NOTIS.CO.ID - Dunia sedang menghadapi ancaman baru dari jenis flu yang tidak biasa Flu Burung H5N1 yang kini menyebar melalui kucing.
Peringatan ini disampaikan langsung oleh Kepala Lembaga Penelitian Gamaleya, Alexander Gintsburg, yang menyoroti risiko serius jika virus ini mengalami mutasi hingga dapat menular antarmanusia.
Ancaman ini tidak hanya menyasar hewan peliharaan, tapi juga membuka kemungkinan krisis kesehatan global yang lebih parah dibanding wabah sebelumnya.
Potensi Pandemi dari flu burung yang menular lewat kucing
Pakar kesehatan mulai menyoroti bahaya serius dari penyebaran virus H5N1 yang kini telah ditemukan menjangkiti kucing. Menurut Alexander Gintsburg, virus ini berpotensi besar mengalami mutasi yang memungkinkan penularan lewat udara dari manusia ke manusia.
Bila hal ini terjadi, risikonya bisa jauh lebih besar dibanding cacar yang pernah mengancam dunia.
"(Prototipe vaksin) harus melalui uji klinis Fase I dan II terhadap strain yang sangat mungkin mulai menular tidak hanya di antara hewan, tetapi juga dari manusia ke manusia," ujar Gintsburg dalam wawancaranya yang juga dikutip oleh Russia Today (RT).
Ancaman itu tak hanya berupa kemungkinan penularan, tetapi juga tingkat kematian yang sangat tinggi. Gintsburg menyebutkan bahwa fatalitas akibat virus ini bisa mencapai 70%, menjadikannya jauh lebih berbahaya jika sampai menyebar luas di antara manusia.
Vaksin harus segera dikembangkan sebelum terlambat
Kebutuhan mendesak untuk mengembangkan vaksin H5N1 jadi fokus utama. Menurut Gintsburg, vaksin prototipe seharusnya sudah dalam tahap produksi agar siap diluncurkan secepat mungkin jika situasi memburuk.
"Angka kematiannya adalah 50-70%, dan jika ditularkan melalui udara, cacar akan tampak seperti permainan anak-anak dibandingkan dengan apa yang dapat terjadi setelah satu atau dua mutasi," katanya.
"Prototipe yang siap pakai seharusnya sudah tersedia untuk meningkatkan produksi dalam tiga hingga empat minggu dan memperkenalkannya untuk penggunaan publik," tambahnya.
Sayangnya, ia menegaskan bahwa hingga saat ini belum ada langkah konkret atau program aktif yang mendukung pengembangan massal vaksin tersebut. Ini membuka celah besar jika skenario terburuk benar-benar terjadi.
Kucing peliharaan jadi jalur penyebaran zoonosis ke manusia
Kekhawatiran semakin meningkat sejak studi dari Universitas Maryland menunjukkan lonjakan infeksi Flu Burung pada kucing peliharaan di berbagai negara.
Dalam analisis data selama dua dekade, peneliti menemukan lebih dari 600 kasus infeksi pada kucing di 18 negara. Lebih dari separuh kucing yang terinfeksi meninggal dunia.
"Kucing peliharaan rentan terhadap (Flu Burung) dan menyediakan jalur potensial untuk penularan zoonosis ke manusia," sebut para peneliti dalam laporannya.
Infeksi biasanya terjadi saat kucing memakan burung yang sudah terinfeksi, mengonsumsi daging unggas mentah, atau susu yang tidak dipasteurisasi dari hewan ternak.
Yang lebih mencemaskan, penelitian juga menemukan adanya infeksi pada kucing rumahan tanpa paparan langsung terhadap sumber penyakit yang jelas, menandakan kemungkinan jalur penularan lain yang belum teridentifikasi.
Data global menunjukkan ancaman nyata sejak 2003
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa sejak tahun 2003, sudah ada 974 kasus Flu Burung H5N1 pada manusia yang dikonfirmasi di 24 negara.
Dari angka tersebut, sebanyak 470 orang meninggal dunia. Fakta ini menunjukkan tingkat fatalitas yang tinggi dan menggambarkan potensi bahayanya jika virus ini terus menyebar atau bermutasi.
Mengingat data tersebut, upaya pencegahan dan pengawasan terhadap penularan dari hewan ke manusia menjadi sangat penting.
Situasi ini seakan mengingatkan kembali pada awal mula Pandemi global yang diabaikan hingga akhirnya menelan banyak korban.