NOTIS.CO.ID - Langkah pembatasan terhadap perusahaan teknologi China terus menyebar luas.
Setelah Amerika Serikat, kini Taiwan resmi memasukkan Huawei Technologies dan Semiconductor Manufacturing International Corp (SMIC) ke dalam daftar ekspor strategis yang dikontrol ketat.
Aksi ini memberi sinyal kuat bahwa dominasi China dalam industri chip dan kecerdasan buatan (AI) sedang menghadapi tekanan internasional yang makin serius.
Kebijakan baru ini membuat perusahaan asal Taiwan harus memperoleh izin pemerintah sebelum bisa mengirimkan produk ke Huawei dan SMIC.
Keduanya selama ini dikenal sebagai ujung tombak ambisi teknologi China, terutama dalam mengejar ketertinggalan semikonduktor dan pengembangan AI.
Kementerian Ekonomi Taiwan memperbarui daftar kontrol ekspor strategis pada 10 Juni 2025. Dalam pernyataannya, mereka menegaskan bahwa langkah ini diambil dengan alasan perlindungan keamanan nasional dan upaya mencegah penyebaran teknologi yang berpotensi digunakan untuk pengembangan senjata.
"Produsen harus mematuhi regulasi ekspor, memenuhi kewajiban verifikasi, dan mengevaluasi risiko transaksi secara hati-hati," ujar pihak kementerian, dikutip dari Reuters, Selasa (17/6/2025).
Huawei dan SMIC Masuk Daftar Hitam Ekspor Taiwan
Taiwan kini menyamakan Huawei dan SMIC dengan ratusan entitas yang dianggap berisiko tinggi. Total ada 601 entitas dari negara-negara seperti China, Rusia, Iran, Pakistan, dan Myanmar yang masuk dalam daftar hitam.
Bahkan, kelompok ekstrem seperti Taliban dan Al Qaeda juga tercantum dalam daftar yang sama.
Langkah ini bukan cuma simbolik. Taiwan merupakan rumah bagi Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC), produsen chip terbesar di dunia yang jadi pemain penting dalam rantai pasok global.
TSMC dikenal sebagai pemasok utama teknologi chip mutakhir untuk berbagai perusahaan AI internasional, termasuk Nvidia.
Dengan posisinya yang strategis, keputusan Taiwan menempatkan Huawei dan SMIC dalam daftar ekspor terbatas bisa berdampak besar pada ekosistem semikonduktor global.
Apalagi, kedua perusahaan tersebut saat ini tengah gencar mengembangkan teknologi chip sendiri sebagai bentuk perlawanan terhadap sanksi teknologi dari negara Barat.
AS Sudah Lebih Dulu Larang Pasokan Teknologi untuk Huawei
Kebijakan Taiwan mengikuti langkah yang lebih dulu diambil Amerika Serikat. Pemerintah AS telah sejak lama memblokir Huawei dari akses ke teknologi dan chip buatan AS maupun chip asing yang berbasis teknologi Amerika, termasuk dari TSMC.
Pada 2024 lalu, Departemen Perdagangan AS mengirimkan surat peringatan kepada TSMC agar tidak mengekspor jenis chip tertentu ke konsumen China.
Salah satu yang dilarang adalah chip dengan desain 7 nanometer atau lebih canggih, yang sering digunakan sebagai akselerator AI dan unit pemrosesan grafis (GPU) dalam berbagai perangkat.
Langkah tegas AS muncul setelah TSMC mengakui bahwa chip produksinya sempat ditemukan di dalam prosesor AI buatan Huawei. Penemuan ini dibongkar oleh lembaga riset teknologi Tech Insights yang menyatakan bahwa penggunaan chip tersebut merupakan pelanggaran langsung terhadap sanksi dagang AS terhadap China.
Krisis Kepercayaan Terhadap Industri Teknologi China
Langkah terbaru dari Taiwan makin memperkuat narasi global bahwa industri teknologi China sedang berada dalam tekanan geopolitik yang berat.
Meski Huawei dan SMIC terus berupaya memperkuat kemampuan mandiri mereka, ketergantungan terhadap teknologi luar negeri masih menjadi tantangan besar.
Sementara itu, kekhawatiran akan penyalahgunaan teknologi tinggi untuk kepentingan militer dan pengembangan senjata membuat banyak negara memilih bersikap tegas.
Kombinasi tekanan dari AS, Taiwan, dan negara-negara lain dapat memperlambat laju pertumbuhan teknologi canggih di China dalam waktu dekat.