Suka Makan Mi Instan dan Nugget? Hati-Hati Risiko Kematian Dini

Studi internasional menunjukkan konsumsi makanan ultraproses berisiko meningkatkan angka kematian dini hingga 2,7 persen.
Trinita Adelia - Selasa, 27 Mei 2025 - 11:25 WIB
Suka Makan Mi Instan dan Nugget? Hati-Hati Risiko Kematian Dini
Ilustrasi mie instant - Pixabay @half_rain
Advertisements

NOTIS.CO.ID - Konsumsi makanan ultraproses ternyata punya dampak serius bagi Kesehatan. Studi terbaru yang dipublikasikan dalam American Journal of Preventive Medicine menyebutkan bahwa semakin tinggi konsumsi makanan jenis ini, semakin besar pula risiko kematian dini.

Temuan ini membuat banyak ahli mulai mempertanyakan pola makan modern yang didominasi oleh makanan praktis dan instan.

Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa setiap kenaikan 10 persen dalam porsi makanan ultraproses dalam pola makan harian dikaitkan dengan peningkatan risiko Kematian Dini sebesar 2,7 persen.

Artinya, meski tampak praktis dan menggugah selera, konsumsi rutin makanan seperti keripik, sereal manis, mi instan, nugget, atau sosis bisa berdampak serius bagi umur panjang seseorang.

Peningkatan konsumsi makanan ultraproses di berbagai negara

Makanan ultraproses biasanya mengandung pewarna, perisa buatan, serta kadar tinggi gula, garam, dan lemak jenuh. Kombinasi ini menjadikannya pilihan yang kurang ideal untuk Kesehatan jangka panjang.

Analisis dalam studi ini melibatkan individu berusia 30 hingga 69 tahun dari delapan negara dengan variasi tingkat konsumsi yang cukup signifikan.

Negara seperti Kolombia dan Brasil menunjukkan tingkat konsumsi yang tergolong rendah, sedangkan Cile dan Meksiko berada di tingkat menengah.

Sementara itu, Australia, Kanada, Inggris, dan Amerika Serikat tercatat sebagai negara dengan konsumsi tertinggi. Ini mencerminkan perbedaan budaya makanan dan akses terhadap produk olahan di masing-masing wilayah.

Peneliti utama, Eduardo Augusto Fernandes Nilson dari Oswaldo Cruz Foundation di Brasil, mengatakan bahwa tren ini sangat mengkhawatirkan.

Ia menjelaskan bahwa meskipun di negara berpenghasilan tinggi konsumsi makanan ultraproses sudah tinggi, namun cenderung stabil dalam 10 tahun terakhir.

"Sedangkan di negara berpenghasilan rendah dan menengah, konsumsinya terus meningkat," ujarnya dalam pernyataan resmi, dikutip dari Euro News.

Makanan ultraproses dan hubungan dengan Kematian Dini

Meski hasilnya mengejutkan, para ahli menegaskan bahwa studi ini belum cukup untuk menyimpulkan bahwa makanan ultraproses secara langsung menyebabkan kematian dini.

Diperlukan penelitian lanjutan yang lebih mendalam untuk memastikan apakah makanan ini adalah penyebab utama, atau hanya berhubungan dengan faktor risiko lainnya seperti gaya hidup dan tingkat kebugaran.

"Bisa jadi faktor penyebab sebenarnya bukan makanan ultraproses, melainkan faktor lain yang berkaitan, seperti tingkat kebugaran fisik. Dalam hal ini, makanan ultra-proses mungkin hanyalah penumpang yang tidak bersalah," ujar ahli statistik dari Universitas Cambridge, Inggris, Stephen Burgess.

"Namun, saat kita melihat pola yang sama muncul di berbagai negara dan budaya, ini menimbulkan kecurigaan bahwa makanan ultraproses mungkin bukan sekadar penonton," ujarnya menambahkan.

Temuan ini selaras dengan hasil penelitian sebelumnya dari Badan Penelitian Kanker milik Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang menyebutkan bahwa konsumsi makanan ultraproses berkaitan dengan peningkatan risiko kematian akibat berbagai penyakit serius seperti gangguan pencernaan, aneurisma, penyakit jantung, hingga parkinson.

Kebingungan ilmiah tentang dampak makanan ultraproses

Meskipun berbagai penelitian telah menunjukkan kaitan negatif antara makanan ultraproses dan Kesehatan, hingga kini belum ada kepastian apakah dampak buruk tersebut berasal dari proses industri pembuatannya atau dari komposisi nutrisinya yang buruk.

Bahkan, belum ada definisi yang benar-benar pasti mengenai apa saja yang tergolong sebagai makanan ultraproses, sehingga membuat perbandingan antarstudi menjadi cukup rumit.

Nerys Astbury, dosen spesialis diet dan obesitas dari Universitas Oxford, menilai belum saatnya ada perubahan besar dalam pedoman nutrisi nasional terkait makanan jenis ini.

"Banyak pedoman diet nasional sebenarnya sudah menyarankan untuk mengurangi konsumsi makanan tinggi kalori, lemak, dan gula-yang umumnya termasuk dalam kategori makanan ultraproses," ujarnya.

Meski begitu, tidak ada salahnya untuk mulai memperhatikan asupan harian, terutama dalam hal makanan olahan. Dengan kesadaran yang meningkat, kita bisa lebih bijak dalam memilih makanan yang tidak hanya lezat, tapi juga mendukung Kesehatan jangka panjang. 

Advertisements
Share:
Editor: Trinita Adelia
Source:

Baca Juga

Rekomendasi

Advertisements