Rahasia Robert Kiyosaki tentang Kaya Tanpa Kerja Keras yang Jarang Dibahas

Trinita Adelia - Minggu, 18 Mei 2025 - 15:00 WIB
Rahasia Robert Kiyosaki tentang Kaya Tanpa Kerja Keras yang Jarang Dibahas
Robert Kiyosaki - Instagram @therealkiyosaki
Advertisements

NOTIS.CO.ID - Banyak orang mengenal Robert Kiyosaki dari buku legendaris Rich Dad, Poor Dad, tapi sedikit yang benar-benar memahami cara berpikirnya soal uang.

Terutama generasi milenial dan gen z yang lagi semangat-semangatnya cari jalan pintas menuju kebebasan finansial.

Lewat nasihatnya Kiyosaki memaksa banyak orang berpikir ulang soal kerja keras, Investasi, dan konsep kekayaan.

Prinsip keuangan dari Robert Kiyosaki yang ubah cara pikir soal uang

Salah satu kutipan paling terkenal dari Kiyosaki adalah, "Orang kaya tidak bekerja demi uang. Mereka membuat uang bekerja untuk mereka."

Kalimat ini terdengar simpel tapi punya makna dalam bahwa uang bukan tujuan akhir, melainkan alat yang bisa dikendalikan.

Banyak orang yang tadinya fokus ngumpulin gaji bulanan jadi mulai mempertimbangkan bangun aset pasif. Bukan cuma soal jadi Kaya, tapi soal bebas dari tekanan finansial jangka panjang.

Sophie Musumeci, CEO Real Entrepreneur Women, mengaku bahwa kalimat Kiyosaki itu adalah titik balik dalam hidupnya.

"Mayoritas perempuan yang saya bantu diajari untuk menukar waktu dengan uang - itu melelahkan dan membatasi," katanya. 

Dengan membalik pola pikir, aset jadi prioritas, bukan sekadar pemasukan.

Musumeci percaya kalau banyak dari kelas menengah sebenarnya cuma perlu sudut pandang baru buat mulai mengubah hidup finansialnya.

Bukan cuma soal kerja keras, tapi cerdas dalam membangun sesuatu yang bisa terus berkembang walau tubuh lagi istirahat.

Rumah bukan aset menurut kiyosaki dan pandangan kontroversial lainnya

Mungkin salah satu pernyataan paling bikin kening berkerut adalah saat Kiyosaki menyebut rumah pribadi bukan aset.

Meski banyak orang merasa punya rumah adalah bentuk kekayaan, Kiyosaki justru berpikir sebaliknya. Menurutnya, karena rumah pribadi tidak menghasilkan pendapatan, maka itu masuk ke kategori liabilitas, bukan aset.

Neal K. Shah dari Counterforce Health menanggapi pandangan ini sebagai tamparan yang perlu buat banyak keluarga.

"Jika aset harus menghasilkan pendapatan, dan liabilitas justru menguranginya, maka banyak keluarga sebenarnya lebih miskin dari yang mereka kira," ujarnya. 

Pernyataan itu memang kontroversial, tapi menariknya, justru bikin banyak orang mulai berpikir ulang soal Investasi properti. 

Pelajaran uang dari rumah bukan sekolah dan pentingnya edukasi finansial

Satu lagi ide dari Kiyosaki yang cukup menggugah adalah soal pendidikan uang yang katanya lebih penting dipelajari di rumah ketimbang sekolah.

"Kaya dan miskin ditentukan karena pelajaran uang diajarkan di rumah, bukan di sekolah." Dari sini terlihat jelas kalau ia menilai peran keluarga sangat besar dalam membentuk mindset finansial anak-anak.

Tapi nggak semua orang sepakat atau siap dengan pendekatan ini. Musumeci sendiri menekankan bahwa belajar mengelola uang, termasuk soal utang, butuh kesiapan dan pendampingan.

"Memang benar bahwa utang bisa menjadi alat yang kuat di tangan yang tepat, tapi ini bukan solusi serba cocok untuk semua orang," jelasnya. 

Edukasi bukan cuma soal teori, tapi juga soal membangun kepercayaan diri dan keberanian mengambil keputusan penting.

Strategi menerapkan prinsip Robert Kiyosaki untuk kebebasan finansial

Menariknya, meski banyak nasihat Kiyosaki terkesan ekstrem, Musumeci tidak serta-merta menolaknya. Ia justru menganggap prinsip-prinsip tersebut sangat kuat, asalkan diterapkan dengan bijak.

"Prinsip-prinsip Kiyosaki sangat kuat, tapi harus dijalankan dengan strategi, dukungan, dan sesuai dengan fase kehidupan yang tepat," katanya.

Sama seperti main catur, setiap langkah keuangan harus dihitung dan disesuaikan dengan posisi masing-masing.

Apa yang cocok buat pebisnis muda, belum tentu relevan buat pekerja kantoran atau ibu rumah tangga yang lagi bangun karier kedua.

Jadi, kuncinya bukan soal mengikuti semua ajaran Kiyosaki mentah-mentah, tapi memakainya sebagai bahan refleksi.

Bisa dibilang, pemikirannya adalah semacam kompas arahnya jelas, tapi jalan menuju ke sana tetap perlu ditentukan sendiri.

Advertisements
Share:
Editor: Trinita Adelia
Source:

Baca Juga

Rekomendasi

Advertisements