NOTIS.CO.ID - Mata uang rupiah kembali menghadapi tekanan, bukan hanya dari dolar AS, tetapi juga dari dolar Singapura.
Meski banyak perhatian tertuju pada fluktuasi rupiah terhadap greenback, ada hal yang lebih tersembunyi namun tak kalah penting Nilai Tukar rupiah terhadap dolar Singapura sempat menyentuh level tertinggi dalam sejarah.
Pada akhir April, Dolar Singapura diperdagangkan di angka Rp12.875 rekor yang membuktikan dominasi SGD makin terasa di kawasan.
Nilai Tukar rupiah terhadap dolar Singapura menyentuh level terendah sepanjang masa
Dalam dua dekade terakhir, nilai tukar SGD terhadap IDR terus menunjukkan tren menguat.
Menurut data dari Refinitiv, penurunan Nilai Tukar rupiah terhadap dolar Singapura telah mencapai hampir 20% sebuah angka yang cukup mencolok jika dibandingkan dengan pergerakan terhadap mata uang lainnya.
Secara teknikal, posisi ini menunjukkan bahwa investor mulai meragukan kekuatan Rupiah jika dibandingkan dengan stabilitas ekonomi Singapura yang lebih mapan.
Namun, jika dilihat dari sudut pandang yang lebih singkat, hasilnya bisa sedikit berbeda.
"Namun sebagai contoh, kalau kita melihat potongan waktu dalam 1 bulan terakhir, kita bisa lihat bahwa dolar Singapura menguat 1,31% terhadap dolar AS, sedangkan Rupiah menguat 2,40% terhadap dolar AS. Sehingga di 1 bulan terakhir ini sebenarnya rupiah relative menguat terhadap dolar Singapura sekitar 1,41%," ujar R. Triwahyono, Direktur Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI, dikutip dari CNBC Indonesia, Selasa (20/5/2025).
Pernyataan ini menunjukkan bahwa performa Rupiah terhadap dolar Singapura sangat bergantung pada jangka waktu yang dianalisis.
Cross currency SGD IDR tidak mencerminkan hubungan ekonomi Indonesia dan Singapura
Triwahyono juga menjelaskan bahwa dalam sistem global, perbandingan Nilai Tukar sering kali dilakukan dengan acuan dolar AS.
"Sedangkan Nilai Tukar antar mata uang lain yang tidak melibatkan USD, misalnya SGD/IDR, sering disebut sebagai cross currency. Jadi cross currency tidak selalu bisa menjelaskan hubungan antar kedua negara tersebut," jelas Triwahyono.
Sebagai mata uang cadangan dunia, dolar AS memang menjadi tolok ukur utama yang memengaruhi Nilai Tukar negara-negara lain.
Jadi ketika berbicara soal kekuatan dolar Singapura terhadap Rupiah, penting untuk memahami konteks global, bukan hanya relasi bilateral dua negara ini.
Konsep cross currency inilah yang membuat pemahaman soal fluktuasi mata uang jadi sedikit lebih kompleks dari sekadar grafik naik turun.
Artinya, meskipun secara ekonomi Indonesia dan Singapura saling terhubung, kurs SGD/IDR tak selalu mencerminkan kekuatan fundamental satu sama lain.
Dana asing mengalir deras ke Singapura dorong penguatan SGD
Daya tarik Singapura sebagai pusat finansial Asia Tenggara kembali terbukti. Investor global tetap menjadikan negara kecil ini sebagai tempat aman untuk menyimpan kekayaan mereka.
"Dan ini yang menyebabkan mengapa kemudian capital flows tetap masuk ke sektor keuangan dan wealth management di Singapura itu sendiri," ujar Andry Asmoro, Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk.
Hal ini tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang berasal dari non-residen.
"Saya coba bacain datanya ya, pertumbuhan DPK di resident outside Singapura, jadi DPK from resident outside Singapura itu tumbuhnya terakhir datanya itu di 6,18%. Di tahun lalu di Maret bahkan tumbuh sempat di 14,2%. Jadi inilah pertumbuhan DPK non-resident lah gitu ya," kata Andry.
Selain itu, total deposito perbankan juga mengalami peningkatan cukup signifikan.
Dengan pertumbuhan DPK Singapura mencapai 6,8%, menunjukkan bahwa para pemilik dana besar dari luar negeri memilih Singapura sebagai tempat yang aman dan stabil untuk menempatkan dana mereka.
Ekonomi Singapura stabil dan kinerjanya unggul dibanding banyak negara lain
Pertumbuhan ekonomi juga menjadi faktor penting yang bikin Dolar Singapura semakin kokoh.
Di saat banyak negara kesulitan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi di atas 4%, Indonesia masih bisa menjaga pertumbuhan di kisaran 4,5-5%.
"Yang berikutnya adalah narasi pertumbuhan ekonomi yang memang masih di atas ekspektasi...Narasi pertumbuhan itu semakin penting sekarang. Ya bagi Indonesia ya tumbuh relatif stabil di angka 4,5-5% misalnya. Di saat negara-negara lain trouble untuk mencapai event pertumbuhan up to 4,5% misalnya. Ini akan memberikan faktor plus tersendiri buat Indonesia," paparnya.
Untuk kuartal I-2025 saja, ekonomi Singapura tumbuh sebesar 1,9%, mengalahkan proyeksi pasar.
Angka tersebut mungkin terlihat kecil, tetapi dalam konteks ekonomi global yang penuh tekanan, pertumbuhan semacam ini menunjukkan daya tahan yang luar biasa.
Apalagi jika dikombinasikan dengan inflasi yang terkendali dan surplus neraca perdagangan yang konsisten.
"Jadi itu yang kemudian menyebabkan capital flows tetap ada di Singapura dan membuat kursnya juga relatif menguat," tegas Andry.
Stabilitas makroekonomi inilah yang menjadi magnet kuat bagi investor global untuk terus menyimpan dananya di Singapura.