HTTS 2025 Jadi Peringatan Serius, Bahaya Rokok Makin Tak Terbantahkan

HTTS jadi pengingat bahaya rokok bagi tubuh dan ajakan bersama hentikan kebiasaan merokok demi hidup sehat
Trinita Adelia - Minggu, 01 Jun 2025 - 15:15 WIB
HTTS 2025 Jadi Peringatan Serius, Bahaya Rokok Makin Tak Terbantahkan
Ilustrasi Rokok - freepik
Advertisements

NOTIS.CO.ID - Setiap tanggal 31 Mei, masyarakat global memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS), sebuah momentum penting untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya tembakau serta mendorong terciptanya lingkungan yang bebas dari asap Rokok.

Di tengah berbagai upaya pengendalian konsumsi rokok, seperti kenaikan cukai, larangan iklan, peringatan kesehatan pada bungkus rokok, hingga kampanye edukatif, HTTS menjadi ajakan bersama untuk menghentikan kebiasaan merokok dan menjaga kesehatan jangka panjang.

Bagi banyak orang, berhenti merokok memang penuh tantangan, tetapi menjadi keputusan besar demi kehidupan yang lebih berkualitas—baik untuk diri sendiri maupun orang-orang terdekat.

Rokok mengandung ribuan zat kimia berbahaya yang tidak hanya merusak tubuh perokok aktif, tapi juga membahayakan perokok pasif. Bahkan, risiko gangguan paru-paru, jantung, otak, hingga kesehatan mental meningkat signifikan akibat paparan zat adiktif seperti nikotin dan karbon monoksida.

HTTS pun mengingatkan kita bahwa hidup bebas Rokok bukan sekadar pilihan, melainkan langkah konkret untuk masa depan yang lebih sehat.

Bahaya Rokok terhadap sistem pernapasan manusia

Dampak buruk rokok paling nyata terlihat pada sistem pernapasan. Paru-paru menjadi organ pertama yang diserang oleh paparan asap rokok secara kronis.

Melansir dari inilah.com, menurut Spesialis Paru Eka Hospital Cibubur, dr. Paulus Arka Triyoga, Sp.P, inhalasi jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan permanen pada alveoli, yang memicu penyakit serius seperti Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), emfisema, dan bronkitis kronis. Tak hanya itu, risiko kanker paru-paru meningkat drastis pada perokok aktif.

“Merokok juga dapat meningkatkan risiko terkena infeksi seperti tuberkulosis (TBC) dan pneumonia. Penumpukan tar pada paru menghambat fungsi pernapasan Anda secara perlahan-lahan,” paparnya, Jakarta, Sabtu (31/05/2025).

Rokok tidak hanya mengganggu fungsi paru, tetapi juga menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi, yang membuat proses penyembuhan menjadi lebih lambat dan tidak optimal.

Dampak buruk merokok terhadap sistem kardiovaskular

Paparan nikotin dan karbon monoksida dalam asap Rokok berkontribusi besar pada kerusakan sistem peredaran darah. Zat-zat ini menyebabkan tekanan darah meningkat serta detak jantung menjadi lebih cepat.

“Hal ini memaksa jantung bekerja lebih keras dan meningkatkan peluang munculnya penyakit jantung koroner, infark miokardium, serta stroke. Proses aterosklerosis, yaitu penyempitan pembuluh darah akibat pembentukan plak pada dinding arteri, juga dipercepat oleh kebiasaan merokok,” paparnya.

Rokok pun mempercepat proses degeneratif pembuluh darah, sehingga memperbesar kemungkinan serangan jantung bahkan pada usia yang relatif muda. Kombinasi antara kolesterol tinggi dan merokok menjadi pemicu utama munculnya komplikasi jantung yang mematikan.

Efek nikotin terhadap sistem saraf pusat dan otak

Nikotin, salah satu kandungan utama Rokok, bekerja langsung memengaruhi sistem saraf pusat. Zat ini bersifat adiktif dan cepat memicu kecanduan, membuat pengguna sulit lepas dari kebiasaan merokok.

“Nikotin memiliki sifat adiktif/candu yang kuat dan mempengaruhi kimia otak. Disamping itu, penurunan aliran darah serebral akibat penyempitan pembuluh darah dapat mengganggu fungsi kognitif dan meningkatkan kerentanan terhadap stroke,” ujarnya.

Penurunan aliran oksigen ke otak karena karbon monoksida dalam asap Rokok juga memperburuk konsentrasi, memicu kelelahan, serta mengganggu keseimbangan emosional.

Risiko merokok terhadap kesehatan mata

Gangguan penglihatan merupakan efek jangka panjang yang jarang disadari oleh perokok. Asap Rokok perlahan merusak saraf optik dan mempercepat degenerasi fungsi penglihatan.

“Merokok dalam jangka panjang dapat memengaruhi penglihatan dan saraf optik. Merokok dapat menyebabkan gangguan yang memengaruhi mata seperti glaukoma, katarak, dan degenerasi makula,” jelasnya.

Penuaan dini pada retina dan gangguan aliran darah ke mata menjadi alasan utama mengapa perokok lebih rentan terhadap kebutaan.

Dampak merokok terhadap kondisi kulit dan proses regenerasi

Tak hanya menyerang organ dalam, Rokok juga memberikan dampak langsung terhadap kondisi kulit. Perokok cenderung mengalami penuaan dini dibandingkan mereka yang tidak merokok.

“Merokok mempercepat proses penuaan kulit melalui kerusakan serat kolagen dan elastin. Akibatnya, kulit kehilangan elastisitas, menjadi lebih keriput, tampak kusam, dan mengalami penurunan kemampuan regenerasi. Proses penyembuhan luka pada perokok juga cenderung lebih lambat,” paparnya.

Kerusakan mikrosirkulasi darah pada lapisan kulit menjadikan proses detoksifikasi kulit tidak optimal, membuat tampilan kulit semakin tidak sehat.

Ancaman kesehatan yang dihadapi perokok pasif

Dampak buruk Rokok tidak berhenti pada perokok aktif saja. Mereka yang tidak merokok, namun terus-menerus terpapar asap rokok di lingkungan sekitar, mengalami risiko serupa bahkan lebih berat dalam jangka panjang.

"Termasuk penyakit kardiovaskular, kanker paru-paru, infeksi saluran pernapasan terutama pada populasi anak, asma dan alergi, serta peningkatan risiko Sindrom Kematian Bayi Mendadak (SIDS)," paparnya.

Perokok Pasif, terutama anak-anak, sangat rentan mengalami gangguan perkembangan paru, penurunan imunitas, hingga gangguan tidur akibat iritasi saluran pernapasan.

Hubungan kebiasaan merokok dengan kesehatan mental

Tak sedikit orang yang menjadikan merokok sebagai cara pelarian dari tekanan emosional. Sayangnya, kebiasaan ini justru menciptakan siklus adiksi yang membahayakan kesehatan mental secara menyeluruh.

"Sayangnya, nikotin pada Rokok, dalam jangka panjang berpotensi memperburuk kondisi kesehatan mental. Ketergantungan nikotin menciptakan siklus kecanduan yang kuat, sehingga sulit untuk berhenti," paparnya.

Alih-alih meredakan stres, konsumsi Rokok secara terus-menerus dapat memicu gangguan suasana hati, kecemasan, bahkan depresi jika tidak ditangani dengan dukungan yang tepat.

Advertisements
Share:
Editor: Trinita Adelia
Source:

Baca Juga

Rekomendasi

Advertisements