NOTIS.CO.ID - Kondisi pasar global semakin memanas sejak kebijakan tarif timbal balik dari Presiden AS, Donald Trump, diumumkan pekan lalu.
Di tengah ketidakpastian ekonomi dan potensi meluasnya perang dagang, investor buru-buru memindahkan dana ke aset yang dianggap aman.
Pilihan utamanya jatuh ke mata uang Yen Jepang, obligasi pemerintah, dan beberapa aset eksotis yang mulai naik daun karena dianggap tahan banting.
Sentimen pasar berubah cepat begitu ketegangan antara Amerika Serikat dan mitra dagangnya kembali naik ke permukaan.
Ketakutan akan resesi dan fluktuasi suku bunga mendorong peralihan strategi investasi, dengan fokus utama ke instrumen yang punya reputasi sebagai tempat berlindung saat badai ekonomi datang.
Jepang, sebagai salah satu raksasa ekonomi Asia, kembali disorot karena mata uangnya yang dikenal kuat dalam menghadapi tekanan global.
Yen, yang dulu dipandang defensif, kini kembali jadi bintang utama dalam portofolio investor yang menghindari risiko tinggi.
Yen Jepang makin bersinar saat ekonomi AS diterpa badai tarif
"Yen Jepang akan menjadi pilihan yang baik, bahkan mungkin yang terbaik untuk berlindung dari ketegangan dagang dan potensi resesi AS, karena sejumlah alasan klasik," kata Ebrahim Rahbari, Kepala Strategi Suku Bunga di Absolute Strategy Research.
Komentar ini muncul di tengah derasnya aliran dana masuk ke Jepang, yang menguatkan posisi yen terhadap dolar.
Harga yen saat ini masih tergolong rendah, menjadikannya aset yang menarik saat risiko resesi di AS makin terasa.
Selain itu, ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga oleh The Fed bisa makin mengecilkan gap imbal hasil antara dolar dan yen.
Hal ini membuka peluang bagi yen untuk terus menguat seiring waktu.
Rahbari juga menyoroti bahwa meski Jepang dikenal sebagai negara eksportir besar, ketergantungannya terhadap perdagangan luar negeri kini tak sebesar dulu.
Dengan kebijakan fiskal yang longgar dan dukungan domestik yang kuat, Jepang punya fondasi stabil untuk menghadapi guncangan eksternal.
Franc Swiss ikut menguat bareng yen sebagai mata uang pelindung nilai
Tak cuma yen yang jadi buruan, franc Swiss juga menunjukkan penguatan signifikan dalam beberapa hari terakhir.
Mata uang ini dikenal punya daya tahan tinggi di tengah krisis global dan tetap jadi favorit saat pasar gelisah.
Data dari Refinitiv memperlihatkan pergerakan franc Swiss dan Yen Jepang yang serempak menguat.
Dari 31 Maret hingga 4 April 2025, franc Swiss naik 2,67%, sementara yen menguat 2,03%. Angka ini mencerminkan meningkatnya kepercayaan investor pada aset Safe Haven di tengah kekacauan pasar akibat keputusan tarif dari Washington.
Jeff Ng, Kepala Strategi Makro Asia di Sumitomo Mitsui Banking Corporation, bilang kalau yen punya kecenderungan menguat di masa-masa krisis atau resesi global.
Bahkan kalau skenario resesi bisa dihindari, yen tetap punya ruang menguat asalkan Bank of Japan (BOJ) tetap pada jalur pengetatan kebijakan suku bunganya.
Tantangan yen tetap ada jika ekonomi Jepang ikut tertekan oleh tarif
Meskipun yen dalam posisi menguntungkan, bukan berarti semuanya tanpa risiko.
Ekonomi Jepang juga bisa kena imbas dari perang tarif, terutama di sektor otomotif dan komponen industri.
Bila tekanan pada ekspor terus berlanjut, pertumbuhan ekonomi Jepang bisa melambat dalam waktu dekat.
Kalau skenario ini terjadi, Bank of Japan mungkin akan memilih menahan diri untuk tidak menaikkan suku bunga demi menjaga stabilitas dalam negeri.
Keputusan ini bisa membuat yen kembali melemah karena ekspektasi pasar terhadap kenaikan imbal hasil tidak terwujud.
Jeff Ng juga mengingatkan bahwa walaupun yen sempat naik tajam, semua masih tergantung pada bagaimana kondisi global berkembang.