NOTIS.CO.ID - Kritikus olahraga Sadek Mustaffa menyoroti kebijakan naturalisasi pemain yang diterapkan oleh Federasi Sepak Bola Malaysia.
Menurutnya, langkah ini membuat sepak bola Malaysia mulai melupakan akarnya di tengah apa yang disebut "revolusi tim nasional."
Dampak Naturalisasi terhadap Identitas Sepak Bola Malaysia
Putera Mahkota Johor, Tunku Ismail Sultan Ibrahim, menyampaikan bahwa Harimau Malaya akan diperkuat oleh tujuh pemain kelahiran Malaysia yang saat ini bermain di luar negeri.
Namun, Sadek melihat tren ini sebagai tanda bahwa Sepak Bola Malaysia semakin bergantung pada pemain naturalisasi.
Sejauh ini, sudah ada delapan pemain kelahiran luar negeri yang membela Malaysia, yaitu Mohamadou Sumareh, Liridon Krasniqi, Guilherme de Paula, Sergio Aguero, Lee Tuck, Endrick Dos Santos, Paulo Josue, dan Hector Hevel.
Sadek berpendapat bahwa proyek naturalisasi, yang awalnya bertujuan sebagai strategi jangka pendek, kini tampaknya menjadi prioritas utama.
"FA Malaysia (FAM) menyatakan bahwa naturalisasi adalah inisiatif jangka pendek dan mereka akan fokus pada peningkatan pengembangan pemain untuk menghasilkan bakat berkualitas bagi tim nasional. Namun, yang kami lihat hanyalah ketergantungan yang berlebihan pada naturalisasi," kata Sadek seperti dikutip dari New Strait Times, Selasa (2/4/2025).
Krisis Pengembangan Pemain Muda di Liga Malaysia
Sadek menyoroti keputusan Liga Sepak Bola Malaysia (MFL) yang membatalkan Piala MFL U-23 untuk musim 2026. Baginya, ini merupakan tanda bahwa Malaysia semakin mengesampingkan pengembangan talenta lokal.
"Klub-klub M-League ingin membatalkan Piala MFL. Jadi di mana inisiatif untuk meningkatkan program pengembangan? Apa yang sebenarnya terjadi dengan peta jalan F:30 FAM, yang memprioritaskan pengembangan pemain muda?" sambungnya.
Menurutnya, kebijakan FAM saat ini berlawanan dengan janji mereka untuk memprioritaskan pembinaan pemain muda.
Ia mempertanyakan bagaimana peta jalan F:30 FAM dapat berjalan jika pembinaan pemain muda tidak menjadi fokus utama.
Kritik Pedas terhadap FAM dan Masa Depan Sepak Bola Malaysia
Sadek dengan tegas mengkritik FAM yang menurutnya lebih sibuk mencari pemain asing daripada membangun sistem pengembangan pemain lokal.
"Mungkin FAM harus pindah dari Kelana Jaya dan bermarkas di luar negeri karena perhatian utamanya tampaknya adalah mencari pemain asing untuk mewakili Malaysia."
Bagi pemain muda Malaysia, situasi ini semakin memperkecil peluang mereka untuk menembus tim nasional.
"Kondisi Sepak Bola Malaysia saat ini mengkhawatirkan. Pemain muda mungkin merasa bahwa mereka memiliki sedikit peluang untuk masuk ke tim nasional," ucapnya.
Warisan Sepak Bola Malaysia yang Terlupakan
Selain mengkritik kebijakan naturalisasi, Sadek juga menyayangkan kurangnya penghargaan terhadap legenda sepak bola Malaysia.
Salah satu contohnya adalah mendiang Rahim Abdullah, yang merupakan bagian dari skuad Malaysia di Olimpiade Munich 1972 sekaligus mantan pelatih tim nasional.
"Kita pernah berkompetisi di Olimpiade Munich 1972 dengan pemain lokal, dan saat itu, kita bisa menyamai negara lain. Namun, kita gagal menghormati legenda kita, bahkan sampai mati," ucap Sadek.
"Jika kita terus mengabaikan warisan sepak bola kita dan terlalu fokus pada Naturalisasi Pemain asing, kita berisiko kehilangan identitas Malaysia kita," lanjutnya.