Asia Memanas Dua Kali Lebih Cepat, Indonesia Terancam Tenggelam

Perubahan iklim makin ekstrem di Asia, WMO ungkap suhu memanas, banjir masif, hingga ancaman tenggelamnya pulau-pulau kecil Indonesia
Trinita Adelia - Sabtu, 24 Mei 2025 - 12:00 WIB
Asia Memanas Dua Kali Lebih Cepat, Indonesia Terancam Tenggelam
Ilustrasi iklim ekstrem - freepik
Advertisements

NOTIS.CO.ID - Perubahan Iklim bukan lagi sekadar peringatan ilmuwan dampaknya kini dirasakan langsung di banyak negara, terutama di Asia.

Dengan suhu yang terus meningkat, gletser mencair lebih cepat, dan permukaan air laut terus naik, kawasan ini menjadi salah satu wilayah paling rentan terhadap bencana alam akibat perubahan iklim.

Dalam laporan terbaru berjudul State of the Climate in Asia 2023 dari Badan Meteorologi Dunia (WMO), terlihat jelas betapa seriusnya kondisi ini.

Laporan tersebut menegaskan bahwa Asia mengalami pemanasan hampir dua kali lebih cepat dibandingkan rata-rata global sejak tahun 1961.

Ini berarti banyak negara Asia mengalami kondisi cuaca ekstrem sepanjang 2023, termasuk kekeringan parah, banjir bandang, badai tropis dahsyat, serta gelombang panas yang menghantui banyak wilayah.

"Kesimpulan dari laporan ini sangat menyadarkan kita," kata Sekretaris Jenderal WMO Celeste Saulo dalam keterangan resmi. 

Suhu Panas hingga Banjir Besar Dominasi Bencana Alam di Asia

Sepanjang tahun 2023, terdapat 79 bencana besar yang tercatat di Asia dan semuanya berkaitan dengan bahaya hidrometeorologi, menurut Emergency Events Database.

Lebih dari 80% bencana tersebut berupa banjir dan badai yang menelan lebih dari 2.000 korban jiwa dan berdampak langsung pada sembilan juta orang.

Yang cukup mencengangkan, meski terjadi panas ekstrem yang menyapu banyak negara, tidak ada laporan resmi mengenai korban jiwa akibat gelombang panas tersebut. Namun risiko kesehatan dari suhu tinggi yang terus berulang tidak bisa dianggap remeh.

"Sekali lagi, di tahun 2023, negara-negara yang rentan terkena dampak yang tidak proporsional. Sebagai contoh, topan tropis Mocha, topan terkuat di Teluk Benggala dalam satu dekade terakhir, menghantam Bangladesh dan Myanmar," jelas Sekretaris Eksekutif Komisi Ekonomi dan Sosial untuk Asia dan Pasifik (ESCAP), Armida Salsiah Alisjahbana yang menjadi mitra dalam penyusunan laporan ini.

Dalam peristiwa itu, sistem peringatan dini dan kesiapsiagaan terbukti menyelamatkan ribuan nyawa. "Peringatan dini dan kesiapsiagaan yang lebih baik telah menyelamatkan ribuan nyawa," ujarnya. 

Permukaan Laut Naik, Indonesia Masuk Wilayah Peringatan

Salah satu temuan paling serius dalam laporan WMO adalah kenaikan permukaan laut yang berlangsung terus-menerus dari Januari 1993 hingga Mei 2023.

Banyak wilayah di Asia menunjukkan kenaikan di atas rata-rata global, yakni 3,4 mm per tahun. Indonesia pun masuk ke dalam zona kuning dalam peta risiko yang berarti tanda bahaya sedang.

Kondisi ini bukan hanya sekadar angka statistik. Kenaikan air laut nyata berpotensi menenggelamkan ribuan pulau kecil di Nusantara.

Data proyeksi dari USAID tahun 2016 sudah lebih dulu memperingatkan bahwa sebanyak 2.000 pulau kecil bisa hilang dari peta pada tahun 2050. Dampaknya sekitar 42 juta orang diprediksi akan kehilangan tempat tinggalnya jika tak ada langkah nyata dari sekarang.

Situasi ini tentu membawa kecemasan. Indonesia sebagai negara kepulauan harus merespons krisis ini, baik melalui kebijakan, edukasi publik, maupun kolaborasi internasional untuk adaptasi dan mitigasi iklim.

Advertisements
Share:
Editor: Trinita Adelia
Source:

Baca Juga

Rekomendasi

Advertisements