Fakta Unik Pulau Terpencil, Pernah Jadi Kediaman Tokoh Penting Dunia

Saint Helena menyimpan keindahan ekstrem dan kehidupan laut langka di balik keterpencilannya di tengah Samudra Atlantik.
Trinita Adelia - Jumat, 04 Jul 2025 - 10:41 WIB
Fakta Unik Pulau Terpencil, Pernah Jadi Kediaman Tokoh Penting Dunia
Ilustrasi - Pixabay @PixxlTeufel
Advertisements

NOTIS.CO.ID - Terpencil, sulit dijangkau, namun menyimpan kekayaan alam luar biasa itulah gambaran singkat tentang Saint Helena. Pulau yang pernah menjadi tempat pengasingan Napoleon Bonaparte ini dikenal sebagai salah satu pulau paling terisolasi di dunia.

Dengan lokasi sekitar 2.000 kilometer dari pesisir Afrika dan hampir setengah jaraknya menuju Brasil, perjalanan menuju Saint Helena membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Namun, bagi siapa pun yang berhasil sampai ke sana, petualangan luar biasa sudah menanti.

Dulu, sebelum 2017, satu-satunya cara untuk mencapai Saint Helena adalah lewat jalur laut dari Afrika Selatan, yang memakan waktu enam hari. Kini, akses jadi sedikit lebih mudah lewat penerbangan enam jam dari lokasi yang sama.

Meski berada di ketinggian 800 meter di atas permukaan laut, udaranya sangat bersih, segar, dan membawa aroma khas asin dari Samudra Atlantik Selatan.

Tak hanya itu, pulau ini juga menyimpan sejarah panjang dan menjadi tempat eksplorasi penting di masa lampau. Charles Darwin bahkan terpesona ketika menginjakkan kaki di sini pada 1836, hingga berkata bahwa Saint Helena adalah tempat yang sangat luar biasa.

Ekosistem Saint Helena Jadi Rumah Spesies Langka dan Endemik

Kawasan ini bukan sekadar indah dari sisi pemandangan. Menurut Vogue, Saint Helena memiliki ukuran yang setara dengan kota San Francisco, namun menyimpan lebih dari 500 jenis flora dan fauna endemik.

Itu berarti, tingkat keanekaragaman hayati per kilometer persegi di Saint Helena mencapai 25 kali lebih banyak dibanding Kepulauan Galapagos yang legendaris.

Letaknya juga sangat strategis karena berada di jantung kawasan lindung laut seluas 445 kilometer persegi. Ekosistem bawah lautnya menjadi habitat bagi berbagai spesies yang dilindungi seperti penyu hijau, hiu martil, hingga ikan pari setan. 

Pemandangan bawah laut Saint Helena pun kerap dihiasi oleh kawanan lumba-lumba tutul pantropis yang berenang bebas, serta hiu paus yang bermunculan dalam kelompok besar. 

Fenomena Langka Hiu Paus dan Peluang Riset Konservasi

“Dari November hingga Maret, pulau kami mengalami salah satu fenomena yang langka, sekumpulan hiu paus jantan dan betina dewasa,” kata manajer proyek konservasi laut di Saint Helena National Trust, Kenickie Andrews, dikutip dari Vogue, Kamis (3/7/2025).

Fenomena musiman ini bukan hanya menarik untuk diamati, tetapi juga membuka peluang besar bagi dunia riset. Para ilmuwan bisa mempelajari lebih dalam tentang perilaku kawanan Hiu Paus, termasuk potensi reproduksi mereka di perairan ini. 

Ekowisata pun jadi topik pembahasan penting di Saint Helena. Namun, semua aktivitas dilakukan dengan prinsip konservasi yang ketat.

Tidak ada kontak langsung dengan satwa, interaksi pun dibatasi dengan menjaga jarak aman dan waktu pengamatan yang singkat agar tidak mengganggu keseimbangan alam.

Komunitas Mandiri yang Hidup Selaras dengan Alam

Di balik keindahan alamnya, Saint Helena juga dihuni oleh komunitas kecil sekitar 4.000 orang. Masyarakat lokal berupaya hidup secara mandiri dan berkelanjutan.

Banyak rumah tangga yang memiliki taman kecil untuk menanam sayuran dan buah-buahan sendiri, menciptakan sistem pangan lokal yang minim ketergantungan dari luar.

Mereka menjalani kehidupan yang tenang dan sederhana, namun kaya akan kesadaran ekologis. Gaya hidup ini bukan hanya mencerminkan ketahanan pangan, tetapi juga penghormatan terhadap alam yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka sehari-hari.

Advertisements
Share:
Editor: Trinita Adelia
Source:

Baca Juga

Rekomendasi

Advertisements