NOTIS.CO.ID - Langkah mengejutkan datang dari Washington yang akhirnya sepakat mencabut sebagian pembatasan perdagangan terhadap China. Keputusan ini menjadi bagian penting dari kesepakatan baru hasil negosiasi intensif antara kedua negara yang berlangsung di London.
Dalam pertemuan bilateral tersebut, baik Amerika Serikat maupun Tiongkok sepakat untuk meredakan ketegangan dengan mengurangi tarif dan memperluas kerja sama ekonomi ke depan.
Perkembangan ini membuka jalan baru bagi hubungan dagang AS China yang selama ini diwarnai ketegangan tarif, kebijakan ekspor, hingga tekanan politik lintas sektor.
Amerika Serikat Cabut Pembatasan Perdagangan Terhadap China
Langkah damai dalam sektor perdagangan ini dikonfirmasi langsung oleh Kementerian Perdagangan China pada Jumat, 27 Juni 2025.
Dalam pernyataannya, pihak China menyampaikan bahwa mereka akan menyetujui ekspor untuk barang-barang yang masuk dalam kategori pengawasan, asalkan memenuhi ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku.
Sebagai imbal balik atas sikap terbuka dari Beijing, pemerintah AS melalui kesepakatan ini telah sepakat mencabut beberapa pembatasan perdagangan yang sebelumnya diberlakukan.
Langkah ini diharapkan bisa mendorong terbentuknya ekosistem dagang yang lebih stabil antara kedua negara dengan ekonomi terbesar di dunia tersebut.
Kesepakatan ini sendiri lahir dari serangkaian pembicaraan panjang, termasuk pertemuan tingkat tinggi yang berlangsung di London.
Pernyataan Trump dan Sinyal Positif Gedung Putih
Presiden AS Donald Trump, pada 25 Juni, secara resmi mengumumkan bahwa perjanjian dagang terbaru dengan China telah dicapai.
Pernyataan ini membuka harapan baru bahwa hubungan yang selama ini diwarnai konflik tarif dan pembatasan ekspor akan segera memasuki fase pemulihan.
Trump sendiri pernah menyatakan secara terbuka, "Kami baik-baik saja dengan China. China tidak mudah," sebuah komentar yang mencerminkan sikap hati-hati namun tetap terbuka dari Gedung Putih terhadap arah kerja sama perdagangan.
Pemerintah Beijing juga memberikan tanggapan positif, dengan menekankan pentingnya komitmen bersama dan konsistensi terhadap kesepakatan yang sudah dicapai.
Kedua negara disebut-sebut telah sepakat untuk terus membuat konsesi timbal balik berdasarkan komunikasi yang dilakukan langsung antara presiden China dan presiden AS dalam panggilan telepon pada 5 Juni lalu.
Konsultasi Perdagangan di London Jadi Landasan Diplomasi Baru
Kesepakatan ini merupakan kelanjutan dari konsultasi ekonomi dan perdagangan yang berlangsung pada 9–10 Juni di London. Pertemuan tersebut merupakan bagian dari mekanisme diplomatik yang sebelumnya telah dibangun melalui dialog di Jenewa pada 10–11 Mei.
Salah satu hasil penting dari pertemuan sebelumnya adalah keputusan kedua pihak untuk mengurangi sebagian tarif yang sempat melonjak tajam hingga menyentuh angka lebih dari 100% pada bulan Mei.
Kementerian Perdagangan China menekankan bahwa peningkatan saling pengertian, pengurangan miskomunikasi, serta penguatan kolaborasi ekonomi harus menjadi fondasi dari hubungan dagang AS China yang berkelanjutan.
Isu Transfer Teknologi dan Ekspor Mineral Masih Jadi Ganjalan
Meski kesepakatan ini menjadi angin segar, sejumlah persoalan masih belum menemukan titik terang. Salah satunya menyangkut transfer teknologi dan pengendalian ekspor mineral strategis.
Beijing berharap ada pelonggaran dari Washington terhadap pembatasan terkait teknologi semikonduktor, sektor yang kini jadi penopang utama industri digital.
Di sisi lain, Amerika Serikat masih memberikan tekanan agar China melonggarkan kendali atas ekspor tanah jarang komoditas vital yang berperan penting dalam pengembangan sektor pertahanan dan energi ramah lingkungan.
Masih belum jelas apakah isu-isu ini akan menjadi bagian dari kesepakatan tahap selanjutnya. Namun yang pasti, kedua negara telah membuka ruang baru untuk berdialog dan memperkuat kerja sama jangka panjang dalam sektor perdagangan global.