Perubahan Iklim Bisa Picu Wabah Jamur Aspergillus yang Mematikan

Trinita Adelia - Kamis, 15 Mei 2025 - 14:00 WIB
Perubahan Iklim Bisa Picu Wabah Jamur Aspergillus yang Mematikan
Ilustrasi jamur - Pixabay @adege
Advertisements

NOTIS.CO.ID - Saat suhu bumi terus memanas akibat Perubahan Iklim ekstrem, penyebaran jamur berbahaya seperti Aspergillus kini jadi ancaman baru bagi kesehatan global yang tak bisa dianggap remeh.

Penelitian terbaru dari Manchester University membongkar fakta mengejutkan bahwa jamur ini makin menyebar ke Eropa dan Asia, dan bisa memicu infeksi serius.

Dengan meningkatnya suhu global, jamur ini tak hanya berkembang lebih cepat, tapi juga menyebar ke wilayah yang sebelumnya aman dari invasinya.

Ancaman kesehatan global dari penyebaran Aspergillus mematikan

Ketika udara jadi lebih hangat dan lembap, kondisi itu justru menguntungkan jamur jenis Aspergillus untuk berkembang biak dan menyebar.

Jamur ini bisa menghasilkan spora yang melayang di udara, lalu masuk ke tubuh manusia lewat sistem pernapasan dan memicu penyakit serius seperti aspergilosis.

Infeksi ini bisa sangat berbahaya, terutama bagi mereka yang punya daya tahan tubuh lemah, termasuk penderita asma, kanker, atau fibrosis kistik.

Dalam kondisi tertentu, infeksinya bisa berubah jadi mematikan. Dan yang bikin makin ngeri, spora jamur ini nggak kelihatan dan bisa tersebar luas tanpa disadari.

Berdasarkan penelitian para ilmuwan di Manchester University, penyebaran Aspergillus kini menjadi perhatian serius karena berpotensi jadi faktor penyebab jutaan kematian global per tahun.

“Kita berbicara tentang ratusan ribu nyawa, dan pergeseran benua dalam distribusi spesies. Dalam 50 tahun ke depan, tempat tumbuh berbagai spesies dan jenis infeksi yang kita hadapi akan berubah total,” ungkap Norman van Rhijn dari Wellcome Trust, dikutip dari Financial Times.

Penyebaran Aspergillus diperparah oleh Pemanasan Global

Laporan The Independent memperkuat temuan ini dengan proyeksi yang cukup mencengangkan. Jika tren pemanasan global tetap dibiarkan, penyebaran Aspergillus fumigatus diprediksi bisa menjangkau wilayah 77% lebih luas pada tahun 2100.

Kondisi ini bahkan bisa membuat sekitar sembilan juta orang di Eropa terpapar risiko infeksi berbahaya dari jamur tersebut.

Penyebarannya nggak cuma terbatas di Eropa. Wilayah Asia juga diprediksi bakal terdampak besar, terutama kawasan utara seperti Rusia, bagian utara China, Alaska, hingga Skandinavia.

Meningkatnya suhu di wilayah-wilayah tersebut membuka peluang hidup bagi jamur ini yang sebelumnya nggak bisa bertahan di iklim dingin.

Yang membuat Aspergillus sangat adaptif adalah kemampuannya tumbuh di lingkungan panas, seperti tumpukan kompos.

Hal inilah yang memungkinkan spora jamur itu bertahan dalam suhu tubuh manusia yang mencapai 37°C.

Profesor Elaine Bignell dari University of Exeter menjelaskan bahwa "gaya hidup" Aspergillus di lingkungan alami memberinya keunggulan untuk masuk ke paru-paru manusia.

Dampak penyebaran Aspergillus terhadap pangan dan ekosistem

Tak hanya menyerang manusia, jamur ini juga mengancam tanaman pangan, yang berarti efek domino bisa merambat ke ketahanan pangan dunia.

Spesies Aspergillus flavus misalnya, diketahui hidup di tanaman seperti jagung dan kacang-kacangan.

Penyebarannya diperkirakan bakal meluas sekitar 16% ke wilayah baru, yang otomatis meningkatkan risiko kontaminasi pangan dan kerusakan hasil pertanian.

Jamur ini mampu menghasilkan aflatoksin racun kuat yang bisa mencemari makanan dan menyebabkan kanker jika dikonsumsi.

Maka, penyebarannya bukan cuma soal ancaman medis, tapi juga risiko bagi sistem pertanian, ekonomi lokal, dan rantai pasokan makanan secara global.

Profesor Darius Armstrong James dari Imperial College London turut menegaskan bahwa organisme ini bukan hanya mengancam kesehatan manusia tapi juga keamanan pangan dunia secara menyeluruh. 

Advertisements
Share:
Editor: Trinita Adelia
Source:

Baca Juga

Rekomendasi

Advertisements