Trump Jatuhkan Tarif 50 Persen ke Brasil, Apa Dampaknya bagi Dunia?

Trump resmi berlakukan tarif 50 persen untuk Brasil, sementara Eropa masih berharap pada diplomasi dagang.
Trinita Adelia - Kamis, 10 Jul 2025 - 09:43 WIB
Trump Jatuhkan Tarif 50 Persen ke Brasil, Apa Dampaknya bagi Dunia?
Donald Trump - Instagram @realdonaldtrump
Advertisements

NOTIS.CO.ID - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali mengguncang arena perdagangan global. Mulai 1 Agustus mendatang, pemerintahan Trump akan memberlakukan tarif sebesar 50 persen terhadap Brasil, mitra dagang utama dari Amerika Selatan.

Dalam surat yang dikirimkan langsung kepada Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva, Trump menyampaikan bahwa tarif ini merupakan respons terhadap dinamika politik dan perdagangan yang dianggap merugikan AS.

Mengutip Reuters, pernyataan dalam surat tersebut Trump menyoroti kondisi politik di Brasil, terutama terhadap keputusan Mahkamah Agung yang baru-baru ini mengatur pertanggungjawaban platform media sosial atas konten warganya.

"Serangan licik Brasil terhadap Pemilu Bebas, dan Hak Kebebasan Berbicara fundamental warga Amerika," tutur Trump dalam surat tersebut.

Kebijakan tarif tinggi ini juga ditujukan sebagai bentuk reaksi atas apa yang disebut Trump sebagai persekusi politik terhadap mantan Presiden Brasil Jair Bolsonaro.

Trump bahkan memerintahkan investigasi lebih lanjut terkait praktik dagang yang dianggap tidak adil, yang bisa saja memicu tarif tambahan.

"Harap dipahami bahwa angka 50% jauh lebih rendah daripada yang dibutuhkan untuk mencapai Kesetaraan yang harus kita miliki dengan Negara Anda. Dan ini diperlukan untuk memperbaiki ketidakadilan yang parah dari rezim saat ini," tambah Trump.

Trump ancam banyak negara dengan lonjakan tarif

Keputusan Trump terhadap Brasil bukanlah satu-satunya langkah keras yang diambil dalam pekan ini.

Sejak awal Juli, pemerintahannya telah mengumumkan tarif baru kepada tujuh negara mitra dagang lainnya, mulai dari 20 persen untuk barang asal Filipina, 25 persen untuk Brunei dan Moldova, hingga 30 persen untuk produk dari Aljazair, Irak, Sri Lanka, dan Libya.

Tidak berhenti di situ, Indonesia pun terkena dampak dengan kebijakan tarif 32 persen yang akan mulai berlaku pada 1 Agustus, kecuali terjadi kesepakatan baru dalam waktu dekat.

Selain lonjakan tarif terhadap negara-negara berkembang, Trump juga mengarahkan perhatian ke sektor industri strategis seperti tembaga, semikonduktor, dan farmasi.

Ia menyatakan bahwa pemerintahannya akan segera menerapkan bea masuk besar terhadap komoditas tersebut demi memperkuat posisi industri dalam negeri.

Brasil sendiri saat ini menempati urutan ke-15 sebagai mitra dagang terbesar AS, dengan nilai total perdagangan dua arah mencapai US$ 92 miliar (sekitar Rp 1.494 triliun) pada tahun 2024.

Sementara itu, Amerika Serikat mencatat surplus sebesar US$ 7,4 miliar (Rp 120 triliun) dari hubungan dagang tersebut.

Ada harapan dari Eropa meski perundingan belum pasti

Di tengah meningkatnya tensi perdagangan global, Trump menunjukkan sinyal positif terhadap Uni Eropa.

Ia menyebut bahwa hubungan perdagangan dengan blok tersebut mulai membaik, bahkan menyebut kemungkinan pengumuman tarif baru terhadap Eropa dalam waktu dekat.

"Mereka memperlakukan kami dengan sangat buruk hingga baru-baru ini, dan sekarang mereka memperlakukan kami dengan sangat baik. Rasanya seperti dunia yang berbeda, sebenarnya," ucapnya.

Sementara itu, dari pihak Uni Eropa, optimisme mulai muncul. Kepala Perdagangan UE, Maros Sefcovic, mengonfirmasi bahwa pembicaraan berjalan konstruktif dan berpotensi menghasilkan kesepakatan dagang dalam hitungan hari. 

"Saya berharap dapat mencapai kesimpulan yang memuaskan, bahkan mungkin dalam beberapa hari mendatang," ujar Sefcovic di hadapan parlemen UE.

Namun, tidak semua pihak seoptimis itu. Menteri Ekonomi Italia, Giancarlo Giorgetti, memperingatkan bahwa proses negosiasi tetap rumit dan berisiko molor hingga tenggat berakhir. 

Dalam perundingan tersebut, topik utama yang dibahas mencakup perlindungan industri otomotif Eropa, termasuk kemungkinan pemotongan tarif, penetapan kuota, serta pemberian insentif berupa kredit terhadap ekspor mobil ke AS.

Jika kesepakatan tercapai, ini bisa menjadi penyeimbang dari kebijakan keras yang diterapkan AS terhadap negara-negara lain seperti Brasil dan Indonesia.

Advertisements
Share:
Editor: Trinita Adelia
Source:

Baca Juga

Rekomendasi

Advertisements