Tarif Baru Trump Dinilai Bentuk Kepanikan, Bukan Ancaman Serius untuk RI

Trinita Adelia - Selasa, 29 Apr 2025 - 11:30 WIB
Tarif Baru Trump Dinilai Bentuk Kepanikan, Bukan Ancaman Serius untuk RI
Donald Trump - Instagram @potus
Advertisements

NOTIS.CO.ID - Anggota Komisi VII DPR Muhammad Hatta mengingatkan pentingnya menjaga kepala tetap dingin dan tidak ikut terjebak dalam kepanikan menanggapi perang tarif baru Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.

Menurut Hatta, langkah Trump justru menunjukkan keresahan internal di Negeri Paman Sam, bukan sesuatu yang perlu dibalas dengan reaksi berlebihan dari Indonesia.

Strategi nasional menghadapi tarif perdagangan baru dari AS

Bagi Hatta, tarif resiprokal super tinggi yang diumumkan Trump lebih mencerminkan kegugupan terhadap kondisi industri domestik Amerika yang terdesak produk impor dari China dan negara lain.

Ketimbang strategi perdagangan yang matang, sehingga Indonesia justru disarankan tetap fokus merancang langkah taktis sendiri tanpa perlu panik.

"Tarif yang dibuat Trump ini, saya kira ini hanya bentuk kepanikan dari Trump sendiri. Dia galau dengan industri di dalam negerinya sendiri, yang memang dihajar produk-produk dari China atau dari negara lain," ujar Hatta, Senin (28/4/2025).

Alih-alih bertindak gegabah, Hatta menyarankan agar seluruh pihak lebih jeli memetakan strategi nasional yang solid, sebab reaksi tergesa-gesa justru bisa memicu ketidakpastian lebih besar di sektor ekonomi.

"Saya kira kita enggak perlu gegabah yang penting kita harus mencermati kira-kira strategi kita seperti apa gitu kan? Jadi tenang saja, gitu kan," katanya.

Menjadi bijaksana dalam mengambil langkah jelas jauh lebih efektif ketimbang membalas aksi Trump secara emosional, karena mempertahankan stabilitas dalam negeri di tengah krisis global adalah kunci menjaga kepercayaan investor dan mitra dagang.

Kekuatan industri padat karya Indonesia di mata Amerika Serikat

Di balik ancaman tarif baru, Hatta justru optimistis Indonesia punya nilai tawar besar di mata Amerika Serikat, apalagi di sektor industri padat karya seperti furnitur, garmen, dan alas kaki, yang selama ini menjadi tumpuan ekspor nasional ke berbagai belahan dunia.

"Indonesia ini negara yang saya kira penghasil produk-produk yang dibutuhkan oleh Amerika khususnya produk-produk lapangan, dan industri seperti tekstil. Saya kira AS sangat membutuhkan kita, apalagi dari furnitur yang mereka enggak punya kan kayu seperti kita," ungkap Hatta.

Sektor-sektor ini dinilai mampu mengisi kekosongan di pasar AS yang semakin selektif terhadap produk dari China, dan inilah peluang emas yang bisa dimanfaatkan Indonesia untuk memperluas dominasi produknya di pasar global.

Pentingnya kolaborasi antar kementerian hadapi dampak tarif perdagangan

Tidak berhenti di situ, Hatta juga mengingatkan bahwa pemerintah perlu segera mengonsolidasikan langkah dengan seluruh asosiasi industri lewat forum-forum strategis seperti Focus Group Discussion (FGD).

"Namun kita harus harus fokus setiap asosiasi industri ini kita bedah masing-masing mungkin dalam forum FGD yang melibatkan pemangku kepentingan yaitu Kementerian terkait ya," ucapnya.

Lebih jauh, dia menyebut Kementerian Keuangan punya peran vital dalam menganalisis dampak langsung dan tidak langsung dari kebijakan tarif ini. 

"Kalau ini (Tarif Trump) memang isunya ya isu nasional dan membahayakan terhadap industri kita mungkin kita harus bentuk bisa bentuk pansus atau bentuk apa forum lain yang sekiranya bisa melibatkan komisi lain dan kementerian lain," ungkapnya.

Semakin cepat dan terkoordinasi respons lintas sektor yang dibangun, semakin besar peluang Indonesia untuk merumuskan strategi jangka panjang yang kokoh.

"Jadi kita tidak hanya berpikir untuk short term-nya menentukan ini tapi harus merupakan sebuah kajian yang cukup komprehensif dan mendalam," pungkasnya.

Advertisements
Share:
Editor: Trinita Adelia
Source:

Baca Juga

Rekomendasi

Advertisements