IHSG Diprediksi Lanjut Melemah ke 5633 Meski Ada Peluang Rebound Terbatas

Trinita Adelia - Rabu, 09 Apr 2025 - 08:40 WIB
IHSG Diprediksi Lanjut Melemah ke 5633 Meski Ada Peluang Rebound Terbatas
IHSG Kembali di Bawah 6000 - freepik @our-team
Advertisements

NOTIS.CO.ID - Pasar saham Indonesia belum sepenuhnya lepas dari tekanan.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat menyentuh level 6.000 kini diproyeksikan masih akan tertekan pada perdagangan Rabu, 9 April 2025.

Pada penutupan sebelumnya, Selasa 8 April 2025, IHSG terkoreksi cukup dalam sebesar 7,90 persen dan berakhir di angka 5.996.

Analis dari MNC Sekuritas mencatat bahwa penurunan ini bukan sekadar koreksi biasa.

Pergerakan indeks sudah menembus area support krusial, dan pola teknikal menunjukkan pembentukan lower low yang bisa mengindikasikan penurunan lanjutan.

"Dengan demikian, kami perkirakan skenario hitam berlaku dan posisi IHSG saat ini diperkirakan sedang berada pada bagian dari wave (iii) dari wave [v]," tulis analis MNC Sekuritas dalam riset terbarunya.

Jika pun terjadi rebound, penguatannya diprediksi masih terbatas.

Rentang resistance berada di kisaran 6.026 sampai 6.114, namun potensi pelemahan lebih dalam menuju area 5.633 hingga 5.770 tetap harus diwaspadai.

Saham pilihan hari ini dan sorotan pergerakan sektor-sektor utama

Perdagangan hari ini juga menyoroti beberapa saham yang diprediksi punya potensi gerak menarik.

Beberapa di antaranya adalah BRPT, GOTO, LSIP, dan PGAS. Saham-saham ini dianggap masih punya ruang untuk bergerak meski sentimen pasar secara umum belum terlalu kondusif.

Phintraco Sekuritas menyampaikan bahwa hampir seluruh sektor di bursa mengalami tekanan.

Sektor bahan dasar atau basic material mencatatkan penurunan terdalam dengan koreksi mencapai 10,54 persen.

Diikuti sektor teknologi yang melemah 10,23 persen dan sektor siklikal yang terkoreksi 8,82 persen.

Kondisi ini menggambarkan bahwa koreksi IHSG memang terjadi secara merata dan tidak terbatas hanya pada satu atau dua sektor saja.

Rupiah yang melemah terhadap dolar AS juga memberi tekanan tambahan. Pada perdagangan kemarin, nilai tukar rupiah ditutup di level Rp16.860 per dolar AS.

Sentimen ini membuat pelaku pasar lebih berhati-hati dan cenderung wait and see menanti respons kebijakan dari otoritas terkait.

Sentimen global dan domestik yang masih tarik ulur arah pasar

Walaupun ada secercah kabar positif dari data ekonomi dalam negeri, seperti inflasi Maret yang berbalik arah dari tren deflasi serta PMI manufaktur yang masih berada di zona ekspansi, sentimen eksternal masih mendominasi kekhawatiran.

Inflasi didorong oleh normalisasi tarif listrik serta efek musiman selama bulan Ramadan dan menjelang Lebaran.

Sementara itu, Purchasing Managers’ Index (PMI) mencerminkan bahwa sektor manufaktur tetap produktif, meskipun tekanan global belum sepenuhnya surut.

Namun, tekanan dari luar negeri masih menghantui pergerakan pasar.

Kebijakan tarif impor dari pemerintahan Trump yang masih berdampak panjang menjadi salah satu sentimen negatif yang menyelimuti prospek jangka pendek IHSG.

"Ke depan, pergerakan IHSG masih dibayangi oleh sentimen negatif dari penerapan tarif impor oleh pemerintahan Trump," imbuh riset tersebut.

Pemerintah juga tengah dihadapkan pada tantangan dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sekaligus memperkuat kepercayaan investor.

Harapannya, kombinasi strategi fiskal dan moneter yang tepat bisa mendorong arus modal asing kembali masuk ke pasar Indonesia.

Hal ini sangat krusial untuk mendukung pergerakan IHSG di tengah ketidakpastian global.

Beberapa saham lain yang layak diperhatikan hari ini antara lain KLBF, BBNI, BMRI, ESSA, dan KLBF.

Saham-saham ini memiliki karakter defensif dan potensi penguatan selektif jika didukung oleh sentimen positif jangka pendek.

Advertisements
Share:
Editor: Trinita Adelia
Source:

Baca Juga

Rekomendasi

Advertisements