Studi Ungkap Wanita Shift Malam Berisiko Lebih Tinggi Terkena Asma

Studi baru menemukan bahwa wanita pekerja shift malam lebih rentan terkena asma sedang hingga berat dibandingkan yang bekerja siang.
Trinita Adelia - Minggu, 22 Jun 2025 - 10:17 WIB
Studi Ungkap Wanita Shift Malam Berisiko Lebih Tinggi Terkena Asma
Ilustrasi - freepik
Advertisements

NOTIS.CO.ID - Bekerja pada shift malam memang kerap dianggap sebagai pilihan logis demi mengejar jenjang karier atau fleksibilitas waktu.

Namun, di balik manfaat tersebut, muncul risiko Kesehatan yang tidak bisa diabaikan. Salah satu risiko yang kini jadi sorotan adalah meningkatnya kemungkinan wanita mengalami asma sedang hingga berat.

Penelitian terbaru mengungkap bahwa wanita yang bekerja pada shift malam punya risiko lebih tinggi terkena Asma dibanding mereka yang bekerja pada siang hari.

Temuan ini memicu keprihatinan karena memperlihatkan ketimpangan risiko Kesehatan berdasarkan jenis kelamin dan pola kerja.

Wanita shift malam lebih berisiko terkena asma sedang hingga berat

Penelitian besar dari University of Manchester, Inggris, menyajikan data kuat tentang hubungan antara kerja malam dan Kesehatan pernapasan wanita.

Studi ini melibatkan 274.541 orang dari UK Biobank dan menemukan bahwa sebanyak 5,3% dari mereka mengidap Asma, dengan 1,9% di antaranya tergolong dalam kategori sedang atau berat. Diagnosis ini ditentukan berdasarkan konsumsi inhaler pencegah dan pengobatan tambahan seperti steroid oral.

Menariknya, para peneliti membagi partisipan Wanita menjadi tiga kelompok berdasarkan pola kerjanya: siang hari, shift malam permanen, dan kombinasi keduanya.

Hasil analisis menunjukkan bahwa perempuan yang bekerja shift malam permanen memiliki peluang sekitar 50% lebih besar menderita Asma sedang hingga berat dibandingkan perempuan yang hanya bekerja siang.

“Ini adalah studi pertama yang mengevaluasi perbedaan jenis kelamin dalam hubungan antara kerja shift dan Asma. Kami menemukan bahwa pekerja shift malam permanen memiliki kemungkinan lebih tinggi terkena asma sedang-berat jika dibandingkan dengan pekerja siang,” kata Dr Maidstone.

Mengapa Asma lebih banyak terjadi pada wanita pekerja malam?

Dr Robert Maidstone, peneliti utama studi ini, menyampaikan bahwa kondisi asma memang sejak lama diketahui lebih sering menyerang perempuan, bahkan dengan gejala yang lebih berat dibandingkan pria.

“Dalam penelitian sebelumnya, kami menemukan risiko Asma sedang atau berat yang lebih tinggi pada pekerja shift malam, jadi kami ingin melihat apakah ada perbedaan lebih lanjut antara kedua jenis kelamin,” katanya.

Secara biologis, ada indikasi bahwa Kerja Malam dapat mengganggu ritme sirkadian tubuh jam biologis yang mengatur banyak fungsi, termasuk kadar hormon.

“Testosteron tinggi sebelumnya telah terbukti melindungi terhadap Asma, sehingga testosteron yang lebih rendah pada wanita dapat berperan. Sebaliknya, pria dan wanita bekerja dengan jenis pekerjaan shift yang berbeda, dan ini bisa menjadi faktor.” Jelas Dr Maidstone.

Risiko meningkat pada perempuan pascamenopause

Temuan lain yang tak kalah penting adalah meningkatnya risiko Asma hampir dua kali lipat pada wanita pascamenopause yang bekerja shift malam. Ini mengarah pada dugaan bahwa terapi penggantian hormon (HRT) mungkin memiliki potensi protektif dalam konteks ini.

“Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa HRT (terapi penggantian hormon) mungkin dapat melindungi pekerja shift malam dari Asma; namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menguji hipotesis ini dalam studi prospektif dan uji coba terkontrol acak,” tambah Dr. Maidstone.

Penelitian ini menyiratkan bahwa usia dan perubahan hormon menjadi faktor yang perlu diperhitungkan saat menilai risiko Kesehatan jangka panjang bagi perempuan yang bekerja dengan jam tidak konvensional.

Perlunya perhatian terhadap pola kerja dan Kesehatan perempuan

Pekerjaan shift malam memang tidak bisa dihindari bagi sebagian besar pekerja, apalagi di sektor layanan seperti kesehatan, transportasi, dan industri manufaktur. Namun, implikasi kesehatan jangka panjang dari pola kerja seperti ini masih belum sepenuhnya dipahami.

Profesor Florence Schleich dari kelompok ahli European Respiratory Society memberikan tanggapan, “Mayoritas pekerja tidak akan memiliki pilihan yang mudah untuk mengubah pola shift mereka, jadi perlu penelitian lebih lanjut untuk memverifikasi dan memahami hubungan ini dan mencari tahu apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko bagi Wanita yang bekerja shift.”

Advertisements
Share:
Editor: Trinita Adelia
Source:

Baca Juga

Rekomendasi

Advertisements