NOTIS.CO.ID - Langkah terbaru dari Presiden Donald Trump bikin banyak pihak geleng-geleng kepala.
Ia tiba-tiba memutuskan menunda Tarif Impor untuk 75 negara selama 90 hari, padahal belum seminggu sebelumnya sempat memicu panasnya tensi global lewat perang dagang.
Tetapi yang lebih mengejutkan, China justru kena tarif lebih tinggi dari sebelumnya.
Penundaan tarif ke 75 negara jadi kejutan di tengah panasnya isu Perang Dagang
Dalam konferensi pers yang digelar Rabu malam waktu AS, Trump menyebut langkah ini diambil gara-gara reaksi publik yang terlalu meledak-ledak.
Ia merasa banyak yang panik padahal menurutnya tidak perlu.
"Iya. Saya lihat orang-orang mulai ribut dan ketakutan, bukan seperti mental para juara," katanya menjawab pertanyaan wartawan, dikutip dari AP, Kamis (10/4).
Trump bilang, keputusan soal tarif minggu lalu sebenarnya tepat.
Alasannya karena Amerika sedang menghadapi defisit perdagangan besar, bukan cuma dengan China tapi juga negara-negara lain.
Ia menyebut ketimpangan ini nggak bisa terus dibiarkan.
"Meskipun jika dilihat secara keseluruhan, China adalah pelanggar terbesar dalam sejarah, tetapi juga dengan negara lain, sudah tidak bisa dipertahankan. Harus ada yang berani mengambil tindakan," ujarnya dengan nada tegas.
China justru kena Tarif Impor lebih tinggi tanpa ampun
Alih-alih ikut ditunda tarifnya, Negeri Tirai Bambu justru dikenakan tarif impor baru sebesar 125 persen.
"Karena kurangnya rasa hormat yang ditunjukkan China terhadap pasar dunia, saya dengan ini menaikkan tarif yang dikenakan kepada China oleh Amerika Serikat menjadi 125 persen. Berlaku segera," tegasnya lewat akun Truth Social.
Menurut Trump, China tidak hanya menolak negosiasi tapi juga membalas serangan dagang AS.
Defisit perdagangan yang menurutnya sudah tembus USD 1 triliun bikin ia nggak punya pilihan selain ambil tindakan keras.
Di mata Trump, ini bukan soal ego, tapi soal keadilan global yang menurutnya sedang dilanggar secara terang-terangan.
Negara lain mulai buka pintu negosiasi demi hindari Perang Dagang
Satu jam sebelum pengumuman Trump, Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan ke media bahwa penundaan tarif ini bukan karena tekanan pasar.
Melainkan karena lebih dari 75 negara menyatakan kesediaan membuka ruang negosiasi dagang.
Mereka tidak ingin konflik tarif ini berubah jadi bumerang.
Trump menyampaikan bahwa sebagian besar negara itu telah menghubungi perwakilan dagang AS seperti USTR, Departemen Perdagangan, hingga Departemen Keuangan. Mereka membahas isu tarif, hambatan dagang, manipulasi mata uang, sampai hambatan non-moneter.
Menariknya, Trump menyatakan bahwa selama 90 hari ke depan tarif resiprokal diturunkan jadi 10 persen dan berlaku langsung.
"Serta bahwa negara-negara ini, atas saran kuat dari saya, tidak melakukan pembalasan dalam bentuk apa pun terhadap Amerika Serikat, maka saya telah mengizinkan tunda selama 90 hari dan penurunan besar terhadap tarif resiprokal selama periode ini, menjadi 10 persen, juga berlaku segera," tambahnya.
Keputusan ini seolah jadi kartu negosiasi dadakan dari Trump.
Satu sisi dia menebar ancaman ke China, tapi sisi lain dia buka peluang damai ke negara lain dengan syarat tak balas dendam ke AS.
Langkah Trump menunda Tarif Impor sambil menaikkan bea masuk ke China mencerminkan strategi dagang agresif yang bisa berdampak besar ke perekonomian global dan stabilitas harga barang.