NOTIS.CO.ID - Kebijakan baru yang digulirkan Presiden Prabowo Subianto tentang Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) langsung menarik perhatian banyak pihak.
Apalagi langkah mewajibkan 100 persen DHE SDA disimpan di dalam negeri selama setahun ini disebut mampu memperkuat stabilitas capital inflow, cadangan devisa, dan nilai tukar rupiah yang selama ini jadi titik rawan perekonomian.
Dampak positif kebijakan penyimpanan DHE SDA
Ekonom senior Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, memberikan dukungan penuh terhadap langkah berani ini.
Menurutnya inisiatif tersebut akan membantu mengurangi volatilitas modal yang selama ini sering membuat ekonomi nasional rentan terhadap guncangan eksternal.
Menyimpan seluruh DHE SDA dalam negeri selama satu tahun, dinilai akan memperbesar cadangan devisa, memperkuat stabilitas rupiah, dan membuat sektor perbankan jauh lebih tahan terhadap tekanan dari luar negeri.
"Kebijakan ini akan membantu menstabilkan capital inflow, cadev dan nilai tukar Rupiah," ujar Wijayanto di Jakarta, Jumat (25/4/2025).
Bukan hanya sekadar menjaga angka statistik makroekonomi, kebijakan ini juga membawa kepastian operasional bagi eksportir, sehingga aktivitas bisnis bisa berlangsung lebih aman tanpa kekhawatiran soal volatilitas nilai tukar di tengah gejolak global.
Tantangan kebijakan DHE 100 persen dalam menghadapi defisit transaksi berjalan
Meski apresiasi terhadap kebijakan ini besar, Wijayanto mengingatkan bahwa mengandalkan penyimpanan DHE semata tidak cukup untuk kuat menghadapi risiko eksternal yang terus berkembang, terutama di tengah bayang-bayang defisit transaksi berjalan.
Masalah tambahan muncul dari arah perdagangan internasional, di mana surplus perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat berpotensi tergerus seiring kebijakan tarif proteksionis Donald Trump yang makin ketat.
Untuk itu, ia mengusulkan langkah-langkah tambahan seperti memberantas penyelundupan sebagai sumber utama "kebocoran" devisa, memperbanyak transaksi dengan mata uang lokal agar tak bergantung pada dolar, serta memperluas pasar ekspor lewat berbagai perjanjian perdagangan bebas (FTA).
Kombinasi strategi ini diyakini bisa membuat Indonesia tidak hanya bertahan, tetapi justru tumbuh lebih kuat dalam menghadapi dinamika global yang kian tak pasti.
Efektivitas kebijakan DHE SDA terhadap peningkatan cadangan devisa dan ketahanan moneter
Di sisi lain, Wija, sapaan akrab Wijayanto Samirin, menyoroti faktor-faktor yang mendorong kenaikan cadangan devisa pada Maret 2025, mulai dari peningkatan utang luar negeri, surplus neraca perdagangan, hingga efektivitas penerapan kebijakan DHE SDA itu sendiri.
Ia menjelaskan bahwa efek konversi surplus perdagangan menjadi Cadangan Devisa berjalan cukup efektif, dan terlihat dari angka yang mencapai rekor baru, yakni 157,1 miliar dolar AS pada akhir Maret 2025.
Capaian ini setara dengan pembiayaan 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor ditambah pembayaran utang luar negeri pemerintah, memperlihatkan ketahanan moneter Indonesia berada di jalur positif menuju kemandirian yang lebih kuat.
Peran SVBI dan SUVBI dalam mendukung keberhasilan kebijakan DHE SDA
Keberadaan instrumen Surat Berharga Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valuta Asing Bank Indonesia (SUVBI) dinilai memperkuat keberhasilan kebijakan DHE, karena memberikan kemudahan bagi eksportir menyimpan devisa tanpa kehilangan fleksibilitas atas likuiditas.
Bank-bank nasional pun mendapat keuntungan tambahan lewat jaminan kredit yang lebih kuat, memungkinkan mereka untuk menyalurkan kredit produktif secara lebih agresif ke sektor-sektor strategis.
Jika ekspor menjadi tulang punggung pembiayaan nasional, lalu likuiditas valas tetap terjaga, stabilitas moneter pun otomatis menguat, dan pada akhirnya, pertumbuhan ekonomi bisa melaju lebih kencang tanpa ketergantungan berlebihan pada arus modal asing.