Prabowo Dorong 80 Ribu Koperasi Desa Demi Ekonomi Rakyat

Kopdes Merah Putih jadi strategi pemerintahan Prabowo membangun ekonomi dari desa lewat koperasi petani dan distribusi bantuan.
Trinita Adelia - Sabtu, 28 Jun 2025 - 16:00 WIB
Prabowo Dorong 80 Ribu Koperasi Desa Demi Ekonomi Rakyat
Prabowo Subianto - Instagram @prabowo
Advertisements

NOTIS.CO.ID - Rencana besar Presiden Prabowo Subianto untuk membentuk 80 ribu Koperasi desa atau kelurahan melalui program Kopdes Merah Putih bukan sekadar proyek administratif.

Di balik itu, terdapat misi mendalam untuk memperkuat ekonomi dari level desa menuju kota sebuah pendekatan bottom up yang menjadi bagian dari Astacita.

Gagasan ini menempatkan desa sebagai pusat pertumbuhan baru yang berdaya secara ekonomi dan sosial, bukan sekadar pelengkap bagi kota-kota besar.

Strategi Ekonomi Bottom Up Melalui Koperasi Desa

Langkah mendirikan puluhan ribu koperasi ini dirancang agar masyarakat desa tidak lagi terpaku pada urbanisasi sebagai satu-satunya jalan memperbaiki nasib.

"Sehingga orang-orang desa tidak perlu ke kota. Karena ketika dia ke kota, tapi tanpa bekal yang memadai, kan menimbulkan masalah sosial di urban areas," kata Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan bidang Ekonomi, Fithra Faisal, dikutip dari inilah.com Sabtu (28/6/2025)

Fithra menekankan bahwa pembangunan ruang-ruang ekonomi di desa dapat mendorong pertumbuhan inklusif. Selama ini, sebagian besar kemajuan ekonomi nasional hanya terkonsentrasi di kota besar, terutama di Jawa.

"Kita juga akan menghadirkan pertumbuhan ekonomi di pedesaan. Jadi, tidak hanya di Jawa, tidak hanya di urban areas, tapi juga di luar Jawa dan rural areas," ujarnya.

Solusi Untuk Petani Dari Ketergantungan Terhadap Tengkulak

Salah satu tujuan utama dari program Kopdes Merah Putih adalah membantu para petani mendapatkan nilai ekonomi yang lebih baik dari hasil panennya.

Lewat koperasi, Petani akan difasilitasi dengan tempat penyimpanan hasil pertanian, sehingga tidak lagi tergantung pada tengkulak atau sistem ijon yang merugikan.

Sebelumnya, Petani seringkali terpaksa menjual hasil panen lebih cepat dengan harga murah demi modal untuk musim tanam berikutnya.

"Salah satu hal yang menjadi prioritas Kopdes Merah Putih adalah pengadaan storage dan cold storage. Sehingga Petani nggak harus buru-buru menjual hasil panen dengan harga murah," ujar Fithra.

Meniru Model Pertanian Sukses Dari New Zealand

Lebih lanjut, Fithra menyinggung bagaimana negara agraris seperti Indonesia bisa belajar dari negara-negara yang berhasil memuliakan profesi Petani.

Salah satu contohnya adalah New Zealand. Negara tersebut berhasil menempatkan Petani sebagai kelompok masyarakat yang sejahtera dan dihormati.

"Kalau berkunjung ke New Zealand, mendengar kata Petani, oh dia orang kaya. Jadi kita harus melihat lagi, soko guru utama secara ekonomi dari sisi orang-orang Indonesia ini, memang sektor pertanian. Dan, mayoritas koperasi merah putih itu akan menyokong pertanian," ucap Fithra.

Dengan mendesain koperasi sebagai penggerak ekonomi desa, Indonesia diharapkan bisa mengubah paradigma lama tentang Petani yang identik dengan kemiskinan menjadi simbol kemajuan ekonomi pedesaan.

Peran Strategis Kopdes Merah Putih Dalam Sistem Bantuan dan Kebutuhan Pokok

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan Pangan, Zulkifli Hasan, mengingatkan pentingnya peran pemerintah daerah dalam memastikan Koperasi ini benar-benar terbentuk dan aktif.

"Kopdeskel juga akan menjadi perpanjangan tangan pemerintah di desa untuk menyalurkan berbagai bantuan," ujar Menko Zulhas.

Menurutnya, Koperasi ini akan difungsikan sebagai jalur distribusi berbagai kebutuhan pokok masyarakat seperti pupuk, gas elpiji, minyak goreng, hingga sembako.

Tak hanya itu, peran Koperasi juga diperluas untuk melayani sektor pertanian dan perikanan dengan penyediaan mesin pengering dan gudang pendingin.

“Nah ini di pusat ada Satgas Kopdes Merah Putih, Menko Pangan ketuanya, di provinsi ada gubernur ketuanya, di kabupaten, kota, bupati dan wali kota ketuanya,” terang Menko Zulhas.

Advertisements
Share:
Editor: Trinita Adelia
Source:

Baca Juga

Rekomendasi

Advertisements