NOTIS.CO.ID - Korea Selatan tengah mengupayakan perpanjangan masa jeda Tarif Impor dari Amerika Serikat yang dijadwalkan akan berakhir dalam waktu dekat.
Permintaan ini muncul karena proses negosiasi perdagangan antara kedua negara masih berlangsung dan diperkirakan belum akan rampung sebelum tenggat 9 Juli.
Menurut pernyataan seorang pejabat Kementerian Perdagangan Korea Selatan, diskusi antara Seoul dan Washington terus berlanjut sejak kesepakatan awal pada April lalu untuk menyusun paket perdagangan baru.
Langkah ini bertujuan untuk mencegah diberlakukannya kembali tarif tinggi dari pihak AS. Pemerintahan baru Korea Selatan bahkan telah melakukan pembicaraan tingkat tinggi dengan AS pekan lalu, yang menjadi bagian dari putaran ketiga diskusi teknis antara kedua negara.
Mengutip Reuters, pejabat tersebut menjelaskan bahwa beberapa negara kemungkinan bisa menyelesaikan kesepakatan pada 8 Juli, namun sebagian lainnya mungkin membutuhkan waktu lebih lama.
“Sepertinya beberapa negara akan mencapai kesepakatan pada 8 Juli, beberapa mungkin diberikan perpanjangan untuk melanjutkan negosiasi, sementara yang lain akan memutuskan apakah ingin tetap bernegosiasi di bawah tekanan tarif atau tidak,” katanya.
Ia juga menegaskan komitmen Korea Selatan untuk terus melanjutkan diskusi dan berharap ada sinyal positif dari AS.
“Kami akan berusaha semaksimal mungkin agar pada 8 Juli kami diberikan perpanjangan untuk melanjutkan negosiasi,” ujarnya.
Fokus AS pada Hambatan Non-Tarif Korea Selatan
Dalam pertemuan terakhir, Amerika Serikat disebut lebih banyak menyoroti persoalan hambatan non-tarif dari pihak Korea Selatan.
Meski saat ini Korea Selatan sudah hampir menghapus seluruh tarif untuk produk asal AS berkat perjanjian perdagangan bebas yang ada, hambatan non-tarif tetap menjadi sorotan utama dalam diskusi.
Isu lain seperti nilai tukar dan biaya pertahanan juga ikut menjadi perhatian, namun sedang dibahas secara terpisah.
Keberadaan sekitar 28.500 pasukan AS di Korea Selatan, yang merupakan bagian dari upaya pertahanan terhadap ancaman dari Korea Utara, juga menjadi bagian dari perdebatan.
Presiden AS saat itu, Donald Trump, diketahui sering mengeluhkan pengaturan pembagian beban biaya tersebut.
Negosiasi ini pun tak hanya menyangkut soal ekonomi, tapi juga berkaitan dengan keamanan regional. Pembagian tanggung jawab antara AS dan Korea Selatan dalam hal kehadiran militer juga memberi tekanan tersendiri pada dinamika hubungan kedua negara.
Trump Beri Sinyal Positif tapi Tidak Pasti
Sebelumnya, Presiden Donald Trump sempat mengindikasikan kemungkinan perpanjangan masa negosiasi tarif dengan berbagai negara, termasuk Korea Selatan.
Dalam pernyataannya di Kennedy Center pada 11 Juni lalu, Trump mengatakan bahwa diskusi perdagangan sedang berlangsung dengan sekitar 15 negara. "Kami sedang dalam kondisi yang baik dalam hal kesepakatan," katanya dikutip Senin (30/6).
Ia menambahkan, "Kami bertransaksi dengan beberapa negara dan mereka semua ingin membuat kesepakatan dengan kami."
Namun, Trump juga menyiratkan bahwa perpanjangan tenggat waktu tidak menjadi keharusan.
Ia menyatakan bahwa pemerintah AS akan segera mengirim surat berisi syarat-syarat perjanjian dagang kepada sejumlah negara yang terlibat, yang kemudian bisa memilih untuk menyetujui atau menolaknya.