Tencent Jadi Pemegang Saham SM, Akankah China Akhiri Larangan K-Pop?

Tencent beli saham besar dari Hybe, memicu harapan kembalinya konser K-pop di China dan lonjakan bisnis hiburan Korea.
Trinita Adelia - Kamis, 29 Mei 2025 - 09:00 WIB
Tencent Jadi Pemegang Saham SM, Akankah China Akhiri Larangan K-Pop?
Logo SM Entertaiment - X @SMTOWNGLOBAL
Advertisements

NOTIS.CO.ID - Rencana akuisisi saham besar-besaran oleh Tencent Music Entertainment terhadap SM Entertainment membuat dunia hiburan Asia heboh.

Langkah ini bukan hanya soal investasi, tapi bisa menjadi pintu masuk kembalinya gelombang K-pop ke China setelah bertahun-tahun dibatasi.

Tencent dikabarkan bakal membeli jutaan saham SM dari Hybe, yang sebelumnya juga menjadi pemilik besar agensi K-pop tersebut. Jika terealisasi, ini akan menempatkan Tencent sebagai pemegang saham terbesar kedua SM setelah Kakao.

Di sisi lain, kabar ini juga memunculkan harapan baru bahwa larangan tidak resmi terhadap konser K-pop di China mungkin segera berakhir. 

Tencent Music bakal kuasai Saham besar SM Entertainment

Tencent Music Entertainment dikabarkan akan membeli 2,2 juta saham SM Entertainment dari Hybe.

Penjualan ini dijadwalkan berlangsung pada 30 Mei 2025 dengan nilai transaksi sebesar 243 miliar won atau sekitar Rp2,8 triliun, menurut laporan dari Reuters pada Rabu (28/5/2025).

Hybe, agensi besar asal Korea Selatan, dalam pengajuannya menyebutkan bahwa penjualan ini merupakan bagian dari strategi untuk mengelola investasi secara efisien.

Meski tidak ada pernyataan resmi dari pihak Tencent, langkah ini dianggap sebagai sinyal kuat ekspansi strategis di sektor hiburan Korea.

Dengan kepemilikan baru tersebut, Tencent Music akan menguasai sekitar 9,7% Saham SM Entertainment. Angka itu menjadikan mereka pemegang saham terbesar kedua setelah Kakao Entertainment, yang mengontrol sekitar 42% saham perusahaan.

Potensi kebangkitan K-pop di China usai pembelian saham

Dampak terbesar dari akuisisi ini bisa jadi bukan hanya pada struktur kepemilikan saham SM Entertainment, melainkan pada kemungkinan berakhirnya larangan tidak resmi terhadap konser K-pop di China.

Sejak 2016, artis Korea Selatan tidak bisa tampil secara terbuka di negeri tirai bambu tersebut. Reuters menulsikan bisa menjadi pertanda pencabutan larangan tidak resmi pada konser ataupun pertunjukan K-pop di China.

Larangan tersebut muncul sebagai imbas dari ketegangan politik antara Korea Selatan dan China, menyusul pengerahan sistem pertahanan anti rudal milik Amerika Serikat (AS) di wilayah Korea Selatan.

Namun dengan keterlibatan langsung Tencent dalam kepemilikan SM, terbuka peluang baru untuk mencairkan hubungan yang beku. 

Industri hiburan Korea berharap lonjakan pendapatan tiket

Kembalinya konser K-pop ke pasar China tentu berpotensi mendongkrak pendapatan agensi hiburan besar seperti SM dan Hybe. Para analis menilai bahwa akses kembali ke pasar China bisa menghasilkan peningkatan signifikan dalam penjualan tiket konser dan merchandise.

Selama ini, China dikenal sebagai salah satu pasar dengan basis penggemar K-pop terbesar di luar Korea. Pembatasan selama hampir satu dekade telah memukul pendapatan dan pertumbuhan sejumlah agensi hiburan.

Maka, jika pintu itu kembali dibuka, para agensi punya peluang untuk memulihkan kerugian dan bahkan berkembang lebih pesat.

Langkah Tencent ini pun tidak hanya dilihat sebagai keputusan bisnis semata, tetapi juga sinyal pergeseran geopolitik dalam ranah budaya populer.

Dengan pengaruh finansial dan platform distribusi musik yang luas, Tencent bisa memainkan peran penting dalam mempererat kembali jembatan budaya Korea–China.

Advertisements
Share:
Editor: Trinita Adelia
Source:

Baca Juga

Rekomendasi

Advertisements