NOTIS.CO.ID - Penelitian terbaru memunculkan fakta yang cukup mengejutkan. Minuman yang dijual dalam botol kaca ternyata menyimpan lebih banyak partikel Mikroplastik dibandingkan kemasan plastik atau kaleng.
Temuan ini dirilis oleh Badan Keamanan Pangan Prancis (ANSES) dan menambah kekhawatiran terkait potensi paparan mikroplastik dari produk sehari-hari, terutama minuman ringan hingga bir yang dikonsumsi banyak orang.
Studi ini menyasar berbagai jenis minuman yang umum ditemui di pasaran Prancis. Mulai dari air biasa, air berkarbonasi, minuman ringan, limun, teh dingin, hingga bir dan anggur.
Hasilnya menunjukkan bahwa botol kaca, yang selama ini dianggap lebih ramah lingkungan, justru menyumbang kandungan Mikroplastik paling tinggi di antara semua jenis kemasan yang diuji.
Kandungan Mikroplastik Tertinggi Justru Berasal dari Botol Kaca
Peneliti dari ANSES menemukan bahwa dalam setiap liter minuman yang dikemas dalam botol kaca, rata-rata terdapat sekitar 100 partikel mikroplastik. Angka ini berkisar lima hingga lima puluh kali lebih tinggi dibanding minuman dalam botol plastik atau kaleng logam. Penelitian ini mencakup minuman seperti teh dingin, limun, dan bir.
"Kami justru memperkirakan hasil yang sebaliknya," kata mahasiswa doktoral yang memimpin riset tersebut, Iseline Chaib dikutip dari AFP, Minggu (22/6/2025).
Dalam penelusurannya, para ilmuwan mendapati bahwa Mikroplastik dalam botol kaca cenderung memiliki bentuk, warna, dan komposisi serupa dengan cat yang melapisi bagian luar tutup botol.
Hal ini menimbulkan dugaan kuat bahwa sumber utama kontaminasi berasal dari goresan-goresan halus pada lapisan cat tersebut.
Sumber Mikroplastik Diduga Berasal dari Tutup Botol yang Terkikis
Cat pada tutup botol kaca, meskipun terlihat rapat dan aman, ternyata bisa mengalami kerusakan mikro akibat gesekan selama proses penyimpanan atau distribusi. Menurut ANSES, gesekan ini mengakibatkan serpihan mikroplastik terlepas dan mengendap di dalam minuman.
Peneliti ANSES pun menguji efektivitas metode sederhana untuk menurunkan tingkat kontaminasi. Dengan cara meniupkan udara lalu membilas tutup botol menggunakan air dan alkohol, jumlah Mikroplastik dapat ditekan hingga 60 persen.
Langkah ini disebut mudah dilakukan oleh produsen untuk meminimalisir risiko kontaminasi lebih lanjut.
"Namun, produsen minuman dapat dengan mudah mengurangi jumlah Mikroplastik yang berasal dari tutup botol," tambah ANSES.
Mikroplastik dalam Air dan Anggur Cenderung Lebih Sedikit
Menariknya, air kemasan baik yang biasa maupun berkarbonasi menunjukkan tingkat mikroplastik yang relatif rendah dalam semua jenis kemasan.
Dalam botol kaca, hanya ditemukan sekitar 4,5 partikel per liter, sementara Botol Plastik mencatat angka lebih rendah lagi, yakni 1,6 partikel per liter.
Sedangkan untuk anggur, meskipun dikemas dalam Botol Kaca bertutup, kadar mikroplastiknya masih tergolong rendah. Guillaume Duflos selaku Direktur Riset ANSES menyebut bahwa perbedaan ini masih perlu diteliti lebih jauh.
Faktor-faktor seperti proses penyimpanan dan interaksi kimia selama fermentasi mungkin turut memengaruhi hasilnya.
Di sisi lain, jenis minuman seperti minuman ringan, limun, dan bir tercatat memiliki kadar Mikroplastik cukup signifikan. Masing-masing mengandung rata-rata 30, 40, dan 60 partikel per liter.
Namun, sampai saat ini belum ada standar resmi yang mengatur batas aman paparan Mikroplastik bagi manusia.
Peneliti menekankan bahwa meskipun efek jangka panjang dari konsumsi Mikroplastik belum bisa dipastikan sepenuhnya, langkah preventif tetap penting.