NOTIS.CO.ID - Harga Iphone baru akan lebih mahal di akhir 2025, tapi bukan karena tarif impor dari China yang sedang ramai dibahas.
Perusahaan teknologi raksasa ini sedang merancang strategi harga tanpa langsung menyalahkan kenaikan tarif Amerika Serikat terhadap produk buatan China.
Menurut laporan dari The Wall Street Journal, Apple sedang mempertimbangkan alasan yang lebih “menjual”, seperti fitur canggih dan desain yang benar-benar baru.
Jadi bukan cuma soal biaya, tapi juga soal nilai. Dengan kata lain, harga naik bukan semata karena biaya produksi, tapi karena pengalaman pengguna yang dianggap meningkat.
Sementara itu, TechCrunch menyoroti potensi kerugian yang akan diderita Apple hingga US$900 juta pada kuartal ketiga, jika tarif impor terus berjalan.
Walaupun belum ada konfirmasi resmi apakah konflik dagang antara AS dan China bakal berdampak langsung pada harga Iphone, jelas ada tekanan di belakang layar yang sedang ditangani perusahaan ini.
Apple beralih dari China ke India untuk produksi iPhone
Sebagian besar iPhone baru kini dirakit di India, bukan lagi di China.
Apple mulai mengalihkan produksinya untuk melindungi diri dari risiko perang dagang yang terus memanas.
Dengan keputusan ini, Apple bisa sedikit ‘bernapas’ dari dampak tarif resiprokal yang diterapkan AS dan China.
Langkah ini bukan cuma soal biaya, tapi juga bagian dari strategi jangka panjang Apple untuk memecah ketergantungan pada satu negara.
Apalagi dengan tekanan politik dan ekonomi yang kian kompleks, diversifikasi jadi kunci utama untuk tetap stabil secara global.
Di sisi lain, perkembangan terbaru menunjukkan bahwa AS dan China setuju untuk menghentikan tarif balasan selama 90 hari, memberikan waktu bagi dua negara itu untuk negosiasi lebih lanjut.
Meski hanya jeda sementara, keputusan ini disambut positif oleh banyak pihak termasuk sektor teknologi.
Pemerintah AS longgarkan tarif untuk produk teknologi termasuk Iphone
Meskipun banyak sektor terkena imbas tarif, pemerintah AS di era Trump memberi kelonggaran untuk industri teknologi, termasuk smartphone, laptop, dan perangkat keras lainnya.
Produk-produk seperti hard drive dan mesin pembuat semikonduktor tetap akan dikenakan tarif sebesar 20%, sesuai dengan kebijakan sebelumnya.
Apple pun kemungkinan besar bakal memanfaatkan kebijakan ini untuk meminimalisir efek domino pada lini produk utamanya. Jadi walaupun ada tekanan biaya, tidak semua perangkat harus langsung ikut naik harga.
Menariknya, Apple kabarnya sedang mempersiapkan peluncuran iPhone ultra-tipis di akhir tahun, yang diyakini akan menjadi daya tarik utama dalam membenarkan kenaikan harga.