NOTIS.CO.ID - Langkah Presiden Amerika Serikat Donald Trump menghentikan pendanaan luar negeri untuk penanggulangan HIV/AIDS menuai kecaman global.
Kebijakan kontroversial ini tidak hanya mengejutkan, tetapi juga berdampak langsung terhadap keselamatan jutaan orang. Program PEPFAR, yang selama ini menjadi penyelamat utama di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, kini terancam lumpuh.
Sementara itu, badan internasional seperti PBB dan Unaids memperingatkan bahwa pencapaian selama bertahun-tahun bisa hilang begitu saja hanya karena satu keputusan mendadak.
Dampak Penghentian Bantuan HIV/AIDS Terhadap Negara Berkembang
Langkah mendadak Trump yang memutus pendanaan Program PEPFAR memicu kekhawatiran serius.
Program ini selama dua dekade terakhir telah menjadi tumpuan utama bagi lebih dari 6 juta orang yang bergantung pada pengobatan dan layanan pencegahan HIV/AIDS.
Dalam enam bulan terakhir, sejumlah negara mengalami ketidakpastian dalam distribusi obat dan pemotongan anggaran layanan kesehatan.
"Program HIV di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah telah terguncang oleh gangguan keuangan besar yang tiba-tiba dan mengancam akan membalikkan kemajuan yang telah dicapai selama bertahun-tahun dalam penanggulangan HIV,” tulis laporan Unaids yang dirilis Jumat (11/7/2025).
Tren penurunan angka infeksi HIV sebenarnya menunjukkan hasil positif dalam beberapa dekade terakhir.
Namun, pada 2024 lalu, penurunan tersebut tidak cukup signifikan untuk mendekati target global mengakhiri AIDS sebagai ancaman kesehatan publik pada 2030.
Penarikan Dana Oleh AS Hentikan Laju Progres Penanggulangan HIV
Sejak awal, AS merupakan kontributor utama dalam respons global terhadap HIV/AIDS. Maka, ketika dana dari Washington tiba-tiba dicabut, efeknya langsung terasa secara global.
Tidak hanya program pengobatan yang terganggu, namun inisiatif edukasi, distribusi alat pencegah infeksi, hingga pelatihan tenaga kesehatan juga ikut terdampak.
Dalam laporan Unaids disebutkan bahwa, “Penarikan dana secara tiba-tiba dari satu-satunya penyumbang terbesar bagi respons HIV global telah mengganggu program pengobatan dan pencegahan di seluruh dunia,”.
Negara-negara yang sebelumnya telah berhasil menekan laju penyebaran HIV kini menghadapi ancaman kebangkitan kembali epidemi.
Pendanaan Global untuk Kesehatan Tergeser Konflik dan Militer
Krisis ini tidak berdiri sendiri. Bahkan sebelum keputusan Trump keluar, tren penurunan dana bantuan kesehatan global sudah mulai terlihat.
Negara-negara Eropa, yang dulunya jadi donor besar, secara perlahan memangkas kontribusi mereka. Alasan utamanya adala anggaran pertahanan yang melonjak akibat konflik di Ukraina.
Direktur Eksekutif Unaids, Winnie Byanyima, dalam wawancaranya dengan Reuters mengatakan bahwa pemangkasan ini sangat memengaruhi efektivitas program pencegahan HIV.
“Mereka memberi tahu kami bahwa ini berkaitan dengan anggaran pertahanan,” mengacu pada tren penurunan pengeluaran kesehatan global," ucap dia.
Artinya, pandemi HIV kini dikorbankan atas nama keamanan militer. Padahal, jutaan nyawa tetap bergantung pada kelanjutan program-program kesehatan yang stabil.