NOTIS.CO.ID - Matahari yang setiap hari bersinar cerah dan menjadi sumber kehidupan ternyata kini sudah berada di fase paruh baya.
Meski masih terlihat stabil di langit, Matahari sebenarnya sudah melewati separuh usianya dan bersiap menuju masa senjanya.
Ilmuwan memperkirakan Matahari telah berusia sekitar 5 miliar tahun, dan itu artinya perubahan besar akan terjadi dalam sistem tata surya terutama di Bumi.
Dampak usia Matahari terhadap keberlangsungan hidup di Bumi
Saat Matahari menua, Bumi tidak hanya kehilangan penerangnya, tetapi juga perlahan kehilangan kemampuan untuk menopang kehidupan.
Seiring waktu, suhu dari Matahari akan meningkat sekitar 10 persen lebih panas dalam rentang waktu 1 miliar tahun ke depan.
Lonjakan suhu ini akan memicu efek rumah kaca yang tak terkendali, lautan akan mulai menguap, dan kekeringan ekstrem bakal merajalela.
"Bumi dan Mars kemungkinan akan berputar masuk ke Matahari, sementara planet lainnya akan terdorong ke luar," menurut laporan dari IFLScience, dikutip Selasa (13/5/2025).
Tak cuma manusia yang akan kesulitan bertahan, tapi seluruh sistem kehidupan seperti tumbuhan dan rantai makanan akan runtuh, diprediksi mulai terjadi sekitar 600 juta tahun dari sekarang.
Kondisi seperti ini bukan hanya akan mengakhiri kehidupan seperti yang dikenal sekarang, tapi juga menjadikan Bumi tempat yang benar-benar tak bisa ditinggali.
Evolusi Matahari hingga menjadi White Dwarf dan dampaknya pada tata surya
Di akhir masa hidupnya, Matahari akan mengalami transformasi besar-besaran. Inti dari bintang ini akan melebur dan menjelma menjadi objek baru yang disebut White Dwarf.
Dalam proses menuju bentuk akhir itu, massa Matahari akan banyak yang hilang, memicu reaksi berantai dalam sistem tata surya.
Sebagian planet akan tertarik ke arah pusat, dan sebagian lagi terdorong menjauh hingga keluar orbitnya.
Para ilmuwan memperkirakan perubahan ke White Dwarf baru akan terjadi dalam waktu sekitar 30 miliar tahun ke depan.
Namun, sebelum titik akhir itu tercapai, Tata Surya akan kehilangan sekitar tiga planet dalam kurun waktu 10 miliar tahun.
Planet gas raksasa seperti Jupiter disebut-sebut akan menjadi yang terakhir bertahan, meski pada akhirnya juga akan terdorong ke luar dan melebur.
Kenyataan pahit bahwa umat manusia tak akan melihat akhir kehidupan Matahari
Meski semua prediksi itu terdengar menegangkan, populasi manusia yang hidup saat ini tidak akan pernah menyaksikannya langsung.
Masih ada miliaran tahun sebelum Bumi benar-benar berada dalam kondisi krisis total akibat penuaan Matahari.
Namun bukan berarti bisa bersantai sepenuhnya. Apa yang terjadi di masa depan tetap jadi pengingat penting untuk menjaga Bumi selagi masih bisa.
Saat ini, hal terbaik yang bisa dilakukan adalah memperlambat dampak Perubahan Iklim yang sudah mulai terasa.
Bukan dengan cara magis atau teknologi luar angkasa, tapi lewat aksi nyata seperti mengurangi aktivitas yang menghasilkan emisi karbon dan lebih peduli terhadap lingkungan sekitar.