NOTIS.CO.ID - Negosiasi Dagang antara Indonesia dan pemerintahan Presiden Amerika Serikat masih jadi topik hangat, apalagi ketika muncul sinyal positif dari forum internasional yang jadi sorotan banyak pihak.
Dalam sebuah forum investasi di Arab Saudi, Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, secara terbuka menyebut bahwa diskusi tarif dagang dengan Indonesia bersifat “sangat terbuka”.
Pernyataan itu jadi sorotan ketika Chatib Basri, anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN), mengangkatnya dalam Kuliah Umum di FEB UI. “Anda nonton statement-nya Scott Bessent enggak? yang kemudian viral di mana-mana, di dalam investment forum dengan Saudi, yang dia kasih contoh adalah proposal Indonesia,” ujarnya, dikutip dari CNBC Indonesia, Kamis (15/5/2025).
Meski belum ada jaminan penuh soal hasil akhirnya, sinyal ini setidaknya memperkuat harapan bahwa hubungan dagang kedua negara bisa berjalan lebih adil dan konstruktif ke depan.
Upaya Pemerintah Indonesia dalam Menyikapi Tarif Resiprokal dari AS
Langkah pemerintah Indonesia dalam menghadapi tekanan tarif dari AS bukan sekadar respons reaktif, tapi strategi yang cukup terukur dan diplomatis.
Chatib menegaskan, pendekatan yang digunakan lebih menekankan pada diplomasi dan keseimbangan ketimbang aksi balasan langsung.
Menurutnya, arah kebijakan pemerintah justru sejalan dengan niatan AS menciptakan perdagangan yang berimbang di panggung global.
Salah satu langkah awal yang dianggap paling penting adalah memulai negosiasi, bukan retaliasi.
Pemerintah memilih jalur dialog dengan AS, dengan harapan menciptakan kesepakatan bersama yang bisa diterima kedua belah pihak.
Langkah berikutnya adalah memperbarui Trade and Investment Framework Agreements, sebagai dasar hukum dan komunikasi yang lebih solid antara dua negara.
Selain itu, pemerintah juga menempuh berbagai cara untuk memperkuat daya saing domestik.
Melalui deregulasi sejumlah aturan bisnis dan investasi, diharapkan arus modal dan ekspor tetap berjalan meskipun di tengah tekanan tarif.
Strategi Indonesia Menawarkan Barang Non-Efek sebagai Taktik Negosiasi
Di balik semua upaya formal itu, ada satu pendekatan taktis yang cukup cerdik.
Chatib Basri mengungkap bahwa dalam proses negosiasi, Indonesia bisa saja menawarkan jenis barang yang sebenarnya tidak memiliki dampak signifikan terhadap ekonomi nasional, namun bisa dijadikan posisi tawar terhadap AS.
Strategi ini semacam ‘kartu as’ yang bisa dimainkan saat meja perundingan menemui jalan buntu.
“Jadi di dalam negosiasi ini adalah, bisa ditawarkan mengenai barang-barang yang sebetulnya tidak punya efek pada Indonesia, tetapi bisa kemudian menjadi posisi tawar di dalam negosiasi dengan AS,” ungkap Chatib.