NOTIS.CO.ID - Shein kembali menuai kontroversi. Setelah ditolak beroperasi di Indonesia karena dinilai merugikan pelaku UMKM lokal, raksasa E-commerce asal China itu kini menghadapi denda besar di Prancis.
Shein dijatuhi sanksi sebesar 40 juta euro atau setara dengan Rp767 miliar akibat praktik diskon palsu yang dinilai menipu konsumen. Kasus ini menjadi pukulan telak bagi reputasi Shein yang selama ini dikenal dengan harga super murah dan strategi pemasaran agresif.
Putusan tersebut diumumkan otoritas antimonopoli Prancis pada Kamis, 4 Juli 2025, setelah melakukan penyelidikan selama hampir satu tahun.
Temuan menyebutkan bahwa Shein, melalui entitasnya Infinite Style E-commerce Co Ltd (ISEL), melakukan manipulasi harga sebelum memberi label diskon.
Dalam praktiknya, harga produk dinaikkan terlebih dahulu lalu diberi potongan, seolah-olah terjadi penurunan harga yang signifikan.
Shein Kena Denda karena Diskon Menyesatkan Konsumen
Pelanggaran ini melanggar aturan di Prancis yang mewajibkan diskon didasarkan pada harga terendah selama 30 hari terakhir. Sayangnya, Shein justru melakukan sebaliknya menaikkan harga terlebih dulu lalu menawarkan “diskon” palsu untuk menarik konsumen.
Investigasi terhadap ribuan produk di situs Shein Prancis selama periode 1 Oktober 2022 hingga 31 Agustus 2023 mengungkap fakta mencengangkan:
Shein sempat menyampaikan bahwa pihaknya telah melakukan perbaikan sejak Maret 2024, menyusul peringatan dari regulator. Namun, otoritas tetap menjatuhkan sanksi karena dampak pelanggaran dinilai cukup masif dan merugikan konsumen secara luas.
Penolakan Shein di Indonesia karena Dinilai Rugikan UMKM Lokal
Sebelum kasus di Prancis mencuat, Shein sudah lebih dulu menghadapi penolakan dari pemerintah Indonesia. Bersama platform E-commerce asal China lainnya, Temu, Shein sempat mencoba masuk ke pasar Indonesia melalui aplikasi digital.
Namun, langkah itu cepat ditanggapi oleh pemerintah dengan pelarangan operasi.
Alasan utamanya adalah model bisnis mereka yang memangkas jalur distribusi lokal. Produk dijual langsung dari pabrik di China ke pembeli akhir di Indonesia, tanpa melibatkan pelaku usaha atau distributor lokal.
Strategi ini memang menghasilkan harga yang sangat murah, tapi berdampak serius pada keberlangsungan Umkm dalam negeri.
Kondisi seperti ini menimbulkan kekhawatiran soal persaingan usaha yang tidak sehat. Produk lokal sulit bersaing dari segi harga maupun volume.
Shein dan Temu juga Dipertanyakan di Pasar Amerika
Bukan hanya Indonesia dan Prancis yang memberi perhatian pada strategi bisnis Shein dan Temu. Di Amerika Serikat, dua platform ini juga sempat mendulang popularitas besar karena harga jualnya yang sangat murah.
Namun, lonjakan tersebut memicu perdebatan baru soal kebijakan perdagangan dan praktik impor besar-besaran dari China.
Pada masa pemerintahan mantan Presiden Donald Trump, diterapkan berbagai kebijakan perdagangan yang lebih ketat, termasuk tarif dagang yang tinggi untuk barang impor dari China.
Kebijakan ini cukup mengguncang eksistensi Shein dan Temu, meskipun mereka tetap bertahan dengan basis pengguna yang loyal di Amerika.
Fenomena ini memperlihatkan bahwa popularitas semata tidak cukup menjadi jaminan keberlangsungan sebuah bisnis global.