NOTIS.CO.ID - Kebijakan efisiensi Anggaran yang diusung Donald Trump sejak kembali menjabat Presiden Amerika Serikat pada Januari 2025 membawa dampak besar bagi dunia sains.
Pemangkasan miliaran dolar AS untuk dana riset membuat banyak ilmuwan kehilangan pekerjaan dan memaksa mereka mencari peluang di luar negeri. Negara-negara lain pun melihat momen ini sebagai kesempatan emas untuk menyerap talenta terbaik dari Amerika Serikat.
Kanada, Prancis, hingga Australia secara agresif membuka pintu bagi Ilmuwan yang merasa masa depan riset mereka di AS makin tak pasti.
Dengan berbagai program baru, mereka menjanjikan dukungan, pendanaan, dan lingkungan kerja yang lebih stabil dan terbuka bagi Riset ilmiah.
Kanada tarik ilmuwan muda lewat program Canada Leads
Sejak April 2025, Kanada meluncurkan program ambisius bernama Canada Leads. Program ini difokuskan untuk mendatangkan peneliti biomedis muda dari Amerika Serikat, terutama mereka yang terdampak langsung oleh pemotongan Anggaran riset.
Canada Leads merupakan bentuk respons konkret terhadap kekhawatiran Ilmuwan yang merasa masa depannya terancam. Di bawah program ini, pemerintah Kanada menyediakan sumber daya, laboratorium, dan kolaborasi lintas institusi yang menjanjikan.
Inisiatif ini didukung penuh oleh lembaga Riset ternama dan rumah sakit besar seperti University Health Network.
"Ada ancaman terhadap sains di selatan perbatasan," ujar Brad Wouters dari University Health Network, dikutip dari Arab News, Rabu (28/5/2025).
"Ada banyak bakat, banyak kelompok yang terpengaruh oleh momen ini." tambahnya.
Prancis dan Australia ikut ambil bagian dalam perebutan talenta sains
Bukan hanya Kanada yang bergerak cepat. Universitas Aix-Marseille di Prancis memulai program ‘Safe Place for Science’ pada Maret 2025.
Program ini dirancang untuk memberikan tempat yang aman dan kondusif bagi para peneliti yang merasa terhambat berkarier di AS akibat ketidakpastian politik dan kebijakan Anggaran.
Sementara itu, Australia meluncurkan ‘Global Talent Attraction’, sebuah program besar-besaran untuk menarik Ilmuwan global. Negara ini menjanjikan paket relokasi, pendanaan, dan gaji kompetitif bagi peneliti asing yang ingin menetap dan berkarya di Negeri Kanguru.
"Sebagai respons atas situasi di AS, kami melihat ada peluang untuk menarik talenta-talenta paling cerdas ke sini [Australia]," ungkap Anna-Maria, kepala Australian Academy of Sciences.
Dua negara ini memanfaatkan momentum ketidakpastian di AS dengan memberikan jaminan stabilitas dan dukungan penuh untuk para Ilmuwan.
AS kehilangan pijakan dominasi ilmiah karena kebijakan pemangkasan
Selama puluhan tahun, Amerika Serikat menjadi kiblat Riset dunia berkat investasi besar-besaran yang dimulai sejak Perang Dunia II.
Dana yang digelontorkan untuk penelitian menghasilkan berbagai terobosan besar seperti internet, telepon seluler, serta pengobatan untuk jantung dan stroke. Tapi sejak Trump kembali ke Gedung Putih, arah kebijakan itu berubah total.
Anggaran lembaga-lembaga penting seperti National Science Foundation (NSF), National Institute of Health (NIH), dan NASA dipangkas secara drastis.
Dalam proposal Anggaran untuk tahun mendatang, pemerintahan Trump mengusulkan pemotongan 40 persen untuk NIH dan 55 persen untuk NSF.
"Administrasi Trump menghabiskan beberapa bulan pertamanya untuk meninjau proyek-proyek pemerintahan sebelumnya, mengidentifikasi pemborosan, dan menyelaraskan kembali pengeluaran penelitian kami agar sesuai dengan prioritas rakyat Amerika dan melanjutkan dominasi inovatif kami," kata juru bicara Gedung Putih Kush Desai.
Langkah ini berdampak langsung ke lapangan. Banyak universitas mulai membekukan proses rekrutmen, memutus kontrak staf Riset, dan bahkan menolak mahasiswa pascasarjana baru.
Dunia menyambut Ilmuwan AS di tengah kekhawatiran kolaborasi internasional
Ketidakpastian di AS tidak hanya memicu eksodus ilmuwan, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran bagi kerja sama riset internasional. Lembaga-lembaga di luar AS kini harus mempertimbangkan ulang kolaborasi yang selama ini bergantung pada mitra dari Negeri Paman Sam.
Namun, di balik kekhawatiran itu, terselip peluang untuk merekrut peneliti-peneliti brilian yang sebelumnya berkontribusi besar di universitas-universitas top AS.
Program-program baru seperti Canada Leads, Safe Place for Science, dan Global Talent Attraction bukan sekadar strategi rekrutmen. Ini adalah cerminan dari pergeseran arah kekuatan Riset global.
Negara-negara lain kini berani bermimpi untuk mengambil alih tongkat estafet kepemimpinan ilmiah dari Amerika.
Dengan segala gejolak yang terjadi, dunia Riset sedang memasuki babak baru. Siapa yang mampu menciptakan lingkungan yang mendukung dan stabil, dialah yang berpotensi menjadi poros inovasi berikutnya.
Dan sejauh ini, Kanada, Prancis, serta Australia tampaknya melangkah lebih dulu dalam perlombaan ini.