NOTIS.CO.ID - OpenAI harus menelan kekecewaan besar setelah rencana akuisisi Windsurf, sebuah startup coding berbasis AI senilai US$3 miliar, resmi gagal.
Situasi ini semakin menarik karena Google DeepMind justru bergerak cepat dan merekrut para pendiri Windsurf beserta beberapa peneliti andalannya.
CEO sekaligus Co-Founder Windsurf, Varun Mohan dan Douglas Chen, kini tercatat sebagai bagian dari tim Google bersama sejumlah peneliti penting lainnya.
Meski demikian, Google memilih tidak mengambil saham atau kendali atas Windsurf. Keputusan ini menunjukkan strategi yang berbeda dari biasanya.
Windsurf tetap berdiri sebagai entitas independen, sementara Google hanya mengantongi lisensi non-eksklusif untuk memanfaatkan teknologi milik mereka.
“Kami senang menyambut sejumlah talenta pemrograman AI terbaik dari tim Windsurf ke Google DeepMind guna mendorong kemajuan dalam pengembangan agentic coding,” kata juru bicara Google, Chris Pappas, dalam email, dikutip dari TechCrunch, Rabu (16/7/2025).
Menurut laporan Bloomberg, Google bersedia merogoh kocek hingga US$2,4 miliar demi lisensi teknologi Windsurf sekaligus mendapatkan akses ke para talenta yang sudah terbukti kiprahnya.
Nilai sebesar itu memperlihatkan betapa teknologi Windsurf dianggap penting untuk mendukung ambisi Google dalam memperluas dominasi di bidang AI.
Kesepakatan ini disebut sebagai reverse acquihire, yaitu ketika perusahaan besar memilih merekrut talenta inti dari sebuah startup sekaligus melisensikan teknologinya, tanpa perlu melakukan Akuisisi menyeluruh.
Strategi seperti ini mulai banyak ditemui karena dianggap lebih efisien dan minim risiko dibandingkan membeli seluruh perusahaan.
Windsurf sendiri memang sedang jadi bintang baru di dunia AI. Dengan pendapatan tahunan berulang yang sudah menembus US$100 juta hanya dalam beberapa bulan, tak heran bila banyak raksasa teknologi berebut untuk mendekat.
OpenAI yang lebih dulu mengincar akhirnya harus rela melihat Google menyalip di tikungan setelah masa eksklusivitasnya habis.
Di sisi lain, Wall Street Journal mengungkap bahwa kegagalan OpenAI mengakuisisi Windsurf juga memicu ketegangan baru dalam negosiasi ulang kontrak antara OpenAI dan Microsoft.
Microsoft sejauh ini memiliki akses penuh terhadap kekayaan intelektual OpenAI. Namun, OpenAI tidak ingin memberikan peluang bagi pendukung utamanya itu untuk menguasai teknologi pemrograman AI yang dibawa oleh Windsurf.
Situasi ini menambah dinamika baru dalam hubungan kedua perusahaan besar tersebut.
Kini, Windsurf menghadapi babak baru dengan kondisi yang penuh teka-teki. Sebagian besar timnya, sekitar 250 orang, masih bertahan dan fokus melayani klien enterprise.
Akan tetapi, tanpa kehadiran para pendiri yang kini berada di bawah bendera Google, masa depan startup ini menjadi topik yang terus memancing rasa penasaran.