NOTIS.CO.ID - Seorang mahasiswa Universitas Columbia bernama Mohsen Mahdawi akhirnya bisa bernapas lega setelah pengadilan di Vermont, Amerika Serikat, memutuskan untuk membebaskannya dengan jaminan usai penahanan kontroversial terkait aksi pro-Palestina di kampusnya.
Keputusan pembebasan ini datang dari Hakim Distrik Geoffrey W. Crawford yang menilai bahwa Mahdawi "telah membuat klaim substansial bahwa penahanannya merupakan hasil dari pembalasan atas kebebasan berbicara yang dilakukannya sebagai mahasiswa di kampus Columbia", seperti dikutip The Washington Post pada Kamis (1/5/2025).
Hakim nilai ada indikasi pembalasan politik terhadap aktivisme pro-Palestina
Hakim Crawford menilai kasus Mahdawi bukan hanya persoalan hukum biasa, tapi ada dimensi kebebasan sipil yang dipertaruhkan dalam proses hukum ini.
Penahanan Mahdawi dianggap tidak semata karena pelanggaran administratif atau imigrasi, tetapi berpotensi menjadi bentuk intimidasi terhadap kebebasan berekspresi mahasiswa di lingkungan akademik.
Putusan tersebut menyebut adanya "klaim substansial" bahwa pemerintah menggunakan sistem hukum untuk membungkam kritik terhadap kebijakan luar negeri.
Dalam konteks ini, suara mahasiswa seperti Mahdawi dianggap mengganggu kepentingan tertentu dan menimbulkan reaksi keras dari pemerintah pusat.
Penahanan Mahdawi sebelumnya terjadi saat ia sedang menjalani wawancara kewarganegaraan dengan lembaga Imigrasi dan Bea Cukai AS di awal April.
Momen itu seharusnya menjadi langkah maju dalam hidupnya sebagai penduduk tetap berusia 34 tahun, namun justru berubah menjadi mimpi buruk yang menyeretnya ke jeruji besi.
Pemerintahan Trump ingin deportasi Mahdawi dengan dalih kebijakan luar negeri
Di balik layar hukum yang terlihat rapi, ada upaya deportasi yang cukup terang-terangan dari pemerintahan Presiden AS Donald Trump terhadap Mahdawi.
Pemerintah menyatakan bahwa kritik Mahdawi terhadap agresi Israel di Gaza dan keterlibatannya dalam aksi protes bisa menimbulkan konsekuensi kebijakan luar negeri yang merugikan bagi AS.
Alasan tersebut digunakan dalam gugatan federal untuk membenarkan penahanan serta proses deportasi terhadap Mahdawi, meskipun ia adalah penduduk tetap AS.
Meski pengadilan memutuskan pembebasan bersyarat bagi Mahdawi, proses hukum federal dan sidang imigrasinya tetap berjalan.
Artinya, perjuangan Mahdawi belum selesai, dan masa depannya di Amerika Serikat masih berada dalam bayang-bayang ketidakpastian.
Bernie Sanders angkat suara puji keputusan hakim sebagai bentuk perlawanan otoritarianisme
Tokoh politik Bernie Sanders ikut bersuara soal kasus ini.
Senator dan mantan calon presiden itu menyebut pembebasan Mahdawi sebagai kemenangan penting dalam menghadang gelombang otoritarianisme yang muncul di bawah pemerintahan Trump.
Ia menegaskan posisi bahwa negara demokratis tidak boleh menghukum warganya hanya karena berani berbicara lantang terhadap kebijakan negara.
Dalam pernyataannya di platform X, Sanders menulis, “Mohsen Mahdawi dibebaskan dengan jaminan hari ini dari penahanan ilegalnya di tangan pemerintahan Trump. Bagus. Di Amerika Serikat, Anda tidak seharusnya berakhir di sel penjara karena mengekspresikan pendapat Anda.”