DeepSeek Diduga Dukung Militer China Bikin AS Ketakutan

DeepSeek, startup AI China, diduga dukung militer dan curi data lewat chip AS hingga picu kekhawatiran besar Washington.
Trinita Adelia - Rabu, 25 Jun 2025 - 14:30 WIB
DeepSeek Diduga Dukung Militer China Bikin AS Ketakutan
China dan AS - freepik @brgfx
Advertisements

NOTIS.CO.ID - Ketegangan antara Amerika Serikat dan China kembali memanas, kali ini dipicu oleh perusahaan teknologi AI asal Hangzhou, Deepseek.

Perusahaan ini dituding aktif mendukung kepentingan militer dan intelijen China, hingga membuat Washington mengambil langkah ekstra hati-hati terhadap pergerakan teknologi dari Negeri Tirai Bambu.

Sorotan tajam tertuju pada bagaimana Deepseek diduga menyuplai teknologi dan data ke Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), serta upaya diam-diamnya dalam mengakses chip semikonduktor canggih buatan AS lewat jalur tak resmi.

Deepseek sebelumnya sempat menggemparkan dunia teknologi karena mengklaim memiliki model reasoning AI yang kemampuannya diklaim sebanding atau bahkan lebih unggul dibandingkan teknologi AI terkemuka milik perusahaan AS, dan dikembangkan dengan biaya jauh lebih rendah.

Klaim inilah yang membuatnya mencuat ke radar para analis teknologi dan keamanan global, terlebih di tengah ketegangan dagang antara dua negara adidaya tersebut.

Dugaan Keterlibatan Deepseek Dalam Proyek Militer China Makin Kuat

Salah satu alasan utama yang membuat Amerika Serikat khawatir adalah temuan lebih dari 150 dokumen pengadaan militer China yang mencantumkan nama DeepSeek.

Dokumen tersebut berasal dari berbagai lembaga, mulai dari institusi riset pertahanan hingga satuan utama PLA. Indikasi ini memperkuat dugaan bahwa Deepseek punya posisi strategis dalam pengembangan kekuatan militer generasi baru China.

Seorang pejabat senior dari Departemen Luar Negeri AS menyebutkan adanya keterlibatan langsung Deepseek dalam mendukung proyek militer dan intelijen.

“Kami memahami bahwa Deepseek secara sukarela telah dan kemungkinan akan terus memberikan dukungan kepada operasi militer dan intelijen China,” ujar pejabat tersebut seperti dikutip Reuters pada Selasa (24/6/2025).

“Upaya ini lebih dari sekadar akses terbuka terhadap model AI Deepseek,” tambahnya.

Klaim tersebut menunjukkan bahwa ancaman yang dikhawatirkan AS tak hanya berasal dari kekuatan teknologi itu sendiri, tapi juga dari bagaimana teknologinya digunakan dan kepada siapa didistribusikan.

Celah Hukum Dimanfaatkan Untuk Akses Chip Canggih Dari AS

Deepseek diduga memanfaatkan celah legal di Asia Tenggara untuk mengakses chip AI buatan AS yang telah dibatasi sejak 2022, seperti Nvidia H100.

Chip tersebut dianggap vital dalam pengembangan teknologi kecerdasan buatan kelas militer. Berdasarkan informasi dari pejabat yang sama, Deepseek sengaja memakai perusahaan cangkang di Asia Tenggara demi menghindari kebijakan ekspor yang diberlakukan pemerintah AS.

Deepseek berusaha menggunakan perusahaan cangkang di Asia Tenggara untuk menghindari kontrol ekspor, serta mencoba mengakses pusat data di kawasan itu untuk memakai chip buatan AS secara remote,” ungkapnya. 

Upaya seperti ini menunjukkan bahwa perlombaan teknologi tidak hanya bergantung pada kecanggihan inovasi, tetapi juga pada strategi geopolitik dan celah regulasi yang bisa dieksploitasi.

Kekhawatiran Soal Keamanan Data Global Turut Mencuat

Selain dugaan pelanggaran ekspor, Deepseek juga dituding melakukan transfer data pengguna global termasuk dari AS ke server di China. Transfer ini dilakukan melalui infrastruktur yang terkoneksi dengan China Mobile, operator telekomunikasi milik pemerintah China.

Situasi ini menambah kekhawatiran soal potensi pengawasan digital berskala besar dan pelanggaran privasi yang merugikan pengguna internasional.

Kendati demikian, layanan AI Deepseek masih tersedia di platform cloud global seperti Amazon Web Services, Microsoft Azure, dan Google Cloud. Hal ini membuat teknologi mereka tetap bisa diakses secara luas meskipun tengah disorot karena isu keamanan.

Masalah makin rumit karena regulasi di China mewajibkan semua perusahaan termasuk yang bergerak di bidang teknologi untuk menyerahkan data kepada pemerintah bila diminta.

Aturan ini menimbulkan alarm serius bagi negara-negara lain yang khawatir akan penyalahgunaan data oleh pihak berwenang China. Hingga saat ini, pihak Deepseek belum memberikan pernyataan resmi terkait semua tuduhan tersebut. 

Advertisements
Share:
Editor: Trinita Adelia
Source:

Baca Juga

Rekomendasi

Advertisements