Mengejutkan! Peneliti Temukan Penyakit Gusi Bisa Picu Alzheimer

Penelitian terbaru mengungkap bakteri penyakit gusi mungkin jadi pemicu awal Alzheimer sebelum gejala muncul.Penelitian terbaru mengungkap bakteri penyakit gusi mungkin jadi pemicu awal Alzheimer sebelum gejala muncul.
Trinita Adelia - Senin, 09 Jun 2025 - 16:00 WIB
Mengejutkan! Peneliti Temukan Penyakit Gusi Bisa Picu Alzheimer
Ilustrasi periksa gigi - freepik @pressfoto
Advertisements

NOTIS.CO.ID - Selama bertahun-tahun, Alzheimer dianggap sebagai dampak alami dari proses penuaan otak. Namun, sebuah temuan mengejutkan mengungkap kemungkinan penyebab lain yang selama ini luput dari perhatian.

Para ilmuwan kini menyoroti peran infeksi penyakit gusi sebagai pemicu awal Alzheimer. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa bakteri mulut berbahaya bisa menembus otak dan memicu reaksi berantai yang berkaitan dengan penyakit neurodegeneratif ini.

Temuan ini membuka babak baru dalam pemahaman kita terhadap Alzheimer dan bagaimana pencegahannya bisa dimulai dari menjaga kesehatan gigi.

Peneliti Temukan Kaitan antara Bakteri Gusi dan Alzheimer

Sebuah studi dari tim peneliti Universitas Louisville yang dipimpin oleh Jan Potempa menemukan bukti bahwa penyakit gusi kemungkinan berperan dalam memicu Alzheimer.

Dalam otak pasien Alzheimer yang telah meninggal, mereka mendeteksi keberadaan Porphyromonas gingivalis, bakteri yang dikenal sebagai penyebab penyakit gusi.

Jan Potempa dan timnya memang bukan yang pertama mengajukan teori ini. Sebelumnya, ilmuwan bernama Stephen Dominy sudah mengungkap hubungan serupa melalui perusahaan bioteknologi rintisannya, Cortexyme.

Dominy telah melakukan eksperimen untuk membuktikan bahwa infeksi gusi bisa berdampak pada kerusakan otak. Namun, hingga saat itu, bukti yang mendukung keterkaitan ini masih dianggap belum cukup kuat.

"Penyakit infeksius telah terlibat dalam perkembangan dan progresi penyakit Alzheimer sebelumnya, tetapi bukti kausalitasnya belum meyakinkan," kata Dominy sebagaimana dikutip dari Science Alert, Senin (9/6/2025).

Uji Coba pada Tikus Ungkap Peran Bakteri terhadap Kerusakan Otak

Untuk memperkuat temuannya, tim Dominy menggelar percobaan terhadap tikus laboratorium. Hasilnya cukup mengejutkan setelah tikus terinfeksi secara oral, bakteri P. gingivalis berhasil mengkolonisasi otak hewan tersebut.

Selain itu, terjadi peningkatan produksi amiloid beta (Aβ), protein lengket yang selama ini dikaitkan erat dengan Alzheimer.

"Sekarang, untuk pertama kalinya, kami memiliki bukti kuat yang menghubungkan Gram-negative pathogen, yakni P. gingivalis dan Alzheimer's pathogenesis," tegas Dominy.

Hal menarik lainnya, antigen gingipain senyawa yang dihasilkan oleh P. gingivalis juga ditemukan di otak orang yang tidak didiagnosis Alzheimer, namun memiliki patologi yang mirip. Ini menimbulkan pertanyaan apakah Alzheimer dimulai dari infeksi gusi, atau justru sebaliknya.

"Identifikasi kami terhadap antigen gingipain di otak individu dengan AD (Alzheimer's disease) dan juga dengan patologi AD tetapi tidak ada diagnosis demensia menunjukkan bahwa infeksi otak dengan P. gingivalis bukanlah akibat dari perawatan gigi yang buruk setelah timbulnya demensia atau konsekuensi dari penyakit stadium akhir, tetapi merupakan peristiwa awal yang dapat menjelaskan patologi yang ditemukan pada individu setengah baya sebelum penurunan kognitif," sebagaimana tertulis dalam dokumen penelitian Dominy.

Formula Baru Berpotensi Jadi Terobosan Pengobatan Alzheimer

Penelitian Dominy tak berhenti sampai di situ. Timnya mengembangkan senyawa bernama COR388 sebuah formula eksperimental yang ditujukan untuk menghambat bakteri P. gingivalis.

Dalam percobaan terhadap tikus, formula ini terbukti mampu menurunkan jumlah bakteri di otak dan sekaligus menurunkan produksi protein amiloid-beta serta tingkat inflamasi saraf.

Meski hasilnya menjanjikan, COR388 belum pernah diuji secara klinis pada manusia. Dunia ilmiah masih menunggu kelanjutan riset ini sebelum bisa digunakan sebagai pengobatan Alzheimer.

Namun, temuan ini sudah cukup memberi harapan akan pendekatan baru terhadap penyakit yang selama ini belum memiliki terapi yang benar-benar efektif.

Dalam pernyataan terpisah, David Reynolds dari Alzheimer's Research menegaskan pentingnya pendekatan multidisipliner.

"Obat yang menargetkan protein toksik bakteri sejauh ini hanya menunjukkan manfaat pada tikus, namun tanpa adanya perawatan demensia baru dalam lebih dari 15 tahun, penting bagi kita untuk menguji sebanyak mungkin pendekatan untuk mengatasi penyakit seperti Alzheimer," ungkapnya.

Advertisements
Share:
Editor: Trinita Adelia
Source:

Baca Juga

Rekomendasi

Advertisements