NOTIS.CO.ID - Rencana ambisius Donald Trump yang ingin membangun sistem pertahanan udara bernama Golden Dome memicu tanggapan serius dari China.
Proyek yang digadang-gadang sebagai perisai canggih bagi Amerika Serikat ini bukan hanya menelan biaya fantastis, tapi juga dinilai berisiko mengganggu keseimbangan keamanan global.
Dalam sebuah konferensi pers, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, secara langsung menyampaikan kekhawatiran Beijing terhadap proyek tersebut.
"Ini merusak keseimbangan dan stabilitas strategis global. China menyatakan keprihatinan serius atas hal ini. Kami mendesak AS untuk menghentikan pengembangan dan penyebaran sistem pertahanan rudal global sesegera mungkin," kata Mao dikutip AFP, Kamis (22/5/2025).
Golden Dome merupakan proyek besar yang pertama kali diperkenalkan Trump sebagai bagian dari janji kampanye untuk memperkuat pertahanan nasional.
Dengan dana awal sebesar US$25 miliar (sekitar Rp410 triliun), sistem ini dirancang untuk mulai beroperasi dalam tiga tahun ke depan.
Secara total, proyek ini bisa menyedot anggaran hingga US$175 miliar atau setara dengan Rp2.870 triliun, sebuah angka yang tak main-main dan menuai pro-kontra di level internasional.
Sementara itu, China tidak sendirian dalam mengamati rencana Trump ini. Para analis pertahanan global juga mulai menyoroti bagaimana pembangunan Golden Dome dapat memicu perlombaan senjata baru di berbagai belahan dunia.
Rencana Trump Ingin Bangun Golden Dome Jadi Sorotan China
Pengumuman resmi Trump tentang Golden Dome memantik perdebatan luas. Dalam pidatonya di Gedung Putih pada Selasa (20/5/2025), Trump menegaskan bahwa sistem ini adalah bentuk komitmennya terhadap rakyat Amerika.
"Dalam kampanye, saya berjanji kepada rakyat Amerika bahwa saya akan membangun sistem pertahanan rudal tercanggih," kata Trump dalam konferensi pers di Gedung Putih, yang dilansir AFP.
Nama Golden Dome sendiri diambil dari sistem pertahanan Iron Dome milik Israel, yang terkenal efektif mencegat roket jarak pendek sejak 2011.
Namun Trump menekankan bahwa ancaman yang dihadapi AS jauh lebih rumit, dari rudal hipersonik hingga serangan drone, bukan hanya proyektil konvensional seperti yang ditangani Israel. Golden Dome diharapkan bisa menjawab ancaman itu secara menyeluruh.
Meski begitu, para pengamat mempertanyakan efektivitas dan dampak jangka panjang proyek ini. Selain biaya luar biasa, pembangunan sistem ini juga membutuhkan teknologi dan infrastruktur yang belum tentu bisa diwujudkan dalam waktu singkat.
Belum lagi isu politik global yang berpotensi menghambat kolaborasi internasional, termasuk respons keras dari negara-negara seperti China dan Rusia.
Ancaman Rudal dan Respons Global terhadap Golden Dome
Laporan Missile Defense Review tahun 2022 menjadi salah satu latar penting di balik lahirnya rencana Golden Dome. Dokumen itu menunjukkan bahwa ancaman dari Rusia dan China terus meningkat, terutama dalam pengembangan rudal balistik dan hipersonik.
Beijing bahkan disebut semakin mendekati kemampuan Washington dalam teknologi rudal strategis.
Sementara itu, Moskow tidak tinggal diam. Rusia terus memodernisasi rudal antarbenua dan meningkatkan akurasi persenjataan jarak jauh mereka.
Di sisi lain, drone yang banyak digunakan dalam konflik seperti di Ukraina semakin diakui sebagai senjata masa depan yang tak kalah mematikan.
Golden Dome, menurut Trump, akan menjadi solusi menyeluruh untuk semua ancaman tersebut.
Namun, para pakar keamanan internasional memperingatkan bahwa langkah AS ini bisa menjadi pemicu ketidakstabilan global. Korea Utara dan Iran, misalnya, sudah menunjukkan kemampuan meluncurkan rudal balistik, dan aktor non-negara juga mulai terlibat dalam arena ini.
Kehadiran sistem sebesar Golden Dome bisa dianggap sebagai provokasi, mempercepat perlombaan senjata dan meningkatkan risiko konflik.