium memicu kekhawatiran global
Dalam sebuah pernyataan resmi, Trump menegaskan tujuan dari kebijakan tarif ini adalah memperkuat industri lokal.
“Kami akan memberlakukan kenaikan sebesar 25%. Kami akan menaikkannya dari 25% menjadi 50%, tarif terhadap baja yang masuk ke Amerika Serikat, yang akan semakin mengamankan industri baja dalam negeri,” ujarnya seperti dikutip dari Reuters pada Minggu (1/6/2025).
Kenaikan tarif ini diumumkan hanya beberapa jam setelah Trump menuduh China telah melanggar kesepakatan dagang terkait pencabutan tarif atas mineral penting.
Dalam pidato di pinggiran Pittsburgh, ia juga menyampaikan bahwa langkah ini bersamaan dengan kesepakatan akuisisi antara Nippon Steel dan U.S. Steel senilai US$14,9 miliar, yang disebutnya sebagai pendorong penting untuk mempertahankan lapangan kerja di sektor baja.
Tak hanya baja, tarif impor aluminium pun ikut dinaikkan, yang menurut Trump akan mulai berlaku pada hari Rabu. Kebijakan ini menandai intensifikasi kebijakan proteksionis yang sudah menjadi ciri khas pemerintahan Trump.
Efek langsung di pasar dan reaksi global terhadap kebijakan Trump
Tak lama setelah pengumuman tersebut, pasar langsung bereaksi. Saham Cleveland-Cliffs Inc, salah satu produsen baja besar di AS, melonjak tajam hingga 26% setelah penutupan pasar.
Para investor memprediksi bahwa tarif tinggi ini akan membuat perusahaan domestik memperoleh keuntungan besar karena berkurangnya persaingan dari luar negeri.
Namun, reaksi dari komunitas internasional jauh dari positif. Kamar Dagang Kanada langsung mengkritik kebijakan ini karena dianggap mengancam integritas rantai pasok regional.
Candace Laing, Presiden Kamar Dagang Kanada, memperingatkan bahwa, “Menghentikan rantai pasok lintas batas yang efisien, kompetitif, dan andal seperti yang kita miliki untuk baja dan aluminium akan menimbulkan biaya besar bagi kedua negara.”
Dari sisi tenaga kerja, Serikat Pekerja United Steelworkers Kanada juga mengecam langkah Trump sebagai pukulan keras bagi industri Kanada. Mereka menyebut kebijakan ini sebagai “serangan langsung terhadap industri dan pekerja Kanada.”
Tak hanya itu, Komisi Eropa juga menyuarakan keberatan keras. Seorang juru bicara menyebut keputusan ini memperparah ketidakpastian ekonomi dunia.
“Keputusan ini menambah ketidakpastian terhadap ekonomi global dan meningkatkan biaya bagi konsumen dan bisnis di kedua sisi Atlantik,” katanya.
Perang Dagang kembali memanas di tengah ketegangan global
Kenaikan tarif impor baja dan aluminium menjadi 50% dinilai sebagai pemicu baru dalam perang dagang global yang selama ini sudah memperlihatkan banyak gesekan antara negara-negara besar.
Trump tampaknya tak segan mengambil langkah-langkah ekstrem demi memperkuat posisi ekonomi domestik, meski harus mengorbankan hubungan dengan sekutu strategis.
Dampaknya bisa meluas, mulai dari naiknya harga bahan baku industri hingga tekanan inflasi yang bisa terjadi di berbagai belahan dunia.
Sementara itu, sejumlah analis memperkirakan bahwa negara-negara mitra dagang AS kemungkinan akan merespons dengan kebijakan balasan, yang bisa berbentuk tarif serupa atau pembatasan terhadap produk-produk Amerika.