NOTIS.CO.ID - Hari Raya Idul Fitri selalu menjadi momen spesial bagi masyarakat Indonesia.
Selain sebagai ajang silaturahmi, perayaan ini juga memiliki dampak besar pada sektor ekonomi dan pariwisata.
Mobilitas masyarakat yang tinggi selama masa libur Lebaran menciptakan perputaran ekonomi yang signifikan, terutama dalam rentang waktu H-5 hingga H+7 setelah hari raya.
Libur Lebaran Menggerakkan Ekonomi dan Pariwisata
Lonjakan Aktivitas Ekonomi Selama Idul Fitri
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Andalas (Unand), Sumatera Barat, Sari Lenggogeni, mengungkapkan bahwa Idul Fitri merupakan momentum strategis dalam menguatkan roda perekonomian domestik.
"Libur Lebaran menciptakan perputaran ekonomi, terutama H-5 dan H+7 setelah Hari Raya Idul Fitri," kata Sari Lenggogeni, di Padang, Minggu (30/3/2025).
Tingginya mobilitas masyarakat selama periode ini tidak hanya menjadi bagian dari tradisi tahunan, tetapi juga berdampak langsung pada sektor perdagangan, transportasi, serta akomodasi.
Dengan meningkatnya pergerakan orang, transaksi ekonomi ikut melonjak, khususnya di pusat perbelanjaan, hotel, dan tempat wisata.
Puncak Pergerakan Wisatawan Saat Libur Lebaran
Dalam setahun, terdapat tiga musim liburan utama, yakni libur Natal dan Tahun Baru, libur Lebaran, serta libur sekolah.
Di antara ketiganya, Sari meyakini bahwa libur Lebaran menjadi puncak pergerakan wisatawan dengan jumlah kunjungan tertinggi.
Fenomena ini juga menyebabkan berbagai provinsi di Indonesia menjadi pusat mobilitas, terutama bagi para perantau yang pulang ke kampung halaman.
Bagi banyak perantau, pulang kampung bukan sekadar untuk berkumpul dengan keluarga, tetapi juga untuk menikmati berbagai destinasi wisata di daerah asal.
"Hari pertama Lebaran biasanya berkumpul di rumah bersama keluarga, sementara hari kedua dan ketiga berkunjung ke destinasi wisata," tambahnya.
Konsep ini sering disebut sebagai Nostalgia Tourism, di mana orang-orang kembali ke tempat yang memiliki kenangan masa kecil atau kebersamaan dengan keluarga.
Peran Destinasi Wisata dalam Pembangunan Ekonomi
Momentum Lebaran menjadikan pusat-pusat ekonomi lokal sebagai daya tarik utama bagi wisatawan atau dikenal sebagai puller destination.
Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan ke depan perlu difokuskan pada penguatan destinasi wisata yang memiliki potensi ekonomi besar.
"Pembangunan berbasis destinasi akan memperkuat daya tarik wisata sekaligus memberikan manfaat ekonomi langsung bagi masyarakat sekitar," katanya.
Dengan pengelolaan yang tepat, sektor pariwisata dapat menjadi motor penggerak utama ekonomi daerah, terutama di wilayah yang memiliki daya tarik budaya dan alam yang unik.
Transparansi Harga di Destinasi Wisata
Pentingnya Standarisasi Tarif di Tempat Wisata
Salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh pelaku usaha wisata adalah transparansi harga di setiap objek wisata.
Hal ini mencakup biaya masuk tempat wisata, harga makanan dan minuman, hingga tarif parkir. Jika tidak diatur dengan baik, lonjakan harga yang tidak wajar dapat merusak citra positif destinasi tersebut dan menurunkan minat wisatawan untuk berkunjung kembali.
Sari menekankan pentingnya regulasi yang jelas dalam penetapan harga di tempat wisata, terutama di masa puncak liburan seperti Lebaran.
Dengan sistem harga yang transparan dan adil, wisatawan dapat menikmati liburan mereka tanpa khawatir akan biaya yang berlebihan.
Peningkatan sektor wisata akan lebih optimal jika diiringi dengan kebijakan yang berpihak pada kesejahteraan masyarakat serta keberlanjutan industri pariwisata.