NOTIS.CO.ID - Indonesia kini resmi berganti wilayah dalam keanggotaan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dari yang sebelumnya berada di kelompok Asia Tenggara, kini Indonesia tergabung dalam kawasan Pasifik Barat.
Langkah strategis ini sebagai arah baru dalam kerja sama kesehatan global, terutama setelah pengalaman selama pandemi COVID-19.
Perubahan ini tak hanya soal pembagian wilayah, tetapi juga tentang peningkatan kolaborasi, penguatan respons epidemiologi lintas negara, hingga upaya akselerasi pencapaian target-target kesehatan internasional.
Alasan Indonesia Pindah ke Wilayah WHO Kawasan Pasifik Barat
Keputusan pemindahan Indonesia ke Kawasan Pasifik Barat (Western Pacific Region/WPRO) disahkan dalam Sidang World Health Assembly (WHA) ke-78 yang berlangsung di Jenewa, Swiss. Keputusan tersebut disetujui secara konsensus oleh seluruh negara anggota WHO.
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan, Kunta Wibawa Dasa Nugraha, melansir dari CNBC Indonesia ia menjelaskan bahwa pandemi COVID-19 telah membuka mata banyak negara, termasuk Indonesia, terhadap pentingnya kolaborasi regional yang lebih dekat secara geografis maupun isu kesehatan.
“Keputusan perpindahan ini diambil sebagai bagian dari upaya strategis memperkuat kolaborasi kesehatan lintas kawasan dan memperluas jejaring kerja sama di bidang kesehatan masyarakat,” ujarnya.
Perpindahan ini juga mempertimbangkan kedekatan Indonesia dengan negara-negara di kawasan Pasifik Barat, baik secara geografis maupun dalam tantangan kesehatan yang dihadapi.
Misalnya, Papua dan Maluku memiliki kondisi yang mirip dengan negara-negara Kepulauan Pasifik, sedangkan wilayah Sumatera sangat dekat secara budaya dengan Malaysia dan Singapura dua negara yang sudah lebih dulu tergabung di WPRO.
Implikasi Strategis dan Keuntungan Masuk ke WPRO
Masuknya Indonesia ke kawasan WPRO dianggap selaras dengan arah diplomasi kesehatan yang tengah diperkuat pemerintah. Langkah ini dinilai akan membuka peluang besar dalam hal berbagi pengetahuan, teknologi, serta akses terhadap sumber daya kesehatan global.
Kunta menekankan bahwa Indonesia memiliki perbatasan darat dan laut dengan 10 negara, serta konektivitas langsung dengan 18 negara lainnya melalui penerbangan.
Situasi ini meningkatkan potensi risiko penyebaran penyakit lintas negara, sehingga kerja sama dengan kawasan WPRO sangat krusial untuk memperkuat sistem surveilans dan respons cepat terhadap penyakit menular.
Selain itu, keanggotaan di WPRO memungkinkan Indonesia terlibat lebih aktif dalam diskusi inovasi kesehatan, pertukaran teknologi, dan pengembangan kebijakan berbasis bukti di level internasional.
Hal ini sangat penting untuk mempercepat pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dalam bidang kesehatan.
Transisi Menuju Kawasan Baru dan Hubungan dengan SEARO
Perubahan keanggotaan ini mulai berlaku efektif sejak 23 Mei 2025. Namun, proses transisi tidak dilakukan secara tiba-tiba.
Pemerintah Indonesia akan berkoordinasi secara intensif dengan pihak WHO dari kawasan Asia Tenggara (SEARO) maupun Pasifik Barat (WPRO) agar perpindahan berjalan mulus.
Meski berpindah kawasan, Indonesia tidak akan memutus hubungan dengan negara-negara di SEARO. Kunta menegaskan bahwa kerja sama bilateral maupun multilateral dengan negara-negara Asia Selatan dan Asia Tenggara tetap akan dijaga. S
inergi yang telah terbangun selama ini tetap menjadi fondasi penting dalam menyikapi isu-isu kesehatan lintas kawasan.
“Demikian pula masyarakat kita di Sumatera yang secara etnik dan kultur dekat dengan Malaysia serta Singapura yang merupakan negara anggota WPRO. Posisi geografis dan konektivitas tersebut meningkatkan risiko epidemiologi, termasuk pelintasan penduduk di perbatasan ataupun mobilitas internasional yang tinggi,” jelas Kunta lebih lanjut.
Dengan langkah ini, Indonesia diharapkan dapat memperkuat posisinya dalam diplomasi kesehatan global, sekaligus berperan aktif dalam membangun sistem kesehatan yang lebih tangguh di masa depan.