Rupiah Makin Melemah, Pejabatnya Malah Sibuk Bersantai dengan Keluarga

Trinita Adelia - Jumat, 04 Apr 2025 - 11:00 WIB
Rupiah Makin Melemah, Pejabatnya Malah Sibuk Bersantai dengan Keluarga
Ilustrasi rupiah dan dolar AS - freepik @8photo
Advertisements

NOTIS.CO.ID - Kondisi Nilai Tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali mengalami tekanan di pasar keuangan.

Pada awal perdagangan Kamis (3/4/2025), rupiah turun 0,35 persen dan bertengger di level Rp16.772 per dolar AS, melemah dari posisi sebelumnya di Rp16.713 per dolar AS.

Pelemahan ini mencatatkan tren negatif yang sudah berlangsung selama beberapa pekan terakhir.

Meskipun begitu, Ketua DPR RI Puan Maharani tampaknya tak terlalu menaruh perhatian serius pada kondisi ini.

Saat ditanya mengenai Nilai Tukar Rupiah yang terus melemah, ia lebih memilih menikmati suasana libur Lebaran bersama keluarga.

"Lebaran dulu, kita bersilaturahmi saling bermaaf-maafan dan kita menyambung silaturahmi dengan persaudaraan semoga semuanya lancar," ungkap Puan di Jakarta pada Kamis (3/4/2025).

Rupiah Sentuh Level Terendah Sejak Krisis Moneter 1998

Sejak beberapa waktu terakhir, rupiah terus mengalami tekanan hingga menyentuh level terlemah sejak krisis moneter 1998.

Saat penutupan perdagangan pada Jumat (28/3/2025), rupiah kembali melemah 14 poin atau turun 0,08 persen, hingga mencapai Rp16.676 per dolar AS, lebih rendah dari sehari sebelumnya yang berada di angka Rp16.562 per dolar AS.

Tren ini menandakan bahwa rupiah semakin kehilangan daya saingnya terhadap mata uang Negeri Paman Sam.

Beberapa faktor eksternal, seperti kebijakan moneter Bank Sentral AS (The Fed) yang mempertahankan suku bunga tinggi serta ketidakpastian ekonomi global, turut menekan Nilai Tukar Rupiah.

Tak sedikit pihak yang membandingkan kondisi saat ini dengan krisis ekonomi 1998, di mana kala itu rupiah anjlok drastis hingga menyentuh angka Rp16.650 per dolar AS.

Kini, dengan kurs yang hampir sama, Indonesia menghadapi tantangan ekonomi yang lebih berat dibandingkan 27 tahun lalu.

Utang Luar Negeri Melonjak Tajam di Tengah Pelemahan Rupiah

Melemahnya Nilai Tukar Rupiah terhadap dolar AS juga berdampak pada peningkatan beban utang luar negeri Indonesia.

Pengamat Hukum dan Pembangunan, Hardjuno Wiwoho, mengungkapkan bahwa situasi ekonomi saat ini lebih kompleks dibandingkan krisis moneter 1998.

“Di tahun 1998, ketika rupiah berada di level Rp16.650 per dolar AS, total Utang Luar Negeri kita hanya 70 miliar dolar AS atau sekitar Rp1.165 triliun. Sekarang, dengan kurs yang hampir sama, utang luar negeri kita sudah mencapai 500 miliar dolar AS atau sekitar Rp8.325 triliun, naik tujuh kali lipat,” jelas Hardjuno di Jakarta pada Jumat (28/3/2025).

Menurutnya, angka ini menunjukkan bahwa Nilai Tukar Rupiah saat ini belum sepenuhnya mencerminkan kondisi ekonomi secara riil.

Dengan jumlah utang yang jauh lebih besar, tekanan terhadap rupiah bisa jadi masih lebih tinggi dari yang terlihat di pasar.

Jika kondisi ini terus berlanjut, dampaknya bisa semakin meluas ke berbagai sektor ekonomi, termasuk harga barang impor, inflasi, dan daya beli masyarakat.

Advertisements
Share:
Editor: Trinita Adelia
Source:

Baca Juga

Rekomendasi

Advertisements