Trump Melunak di Tengah Perang Dagang Saat China Naikkan Tarif Produk AS

Trinita Adelia - Senin, 14 Apr 2025 - 09:30 WIB
Trump Melunak di Tengah Perang Dagang Saat China Naikkan Tarif Produk AS
Ilustrasi perang dagang AS dan China - freepik @brgfx
Advertisements

NOTIS.CO.ID - Perang Dagang antara Amerika Serikat dan China kembali memuncak setelah langkah keras yang diambil Beijing bikin suasana makin panas.

Presiden Donald Trump pun akhirnya menunjukkan sisi yang lebih lunak dengan tetap menyuarakan harapan akan tercapainya kesepakatan.

Meski China baru saja menaikkan tarif produk AS hingga 125 persen, Gedung Putih menegaskan negosiasi tetap jadi opsi utama.

Pernyataan ini datang dari Juru Bicara Gedung Putih Karoline Leavitt, yang memastikan bahwa peluang kesepakatan belum tertutup.

"Presiden (Trump) telah menyatakan dengan sangat jelas bahwa beliau terbuka untuk mencapai kesepakatan dengan China. Presiden (Trump) sangat optimistis bahwa kesepakatan dapat tercapai," kata Leavitt dikutip dari Fox Business, Minggu (13/4/2025).

Di tengah ancaman tarif saling balas, Presiden Trump menyampaikan kesiapan untuk berdialog dan membuka pintu negosiasi.

Ketegangan Tarif Impor AS dan China picu kekhawatiran global

Kenaikan tarif oleh China menjadi 125 persen merupakan pukulan balik terhadap kebijakan Trump sebelumnya, yang menyasar produk-produk dari China dengan tarif hingga 145 persen.

Retaliasi tajam dari China bukan cuma balasan simbolik, tapi strategi ekonomi yang menghantam rantai pasok global.

Leavitt menyampaikan bahwa langkah balasan ini sebaiknya ditahan karena bisa jadi bumerang buat China sendiri.

"Presiden... akan bersikap bijak jika China berniat membuat kesepakatan dengan Amerika Serikat. Namun, jika China terus melakukan retaliasi, itu bukan langkah yang baik bagi China," jelas Leavitt.

Dampak perang tarif ini bukan hanya dirasakan dua negara tersebut, tapi juga negara-negara lain yang tergantung pada stabilitas perdagangan internasional.

Strategi ekonomi Trump dan posisi tawar Amerika di mata dunia

Amerika Serikat memang tak main-main soal Perang Dagang.

Leavitt menyebut bahwa ekonomi AS tetap jadi yang paling kuat dan diminati.

"Amerika Serikat adalah ekonomi terkuat dan terbaik di dunia, seperti yang terbukti dari lebih dari 75 negara yang langsung menghubungi pemerintahan ini untuk menjalin kesepakatan yang menguntungkan," ujarnya.

Bagi Trump, tekanan terhadap China bukan hanya soal tarif semata, tapi bagian dari strategi untuk menata ulang tatanan perdagangan global.

Ada misi besar yang ingin dibawa, yaitu memperjuangkan sistem dagang yang adil dan menguntungkan rakyat Amerika secara langsung. 

Gedung Putih tampak ingin menjaga keseimbangan antara menunjukkan kekuatan ekonomi dan menghindari eskalasi yang bisa berdampak sistemik. 

Jalur diplomasi tetap terbuka meski belum ada sinyal awal dari China

Saat ditanya apakah Amerika menunggu langkah pertama dari China, Leavitt memilih untuk berhati-hati.

"Saya tidak akan mengomentari komunikasi yang sedang atau mungkin tidak sedang berlangsung," katanya. 

Tim keamanan nasional AS kabarnya sudah standby untuk membuka jalur diskusi bilateral jika China menunjukkan tanda-tanda kesediaan berkompromi.

Menurut Leavitt, komunikasi akan terus dikawal dan publik bakal diberi tahu secara transparan.

"Seperti biasa, demi keterbukaan, kami akan memberikan pembaruan seiring dengan berjalannya proses ini," ungkapnya.

Sementara itu, negara-negara lain tampak lebih aktif menavigasi ketidakpastian global dengan memperkuat diplomasi dan memperluas kemitraan ekonomi yang lebih fleksibel.

Namun, perhatian tetap tertuju pada langkah selanjutnya dari AS dan China yang sedang berada di pusat pusaran konflik tarif.

Advertisements
Share:
Editor: Trinita Adelia
Source:

Baca Juga

Rekomendasi

Advertisements