Bank Dunia Soroti Lonjakan Investasi Properti dan Emas di Indonesia

Bank Dunia mencatat lonjakan ketidakpastian global mendorong masyarakat Indonesia beralih ke emas dan properti, meninggalkan saham dan deposito.
Trinita Adelia - Selasa, 24 Jun 2025 - 08:00 WIB
Bank Dunia Soroti Lonjakan Investasi Properti dan Emas di Indonesia
Ilustrasi - freepik @user6702303
Advertisements

NOTIS.CO.ID - Meningkatnya ketidakpastian global akibat konflik geopolitik dan perang dagang telah mendorong masyarakat Indonesia mengubah arah investasinya.

Fenomena ini terekam jelas dalam laporan terbaru Indonesia Economic Prospects edisi Juni 2025 yang dirilis oleh Bank Dunia.

Dalam situasi ekonomi yang penuh tekanan, banyak orang kini mulai meninggalkan instrumen keuangan tradisional seperti saham dan deposito, dan lebih memilih aset yang dianggap aman seperti emas dan properti.

Menurut Bank Dunia, lonjakan ketidakpastian ekonomi selama kuartal pertama tahun ini bahkan mencapai level tertinggi dalam lima tahun terakhir.

“Meningkatnya ketidakpastian juga menggeser preferensi Investasi rumah tangga. Pada kuartal I-2025, indeks ketidakpastian mencapai titik tertinggi dalam lima tahun,” dikutip dari laporan tersebut, Senin (23/6/2025).

Investasi emas dan properti makin diminati masyarakat kelas atas

Tren pergeseran investasi ini terlihat jelas dari pertumbuhan drastis pada sektor properti. Bank Dunia mencatat lonjakan signifikan pada penyaluran kredit kepemilikan rumah dan apartemen, yang mencerminkan antusiasme masyarakat terhadap aset berwujud.

“Kredit kepemilikan rumah dan apartemen meningkat sebesar 80%, yang mencerminkan pergeseran preferensi konsumen ke aset safe haven,” tulis Bank Dunia dalam laporan terbarunya itu.

Sementara itu, harga emas juga terus menanjak seiring dengan ketidakpastian global. Menurut laporan yang sama, kondisi pasar dunia telah mendorong bank-bank sentral untuk menambah cadangan emasnya, yang berimbas pada peningkatan harga secara luas.

“Ketidakpastian global mendorong harga emas naik karena bank sentral meningkatkan pembelian,” kata Bank Dunia.

Fenomena ini menunjukkan bahwa masyarakat kini lebih berhati-hati dalam memilih instrumen keuangan. Emas dan properti dianggap sebagai bentuk lindung nilai yang lebih stabil dibandingkan saham maupun obligasi.

Konsumsi masyarakat Indonesia tumbuh tidak merata

Bank Dunia menyoroti bahwa lonjakan investasi pada aset-aset safe haven ini tidak didorong oleh kelas menengah, melainkan oleh kalangan orang kaya. Sejak pandemi, kelas menengah justru tertinggal dalam hal pertumbuhan konsumsi dibanding kelompok lainnya.

Dari periode 2019 hingga 2024, konsumsi rumah tangga untuk 40% masyarakat termiskin meningkat sekitar 2-3% per tahun setelah memperhitungkan inflasi. Kenaikan ini sebagian besar didorong oleh bantuan sosial pemerintah.

Di sisi lain, 10% masyarakat terkaya juga mencatat peningkatan konsumsi tahunan sebesar 3% selama periode yang sama.

Sayangnya, kelompok kelas menengah dan mereka yang berada pada jalur menuju kelas menengah hanya mengalami pertumbuhan konsumsi sebesar 1,3% per tahun.

Hal ini memperlihatkan adanya ketimpangan dalam pemulihan ekonomi pasca pandemi.

“Konsumsi kelas menengah yang tertinggal terus berlanjut sejak pandemi. Dari 2019 hingga 2024, konsumsi rumah tangga kelas menengah yang disesuaikan dengan inflasi hanya tumbuh sebesar 1,3% per tahun dibandingkan dengan 2-3% untuk kelompok termiskin dan terkaya,” tulis Bank Dunia.

Perlu ada strategi jangka panjang agar pertumbuhan ekonomi bisa dirasakan secara lebih merata oleh seluruh lapisan masyarakat.

Advertisements
Share:
Editor: Trinita Adelia
Source:

Baca Juga

Rekomendasi

Advertisements