Robotaxi WeRide Siap Gantikan Pengemudi Manual di Banyak Negara, Siap Masuk Indonesia?

Trinita Adelia - Rabu, 21 Mei 2025 - 16:45 WIB
Robotaxi WeRide Siap Gantikan Pengemudi Manual di Banyak Negara, Siap Masuk Indonesia?
Ilustrasi - freepik @rawpixel.com
Advertisements

NOTIS.CO.ID - Perkembangan teknologi kendaraan otonom kini semakin agresif, terutama di sektor layanan Robotaxi.

Perusahaan asal Tiongkok, WeRide, baru saja mengumumkan kemitraan strategis dengan Tencent Cloud untuk memperluas jangkauan layanan robotaxi ke pasar internasional.

Kolaborasi ini menandai langkah besar dalam ekspansi smart driving dan pengembangan ekosistem Mobil Otomatis skala global.

Kemitraan WeRide dan Tencent Cloud dorong Mobil Otonom ke level global

Kerja sama antara WeRide dan Tencent Cloud bertujuan untuk menciptakan layanan mobil otonom yang terintegrasi, stabil, dan siap beroperasi lintas negara.

Infrastruktur cloud milik Tencent akan menjadi tulang punggung dari jaringan smart driving yang diusung oleh WeRide dalam ekspansi globalnya.

"Unit Cloud Tencent akan mengandalkan infrastruktur cloud global dan pengalaman operasionalnya untuk menyediakan layanan cloud yang patuh dan terlokalisasi di luar negeri kepada WeRide dalam membangun jaringan operasi smart driving yang efisien dan stabil," tertera dalam pernyataan Tencent.

Hal ini menunjukkan bahwa Weride tidak lagi berfokus pada pasar domestik semata. Perusahaan ini kini mempersiapkan strategi besar untuk merambah pasar internasional, dengan sistem operasional yang mampu menyesuaikan diri terhadap kebutuhan dan regulasi masing-masing negara.

Langkah ini sekaligus memperkuat posisi WeRide sebagai salah satu pemain utama dalam industri Mobil Otonom, bersaing ketat dengan nama-nama besar seperti Waymo dan Tesla yang sudah lebih dulu bergerak di sektor ini.

Investasi Uber perkuat ekosistem Robotaxi lintas benua

WeRide juga mendapat dukungan signifikan dari Uber, yang pada awal Mei 2025 mengumumkan investasi senilai US$100 juta. Dana tersebut difokuskan untuk membangun ekosistem layanan robotaxi di beberapa kota besar di Eropa dan Amerika Serikat.

Kemitraan antara Uber dan WeRide sebenarnya sudah terjalin sejak 2024, saat keduanya meluncurkan layanan Robotaxi komersial perdana di Abu Dhabi. Kolaborasi ini menjadi batu loncatan penting yang membuka jalan bagi ekspansi ke wilayah lain.

Dengan kombinasi teknologi dari WeRide dan jaringan pasar Uber yang luas, pertumbuhan sektor Robotaxi global diprediksi akan berjalan lebih cepat.

Bagi industri transportasi, ini menjadi sinyal bahwa kendaraan otonom akan menjadi bagian dari layanan publik dalam waktu yang tidak lama lagi.

Kehadiran investasi dari perusahaan besar seperti Uber juga menunjukkan kepercayaan pasar terhadap masa depan transportasi otomatis yang tidak lagi bergantung pada pengemudi manusia.

Perkembangan Robotaxi memicu kekhawatiran hilangnya lapangan kerja

Di balik kemajuan teknologi yang ditawarkan, muncul kekhawatiran mengenai potensi hilangnya lapangan pekerjaan di sektor transportasi.

Layanan Robotaxi memungkinkan penumpang bepergian tanpa kehadiran sopir, yang secara langsung menggeser peran manusia dalam sistem operasional.

Kondisi ini memunculkan pertanyaan besar: bagaimana nasib para pengemudi online di masa depan? Jika layanan Mobil Otomatis terus berkembang pesat, maka kemungkinan besar permintaan terhadap jasa pengemudi manual akan menurun.

Perubahan ini juga dapat menimbulkan tantangan sosial baru di berbagai negara, terutama di wilayah dengan tingkat ketergantungan tinggi terhadap ekonomi gig seperti ojek dan taksi online.

Oleh karena itu, diperlukan perencanaan kebijakan dan transisi yang matang agar teknologi tidak serta-merta menggeser keberadaan tenaga kerja manusia.

Dalam konteks ini, pengembangan sektor Mobil Otonom perlu diiringi dengan penciptaan lapangan kerja baru, misalnya dalam bidang pemeliharaan sistem, pengawasan AI, serta manajemen data kendaraan.

Regulasi menjadi tantangan utama ekspansi Robotaxi ke Indonesia

Meski teknologi robotaxi terus mengalami kemajuan, tidak semua negara siap untuk menerimanya begitu saja. Salah satu hambatan utama yang dihadapi adalah regulasi.

Di Indonesia, misalnya, aturan transportasi belum sepenuhnya mengakomodasi keberadaan kendaraan tanpa pengemudi.

Sebaliknya, di Tiongkok, pertumbuhan layanan Robotaxi sangat cepat karena regulasi yang relatif fleksibel. Pemerintah setempat secara aktif mendukung uji coba dan implementasi teknologi ini.

Di Amerika Serikat, meski lebih ketat, perusahaan seperti Waymo berhasil mendapatkan izin untuk layanan Robotaxi di beberapa wilayah.

Sementara itu, Tesla masih dalam proses pengajuan izin agar bisa mengoperasikan kendaraan otonom secara komersial.

Situasi ini memperlihatkan bahwa regulasi memegang peran penting dalam menentukan kecepatan adopsi teknologi transportasi masa depan.

Indonesia sendiri berpotensi besar menjadi pasar Robotaxi, terutama di kota-kota besar dengan tingkat kepadatan tinggi.

Namun sebelum itu, perlu ada kepastian hukum yang jelas serta kesiapan infrastruktur yang memadai untuk mendukung kendaraan otonom dalam kondisi jalan yang kompleks.

Advertisements
Share:
Editor: Trinita Adelia
Source:

Baca Juga

Rekomendasi

Advertisements