Warga Berbondong Scan Iris Demi Uang dari Worldcoin, Ini Penjelasan dan Risikonya

Trinita Adelia - Selasa, 06 Mei 2025 - 16:00 WIB
Warga Berbondong Scan Iris Demi Uang dari Worldcoin, Ini Penjelasan dan Risikonya
Scan bola mata Worldcoin demi berhadiah uang tunai - freepik @rawpixel.com
Advertisements

NOTIS.CO.ID - Di beberapa kota besar Indonesia, warga terlihat rela mengantre panjang hanya demi satu hal yang terdengar futuristik tapi menggoda.

Memindai iris mata dengan imbalan uang tunai hingga Rp800 ribu, sebuah proyek bernama Worldcoin ide berbasis teknologi biometrik yang mengklaim mampu membedakan manusia dari bot di dunia digital, tapi justru memicu banyak tanda tanya.

Apa itu Worldcoin dan kenapa bisa viral di Indonesia

Worldcoin merupakan proyek digital berskala global yang digagas oleh Sam Altman sosok yang juga menjadi CEO dari OpenAI bersama Alex Blania.

Dengan misi utama menciptakan identitas digital bernama World ID yang bisa digunakan untuk membuktikan bahwa seseorang adalah manusia, bukan AI atau robot dalam sistem online.

Sejak diluncurkan pada 2023, Worldcoin menggunakan alat pemindai canggih berbentuk bola logam futuristik bernama Orb untuk menangkap pola unik iris mata seseorang sebagai bukti autentik.

Setelah proses verifikasi biometrik ini selesai, pengguna akan mendapatkan token Kripto bernama WLD sebagai bentuk insentif.

Meski bentuk insentif resmi berupa token Kripto, di Indonesia muncul laporan bahwa warga menerima uang tunai berkisar Rp300 ribu sampai Rp800 ribu setelah mengikuti pemindaian.

Iming-iming uang tunai bikin banyak orang penasaran ikut Worldcoin

Cuitan dari akun @txtdrbekasi yang memperlihatkan warga Bekasi berkerumun untuk scan retina mendadak viral, memicu antusiasme serupa di wilayah lain seperti Depok, Jakarta, hingga Surabaya.

Banyak dari mereka yang datang mengaku belum memahami sepenuhnya tentang Worldcoin atau aset kripto, namun hanya ingin mendapatkan uang tunai secara cepat.

Beberapa bahkan menganggapnya seperti program bantuan tunai dari pemerintah atau sekadar promo digital.

Kondisi ini pun menimbulkan kekhawatiran dari kalangan pengamat teknologi dan privasi karena partisipasi warga dilakukan tanpa literasi digital yang memadai.

Data biometrik, khususnya Iris Mata, bukanlah informasi sepele dan memiliki implikasi jangka panjang jika jatuh ke tangan yang salah.

Risiko privasi data biometrik yang bikin banyak negara angkat suara

Meski proyek Worldcoin mengklaim mampu membawa masa depan digital yang lebih inklusif dan aman, banyak pihak justru melihat bahaya besar di balik kemasannya yang modern.

Salah satu kekhawatiran terbesar datang dari penggunaan data biometrik yang sangat sensitif dan tidak bisa diubah jika bocor.

Beberapa negara seperti Hong Kong, Portugal, dan Spanyol telah lebih dulu mengambil langkah tegas dengan menghentikan sementara kegiatan Worldcoin karena dinilai melanggar aturan perlindungan data pribadi dan keamanan anak.

Kebijakan serupa akhirnya menyentuh Indonesia, setelah warganet mulai bertanya-tanya.

"Siapa yang menyimpan data pemindaian bola mata?"

"Apakah data biometrik tersebut benar-benar aman dan tidak dijual?"

"Apakah ada izin resmi dari pemerintah?"

Pertanyaan-pertanyaan ini bukan tanpa dasar, karena belum ada transparansi penuh dari pihak penyelenggara, baik pusat maupun lokal, mengenai bagaimana data disimpan, digunakan, dan siapa saja yang punya akses terhadapnya.

Langkah pemerintah Indonesia terhadap Worldcoin dan layanan scan iris

Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) langsung bergerak cepat begitu melihat eskalasi partisipasi warga yang tinggi dan keresahan publik soal keamanan data pribadi.

Pada 4 Mei 2025, Komdigi secara resmi membekukan sementara layanan Worldcoin dan World ID di Indonesia.

Langkah ini diambil setelah diketahui bahwa operator lokal Worldcoin di Indonesia, yakni PT Terang Bulan Abadi, belum memiliki Tanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik (TDPSE) yang wajib dimiliki oleh setiap penyedia layanan digital sesuai regulasi nasional.

"Pembekuan ini adalah langkah preventif untuk melindungi masyarakat dari risiko penyalahgunaan data pribadi," jelas Alexander Sabar, Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital Komdigi dalam pernyataannya.

Apakah ikut Worldcoin benar-benar aman untuk masyarakat Indonesia

Worldcoin secara resmi menyatakan bahwa data biometrik pengguna tidak disimpan, dan proses enkripsi dilakukan secara anonim.

Namun klaim ini belum cukup untuk menenangkan para pakar privasi dan pengamat digital. 

Terutama karena negara-negara berkembang seperti Indonesia sering dijadikan sebagai tempat eksperimen teknologi tanpa penjelasan rinci atau persetujuan dari otoritas lokal yang valid. 

Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Dave Laksono, menyambut positif pembekuan sementara layanan Worldcoin.

Menurutnya, "diperlukan undang-undang baru untuk mengatur penggunaan data biometrik oleh perusahaan asing di Indonesia agar tidak terjadi penyalahgunaan yang merugikan masyarakat."

Masyarakat Indonesia sebaiknya tetap kritis dalam menyikapi proyek-proyek digital seperti ini.

Jangan sampai iming-iming hadiah instan membutakan kewaspadaan terhadap risiko penyalahgunaan data pribadi, terutama yang menyangkut biometrik yang tak bisa diganti seperti password.

Advertisements
Share:
Editor: Trinita Adelia
Source:

Baca Juga

Rekomendasi

Advertisements