Sri Mulyani Optimis Lebaran Dongkrak Ekonomi, Tapi PHK Meningkat!

Trinita Adelia - Selasa, 01 Apr 2025 - 16:00 WIB
Sri Mulyani Optimis Lebaran Dongkrak Ekonomi, Tapi PHK Meningkat!
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati - Instagram @smindrawati
Advertisements

NOTIS.CO.ID - Ramadan dan Lebaran 2025 menjadi momen penting bagi perekonomian Indonesia.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani, optimis bahwa aktivitas ekonomi selama periode ini akan meningkat, terutama di daerah tujuan mudik.

Meski begitu, awal tahun 2025 bukan tanpa tantangan, mengingat lonjakan angka PHK dan menurunnya Daya Beli masyarakat.

Aktivitas Ekonomi Meningkat di Daerah Tujuan Mudik

Setiap tahun, jutaan orang melakukan perjalanan ke kampung halaman untuk merayakan Lebaran bersama keluarga.

Pergerakan besar-besaran ini berdampak langsung pada perekonomian daerah tujuan mudik.

Mulai dari sektor transportasi, penginapan, hingga perdagangan, semuanya mengalami lonjakan permintaan.

Menurut Sri Mulyani, mobilitas masyarakat selama mudik menjadi salah satu faktor yang dapat menggerakkan roda ekonomi di berbagai wilayah.

“Moga-moga baik, ini akan meningkatkan aktivitas ekonomi di semua daerah terutama yang di tempat tujuan mudik, sehingga dampak ekonomi daerah menjadi positif,” ujarnya setelah melaksanakan salat Ied di Jakarta, Senin (31/3/2025)..

Selain transportasi dan penginapan, pedagang di daerah-daerah tujuan mudik juga merasakan peningkatan omzet.

Penjualan oleh-oleh khas daerah melonjak, sementara warung makan dan restoran ramai dipadati pelanggan.

Hal ini menjadi indikasi bahwa perputaran uang selama Ramadan dan Lebaran memiliki dampak yang signifikan bagi perekonomian lokal.

Lonjakan Konsumsi Masyarakat Selama Lebaran

Tradisi Lebaran selalu identik dengan meningkatnya konsumsi.

Dari makanan hingga perlengkapan pribadi, masyarakat cenderung mengalokasikan dana lebih besar untuk merayakan momen ini.

Konsumsi yang meningkat ini menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

Sri Mulyani menekankan bahwa belanja makanan menjadi prioritas utama masyarakat selama Lebaran.

“Saya rasakan akan menjadi harap mungkin mereka yang bisa berkumpul dengan keluarga paling tidak ada makanan. Mungkin kalau sekarang enggak terlalu pakai baju baru, tapi tetap saja mereka berdandan,” ungkapnya.

Sektor kuliner menjadi salah satu industri yang mengalami lonjakan signifikan.

Rumah makan, warung, hingga restoran cepat saji kebanjiran pelanggan.

Selain itu, produk kecantikan dan perawatan diri juga mengalami peningkatan penjualan, mengingat banyak orang ingin tampil menarik saat berkumpul dengan keluarga dan kerabat.

Tidak hanya itu, pusat perbelanjaan dan toko online juga menikmati peningkatan transaksi menjelang Lebaran.

Meski tren pembelian pakaian baru sedikit bergeser, kebutuhan lain seperti parcel, dekorasi rumah, dan perangkat elektronik tetap mengalami lonjakan permintaan.

Sektor Pariwisata Mengalami Kenaikan

Selain konsumsi rumah tangga, sektor pariwisata juga terdorong selama libur Lebaran.

Banyak keluarga memilih menghabiskan waktu di destinasi wisata lokal, baik itu pantai, pegunungan, maupun taman rekreasi.

Sri Mulyani menyoroti pertumbuhan industri pariwisata dengan contoh nyata dari salah satu destinasi favorit di Bandung.

“Saya ke Dusun Bambu sebelum Lebaran, mereka bilang biasanya bisa sampai 17.000 pengunjung sehari. Jadi saya berharap saat-saat aktivitas yang nanti di mana masyarakat berkumpul, akan memberikan dampak ekonomi yang lebih baik,” ucapnya.

Fenomena ini menunjukkan bahwa sektor pariwisata tetap menjadi kontributor utama dalam pertumbuhan ekonomi saat musim libur Lebaran.

Tidak hanya pengelola wisata yang mendapatkan manfaat, tetapi juga sektor pendukung seperti transportasi, perhotelan, dan UMKM lokal yang bergerak di bidang kuliner serta suvenir.

Tantangan Ekonomi di Awal Tahun 2025

Di balik optimisme pertumbuhan ekonomi saat Ramadan dan Lebaran, tantangan besar masih membayangi, terutama terkait angka PHK yang meningkat dan Daya Beli masyarakat yang melemah.

Sepanjang Januari hingga Februari 2025, Kementerian Ketenagakerjaan mencatat sedikitnya 18.610 pekerja kehilangan pekerjaan.

Angka ini melonjak lebih dari dua kali lipat dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Jika merujuk pada data Konfederasi

Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), jumlah PHK bahkan mencapai 60.000 pekerja yang berasal dari 50 perusahaan berbeda.

Lonjakan PHK ini turut memengaruhi Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), yang mencerminkan optimisme masyarakat terhadap perekonomian.

Direktur Ekonomi Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, mengungkapkan bahwa IKK pada Januari 2025 mengalami penurunan sebesar 0,4% dibandingkan Desember 2024.

“Situasinya cukup anomali. Jika kita mengacu pada periode 2022 hingga 2024, biasanya terjadi kenaikan IKK di bulan Januari karena ada optimisme konsumen di awal tahun. Kondisi keyakinan konsumen melemah juga terjadi di bulan Februari 2025,” jelasnya.

Selain IKK, Indeks Penjualan Riil (IPR) juga mengalami penurunan signifikan. Pada Desember 2024, angka IPR mencapai 222 poin, tetapi turun menjadi 211,5 poin di Januari 2025.

Kondisi ini mengindikasikan bahwa masyarakat semakin menahan belanja akibat ketidakpastian ekonomi.

Nailul Huda menambahkan bahwa tren ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Biasanya, setelah Desember, Daya Beli tetap stabil atau mengalami peningkatan kecil.

Namun, pada awal 2025, tren tersebut justru berbalik arah. “Artinya, konsumen yang tidak yakin akan perekonomian tahun 2025, mendorong penjualan eceran kita juga turun. Akibatnya, Daya Beli masyarakat kian terperosok di awal tahun 2025,” ujarnya.

Advertisements
Share:
Editor: Trinita Adelia
Source:

Baca Juga

Rekomendasi

Advertisements